Analisis Faktor-Faktor Yang Menghipnotis Kepuasan Kerja Karyawan Ksp. Tunas Artha Propinsi Jawa Barat (Ms-35)

loading...
Sumber daya insan ialah aset perusahaan yang paling unik, paling rentan, paling murni dan sukar diperkirakan. Suatu organisasi dalam menjalankan aktifitasnya akan selalu berhadapan dengan insan sebagai sumber daya yang dinamis dan mempunyai kemampuan untuk terus berkembang, dimana dengan berkembangnya insan sebagai tenaga kerja tersebut akan mensugesti stabilitas dan kontinuitas organisasi tersebut.
Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang sanggup memacu semangat kerja semoga sanggup meningkatkan kinerja sehingga tujuan dari perusahaan/organisasi bisa dicapai. Salah satu faktor untuk meningkatkan kerja ialah motivasi. Pada dasar nya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai mau dan bisa bekerja secara giat, tapi bagaimana mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi, kemampuan, kecakapan dan ketrampilan pegawai tidak ada artinya apabila tidak diiringi dengan motivasi yang tinggi dari setiap pegawai guna meningkatkan kinerjanya. Sumber daya insan ialah faktor yang lebih banyak didominasi dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian secara khusus. Pimpinan unit kerja atau instansi mempunyai kewajiban untuk selalu memotivasi pegawai semoga meningkatkan kinerjanya,dengan demikian kolaborasi dan saling memahami kiprah dan fungsi dari setiap unit kerja sangat diperlukan.
Seberapa besar motivasi atau performance pegawai dalam melaksanakan setiap kiprah atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabannya sangat tergantung pada keseimbangan antara produktifitas kerja dan kesejahteraan yang diperoleh. Studi tentang motivasi ialah perjuangan untuk mendapat jawabanan‑jawabanan atas segala sikap insan yang begitu komplek dalam keterkaitanya dengan kerja pegawai.

Seorang pemimpin unit kerja atau instansi harus mempunyai visi kedepan yang sanggup dipergunakan sebagai citra yang akan dicapai oleh instansi yang bersangkutan.Visi sangat dibutuhkan guna memotivasi setiap pegawai, dengan visi yang terang maka dalam mempersembahkan motivasi pegawai tinggal mengarahkan kemana kemampuan dan kemauan pegawai untuk berprestasi. Setiap pegawai sering mempunyai motivasi sesuai dengan obsesinya, ada yang dalam melaksanakan pekerjaan berorientasi pada besar kecil nya upah yang diterima, ada pula yang berorientasi pada peluang dalam memperoleh karir, sesuai dengan kenyataan tersebut maka pengendalian pimpinan diperlukan, sehingga apapun yang terjadi tidak akan besar lengan berkuasa terhadap tujuan instansi atau unit kerja.
Usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai bukan pekerjaan yang gampang, lantaran kinerja, pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya, skill, kemampauan, lingkungan kerja dan motivasi pimpinan. Secara tegas kinerja pegawai yang paling lebih banyak didominasi disebabkan oleh kesiapan mental seseorang untuk memacu dirinya dan berprestasi guna memperoleh segala yang diharapkan. melaluiataubersamaini demikian unsur‑unsur kepuasan ialah rangsangan untuk memacu tumbuhnya niat seseorang untuk berprestasi.
Ada beberapa hal yang menjadikan motivasi sesorang menjadi tinggi, diantaranya ialah penghasilan (reward), prestasi, afiliasi, kekuasaan atau karier, d1l. Peranan motivasi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar dengan keterangan lain motivasi mempunyai korelasi yang positif terhadap prestasi kerja, ini sejalan dengan pendapat Amstrong (1998:75) yakni "hubungan antara motivasi dan prestasi kerja ialah sesuatu yang positif, meningkatnya motivasi akan menghasilkan lebih banyak perjuangan dan prestasi kerja yang lebih baik, dan sebaliknya.
Hal tersebut didasarkan pada suatu dugaan pada suatu dugaan, bahwa seorang pegawai tidak selalu bekerja dengan latar belakang mendapat penghasilan, dimana oleh maslow diidentifikasikan adanya lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu seseorang akan berusaha untuk memenuhi jenjang yang lebih tinggi apabila jenjang lebih rendah sudah dipenuhi. Tidak di pungkiri bahwa seorang pegawai pada pertama nya tertarik pada besar nya penghasilan maupun bonus yang ditawarkan, namun hal ini tidak akan terus berlangsung terus‑menerus, lantaran ketika tertentu perhatian utamanya bukan lagi bertumpu pada besarnya penghasilan, melainkan job content yang ditanganinya, dengan demikian duduk kasus penghasilan dan upah bergeser peningkatnya menjadi kebutuhan sekunder.
Pada sisi lain, ada anggapan bahwa penghasilan atau bonus spesialuntuklah ialah faktor hygienic yang daripadanya seseorang bersedia untuk bekerja namun bukan atas dasar kebutuhan untuk berprestasi. Motifasi untuk berprestasi sesungguhnya ialah fungsi dari faktor‑faktor luar penghasilan, yaitu faktor pekerjaan itu sendiri kemungkinan untuk berbagi diri tanggungjawaban yang diembannya dan legalisasi atas perolehan dalam hal karier di sepanjang masa kerjanya.
Berdasarkan uraian di atas, sanggup ditarik suatu pokok pedoman bahwa upaya‑upaya yang sanggup dilakukan oleh seorang manager dalam memotivasi pegawai harus dilakukan dengan mengetahui beberapa komponen yang mensugesti mereka dalam melaksanakan pekerjaan.
melaluiataubersamaini demikian suatu pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif terhadap faktor‑faktor penentu yang sanggup meningkatkan motivasi pegawai haruslah diidentifikasi secara lebih dini.
Berdasarkan pedoman tersebut penulis ingin mengkaji "Pengaruh Motivasi Terhadap kinerja pegawai di KSP Tunas Artha Propinsi Jawa Barat."

0 Komentar untuk "Analisis Faktor-Faktor Yang Menghipnotis Kepuasan Kerja Karyawan Ksp. Tunas Artha Propinsi Jawa Barat (Ms-35)"

Back To Top