Faktor-Faktor Yang Mensugesti Fertilitas Pada Perempuan Pekerja Di Kota Makassar (Rumah Tangga Miskin) (Ep-21)

loading...


Aspek kependudukan ialah hal paling fundamental dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk ialah pelaku dan samasukan pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan tugas penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui banyak sekali sumber daya yang melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkarakter, serta upaya untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk mencakup jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan persebaran penduduk yang merata.  Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) lantaran ketiga variabel tersebut ialah komponen–komponen yang kuat terhadap perubahan penduduk (Lucas ;1990).
Masalah utama yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia tidak spesialuntuk kasus ekonomi yang terbelenggu dalam tatanan lingkungan ekonomi dunia yang cenderung merugikan. Sebagian besar negara sedang berkembang juga mengalami permasalahan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Secara bersamaan dalam dua dasawarsa terakhir ini pula sudah terjadi perubahan ciri-ciri demografis penduduk dunia, antara lain berupa penambahan jumlah, perubahan struktur dan komposisi penduduk.
Berdasarkan sensus penduduk 1961, lndonesia berpenduduk lebih kurang 97 juta jiwa dan jumlah ini meningkat menjadi 119,2 juta pada tahun 1971. Bilamana tingkat pertambahan penduduknya tetap berada pada taraf yang tinggi (di atas 2% per tahun), maka dalam tahun 2001 penduduk lndonesia akan menjadi tiga kali lipat jumlah pada tahun 1961. Ditinjau dari segi besarnya jumlah penduduk di dunia, maka lndonesia menempati kedudukan nomor lima setelah RRC, India, Uni Sovyet dan USA.

Berdasarkan hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS;2005) yang diambil dari data BPS dalam Sulsel Dalam Angka Tahun 2006, sebut bahwa jumlah penduduk Sulsel sebanyak 7.494.701 jiwa yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Sampai tahun 2005, angka jumlah penduduk di Kota Makassar masih tergolong tinggi ketimbang daerah-daerah lainnya. Sekitar 1.193.451 jiwa penduduk Sulsel berdiam di Kota Makassar. Jumlah penduduk Kota Makassar yang begitu besar dibandingkan dengan luas wilayah yang sempit spesialuntuk 17,577 hektar memicu dilema kebutuhan penduduk terhadap lahan pemukiman dan memanfaatkan lahan lainnya (BPS Sul-Sel Dalam Angka ;2006).
Kondisi tersebut juga terjadi di kota Makassar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat besar yang disebabkan oleh factor demografi menyerupai mortalitas, urbanisasi, dan fertilitas (fertilitas). Dibawah ini yakni table jumlah penduduk kota Makassar dari tahun 2001 hingga 2009.
Table 1
Jumlah Penduduk di Kota Makassar
Tahun
Jumlah Penduduk
2001
1,130.38
2002
1,148.31
2003
1,160.01
2004
1,179.02
2005
1,193.43
2006
1,223.54
2007
1,235.11
2008
2009
2010
1,253.65
1,271.87
                      1,339.37
                Sumber: Badan Pusat Statistik Sul-sel
Melonjaknya penduduk setiap tahunnya disebabkan oleh salah satu faktor yaitu banyaknya fertilitas di kalangan rumah tangga miskin yang tak terbendung. Ini dikarenakan anak dianggap sebagai barang produksi. Berdasarkan aspek produksi utilitas anak tidak sama dengan aspek konsumsi. Karena utilitas anak lebih dilihat dari aspek kuantitas dan bukan kualitas (Becker ;1995). Namun teori yang dikemukakan diatas tidak sama dari teori  Menurut Goldscheider (Ibrahim ;1997) terdapat hubungan yang kasatmata antara pendidikan, mata pencaharian dan pendapatan dengan fertilitas. Hal ini diamati dari dua kecenderungan yang saling tidak sama yaitu; kenaikan fertilitas suatu kelompok lantaran berstatus lebih tinggi dan perubahan impian kelompok tersebut untuk mempunyai keluarga lebih besar; dan penurunan fertilitas dari kelompok berstatus lebih rendah lantaran mereka semakin ekspansif dan sukses dalam memakai alat kontrasepsi.  
Dahulu sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak anak banyak rezeki”, maka kini pameo itu berkembang menjadi “banyak anak banyak beban”. Keuntungan financial (materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang renta apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut sanggup membebani orang tuanya. Dari beberapa hasil penelitian wacana fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi alasannya yakni utama tinggi rendahnya fertilitas (fertilitas) yakni beban ekonomi keluarga. Dalam hal ini ada dua pandangan yang saling berperihalan. Pandangan pertama beranggapan bahwa dengan mempunyai jumlah anak yang banyak sanggup meentengkan beban ekonomi yang harus ditanggung orang tua. Di sini anak dianggap sanggup memmenolong (meentengkan) beban ekonomi orang renta kalau mereka sudah bekerja. Pandangan kedua, yang sanggup dikatakan pandangan yang agak maju, beranggapan bahwa anak banyak kalau tidak berkarakter justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua kelak. melaluiataubersamaini anggapan menyerupai ini, mereka menginginkan (mengharapkan) jumlah anak sedikit,tetapi berkarakter.
Banyak faktor yang mensugesti fertilitas (fertilitas) yaitu tingkat pendapatan,biaya anak, jam kerja, usia kawin pertama, tingkat pendidikan (SLTP ke bawah dan SLTP ke atas, serta jenis pekerjaan (dalam rumah ataupun luar rumah). Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas yakni saat pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang renta akan berubah. Orang renta menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun alasannya yakni walaupun anak masih mempersembahkan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang renta juga tidak tergantung dari pemberian anak. Makara biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini menyebabkan “demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
Penelitian terkena kaitan pendidikan perempuan dengan kerindangan di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya kaitan yang bersahabat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kerindangan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kerindangan begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin besar pula tingkat kerindangannya. Faktor lainnya yang sanggup mensugesti fertilitas yakni jam kerja yang dihabiskan oleh perempuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Semakin banyak waktu yang dikeluarkan untuk bekerja semakin kecil kemungkinan untuk memperoleh anak. Dan faktor terakhir yang mensugesti fertilitas yaitu jenis pekerjaan yang dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah. Jika pekerjaan dilakukan di dalam rumah maka akan semakin besar pula peluang untuk sanggup mempunyai anak lebih banyak sementara jenis pekerjaan yang dilakukan  di luar rumah peluang untuk menambah anak akan semakin kecil dikarenakan intensitas waktu di rumah akan berkurang.
Badan Pusat Statistik memakai indikator pengeluaran rata-rata per bulan yang mencukupi masakan setara dengan 2100 kalori per kapita/hari, ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya menyerupai perumahan, materi bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi, tercatat angka kemiskinan di Kota Makassar simpulan 2009 sebesar 62,096 kepala keluarga atau 254.000 jiwa. Jika dipersentasekan mencapai 19,79 persen. Dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 68.477 maka terlihat mengalami penurunan penduduk miskin sebanyak 6000 jiwa (BPS Makassar Dalam Angka ;2009). 
Berdasarkan latar belakang kasus diatas, maka perlu kiranya dirumuskan suatu kasus untuk diteliti. Rumusan kasus itu yakni :
“Faktor-faktor yang mensugesti fertilitas pada perempuan pekerja di Kota Makassar (rumah tangga miskin)”
0 Komentar untuk "Faktor-Faktor Yang Mensugesti Fertilitas Pada Perempuan Pekerja Di Kota Makassar (Rumah Tangga Miskin) (Ep-21)"

Back To Top