Pendidikan Pondok Pesantren Tradisonal Dalam Persepktif Pendidikan Islam Indonesia (Ai-56)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.                  LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan ialah suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh alasannya yaitu itu, proses pendidikan yang benar yaitu membebaskan seseorang dari banyak sekali kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Disinilah letak afinitas dari paidagogik, yaitu membebaskan insan secara konfrehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang. 

Hal ini terjadi bila pendidikan dijadikan instrumen oleh sistem penguasa yang ada spesialuntuk untuk mengungkung kebebasan individu. Secara memis pendidikan yang ada di Indonesia yaitu sebagian kecil yang terdesain dan terorganisir oleh bingkai sistem. Gambaran sistem semacam itu ialah bentuk pemaksaan kehendak dan merampas kebebasan individu, kesadaran potensi, beserta kreativitas bifurkasi. Maka pendidikan sudah bermetamorfosis instrumen oppressive bagi perkembangan individu atau komunitas masyarakat (Tilaar, 2004: 58).

Maka dari pada itu, pendidikan yaitu ialah elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan insan pendidikan ialah barometer untuk mencapai maturasi nilai-nilai kehidupan. Ketika melihat dari salah satu aspek tujuan pendidikan nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU RI SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, ihwal membentuk insan yang berbudi pekerti luhur melalui proses pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma-norma ihwal baik dan buruk. Sedangkan berdasarkan Widagdho, insan sebagai makhluk pengemban etika yang sudah dikaruniai nalar dan budi. melaluiataubersamaini demikian, adanya nalar dan budi menimbulkan insan mempunyai cara dan rujukan hidup yang multidimensi, yakni kehidupan yang bersifat material dan bersifat spritual (2001: 8).


Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, lantaran tanpa adanya pendidikan sangat tidak mungkin suatu komunitas insan sanggup hidup berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan senang sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi impian insan semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai masukana pencapaiannya. Hal ini sudah termaktub dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:

يرفع الله الدين امنوا منكم والدين اوتواالعلم درجت
Artinya :
Allah SWT akan mengangkat orang-orang yang diberiman di antara engkau dan orang-orang yang didiberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Depag RI, 1974: 911).

Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak sanggup dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum bisa secara terbaik untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan. 

Melihat fenomena yang terjadi pada ketika kini ini banyak kalangan yang mulai melihat sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut sanggup dimengerti lantaran pesantren mempunyai karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud. 

Karena itu, semenjak lima dasawarsa terakhir diskursus diseputar pesantren menawarkan perkembangkan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari banyak sekali focus wacana, kajian dan penelitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya bantuan dan tugas pesantren yang bukan saja sebagai “sub kultur” (untuk menunjuk kepada forum yang bertipologi unik dan menyimpang dari dari rujukan kehidupan umum di negeri ini) sebagaimana disinyalir Abdurrahman Wahid (1984 : 32) Tetapi juga sebagai “institusi kultural” (untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang punya huruf tersendiri sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal). sebagaimana ditegaskan oleh Hadi Mulyo (1985 : 71).

Dikatakan unik, lantaran pesantren mempunyai karakteristik tersendiri yang khas yang sampai ketika ini menawarkan kemampuannya yang cemerlang melewati banyak sekali episode zaman dengan kemajemukan problem yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, Ia sudah mempersembahkan andil yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mempersembahkan pencerahan terhadap masyarakat.

Menurut Rahim (2001 : 28), pesantren ialah sebuah forum pendidikan tertua yang menempel dalam perjalanan kehidupan Indonesia semenjak ratusan tahun yang silam, ia yaitu forum pendidikan yang sanggup dikategorikan sebagai forum unik dan punya karakteristik tersendiri yang khas, sehingga ketika ini menawarkan kapabilitasnya yang cemerlang melewati banyak sekali episode zaman dengan pluralitas polemik yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, pesantren sudah banyak mempersembahkan andil dan bantuan yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersembahkan pencerahan terhadap masyarakat serta sanggup menghasilkan komunitas intelektual yang setaraf dengan sekolah gubernemen.

Oleh lantaran itu tak mengherankan bila pakar pendidikan sekalas Ki Hajar Dewantoro dan Dr. Soetomo pernah mencita citakan model system pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional. Bagi mereka model pendidikan pesantren ialah kreasi cerdas budaya Indonesia yang berkarakter dan patut untuk terus dipertahan kembangkan. 

Menurut Nur Cholis Madjid, Seandainya Indonesia tidak mengalami penjajahan, maka pertumbuhan sistem pendidikan Indonesia akan mengikuti jalur pesantren sebagaimana terjadi di Barat yang hampir tiruana universitas populer cikal bakalnya yaitu akademi perguruan yang tiruanla berorientasi keagamaan semisal univ. Harvard. Sehingga yang ada bukan UI, ITB, UGM, UNAIR dan lain sebagainya, tetapi mungkin Univ. Tremas, Univ. Krapyak, Tebuireng, Bangkalan dan seterusnya.( 1997 : 22) 

Yang menarikdanunik untuk ditelaah yaitu mengapa Pesantren --baik sebagai forum pendidikan maupun forum sosial-- masih tetap survive sampai ketika ini ? Padahal sebelumnya banyak pihak yang memperkirakan pesantren tidak akan bertahan usang ditengah perubahan dan tuntutan masyarakat yang kian plural dan kompetitif, bahkan ada yang memastikan pesantren akan tergusur oleh perluasan sistem pendidikan umum dan modern.

Tak kurang dari Sutan Ali Syahbana yang menyampaikan bahwa sistem pendidikan pesantren harus ditinggalkan, menurutnya mempertahankan sistem pendidikan pesantren sama artinya dengan mempertahankan keterbelakangan dan kejumuan kaum muslimin (1997 : 11). Ada juga yang dengan sinis sebut sistem pendidikan pesantren spesialuntuklah fosil masa lampau yang sangat jauh untuk memainkan tugas di tengah kehidupan global.

Penilaian psimis ini bila dilacak muncul dari ketidak akuratan melihat profil Pesantren secara utuh, artinya memang melihat pesantren “spesialuntuk sebagai forum renta dengan segala kelemahannya” tanpa mengenal lebih jauh tabiat watak barunya yang terus berkembang dinamik, akan selalu menghasilkan evaluasi yang simplifikatif atau bahkan reduktif. 

Dari sinilah peneliti tergelitik untuk melaksanakan penelitian terhadap pendidikan pondok pesantren tradisional dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia dalam rangka mencari sesuatu yang belum tersentuh dan tidak terfikirkan oleh sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Penelitian ini bergulat dengan refleksi pendidikan Islam di Pondok Pesantren tradisional dalam bentuk deskriptif. Salah satu tujuannya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan Islam di dunia ini serta meciptakan pemahaman pendidikan Islam yang lebih progresif konstekstual sehingga bisa menjawaban tantangan zaman.


Tag : Agama Islam
0 Komentar untuk "Pendidikan Pondok Pesantren Tradisonal Dalam Persepktif Pendidikan Islam Indonesia (Ai-56)"

Back To Top