loading...
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang sebagai mitra hidup, lantaran insan tidak sanggup hidup sendirian. Dalam menjalani kehidupannya insan menempati lingkungan tertentu, sehingga insan tersebut sanggup melaksanakan peranannya dan sanggup memenuhi kebutuhannya, yang mengakibatkan insan berbuat dan bertindak sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, supaya mencapai taraf tingkah laris yang baik dalam hidupnya. Setiap individu bereaksi atau diberinteraksi satu dengan yang lainnya, baik kelompok maupun dalam masyarakat. melaluiataubersamaini adanya interaksi ini akan mengakibatkan adanya pergaulan antar individu dalam kelompok ataupun dalam masyarakat.
Dalam interaksi sosial ini terjadi proses imbas mempengaruhi, imitasi dan identifikasi, yang hasilnya akan terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial yang tidak disertai dengan kesiapan diri dan peningkatan kehidupan spiritual mengakibatkan simpel terjadinya pergaulan bebas antara pria dan perempuan.
melaluiataubersamaini kebutuhannya terhadap orang lain maka insan harus saling kenal mengenal supaya sanggup bergaul satu dengan yang lain menyerupai Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13 :
Artinya: Hai insan bergotong-royong kami membuat engkau dari seorang pria dan seorang wanita dan menjadikan engkau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya engkau saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara engkau. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat ayat 13)
Pergaulan ialah suatu hubungan antara insan yang tidak sanggup dihindarkan akan tetapi pergaulan ini seringkali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesusahan bagi orang yang bersangkutan. Pergaulan yang menjadikan timbulnya kesusahan, kurang memmenolong kelancaran hidup bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa dan akan menghambat dan merugikan individu yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak dalam Catur, pergaulan yang dilakukan oleh insan akan menjadikan timbulnya persamaan dan perbedaan kepentingan, kewajiban dan hak. Kalau hal ini tidak diatur akan timbul kekacauan dan kerusakan. Pada hakikatnya pergaulan insan harus tertuju pada keamanan. Ketentraman dan keselamatan maka akan menimbulkan suatu pergaulan yang hampir meremehkan moral, yang dengan kata lain disebut pergaulan bebas.
Masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan sosial yang cepat jawaban bertemunya aneka macam kebudayaan dunia. Masyarakat Indonesia cenderung untuk mengikuti cara berpakaian, gaya hidup ataupun pergaulannya.
Masyarakat sebagai lingkungan yang terluas bagi dewasa dan sekaligus paling banyak mengatakan pilihan dari mulai gaya hidup, nilai-nilai dan sikap yang sebelumnya sudah tertanam dalam diri remaja.
Secara fenomenal kebudayaan dalam masa globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya dikalangan generasi muda. Meskipun dalam sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya, namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler barangkali akan ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan pada generasi muda.
Dalam kehidupan dewasa selalu hadir kebudayaan yang belum tentu positif pengaruhnya bagi kehidupan remaja. Remaja yang selektif akan mempelajari dan mendapatkan kebudayaan yang gres untuk menambah wawasan bagi dirinya, dan sebaliknya dewasa yang berkonsep diri negatif akan simpel terbawa arus sehingga akan terjerumus dalam kebudayaan yang merusak kepribadiannya dan dewasa tersebut akan mengalami keguncangan jiwa yang menjerumus kearah kebadungan dewasa atau pergaulan bebas yang tidak Islami.
Menurut Sarwono dalam Primaria pergaulan bebas ialah pergaulan yang tidak mengenal batas norma dan akhlak yang ada dilingkungannya.
Remaja dalam menghadapi tantangan hidupnya perlu mendapatkan perhatian tiruana pihak. Namun demikian sebagai dewasa mereka harus menyadari bahwa masa depan mereka ada ditangan mereka sendiri. Masa depan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan keluarga, akan tetapi faktor yang paling memilih masa depan bagi dewasa yaitu dewasa itu sendiri.
Masalah yang dihadapi dewasa sangat kompleks lantaran pertumbuhan fisik dan mentalnya. Remaja harus menyesuaikan dari terhadap tuntutan dirinya dan keinginan lingkungan yang menjadikan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh lantaran itu dewasa terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang gres dan norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang menghambat dewasa di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi dewasa yang menyerupai ini menjadikan kegagalan dalam mengikuti keadaan dan pencapaian konsep diri yang mantap lantaran ketidakmampuan dirinya berperilaku sebagai dewasa yang bertanggungjawaban.
Sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya ialah pengertian konsep diri. Seseorang yang mempunyai konsep diri yang baik akan bisa menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya seseorang yang mempunyai konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain dalam memutuskan. Dan tiap orang mempunyai konsep diri yang tidak sama-beda, meskipun tidak ada yang orang yang betul-betul sepenuhnya berkonsep diri positif atau negatif.
Konsep diri ialah serangkaian pendapat individu terkena dirinya. Seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan bisa menjalani kehidupannya menurut al-Qur’an dan hadist, akan tetapi dewasa yang berkonsep diri negatif sikap mereka tidak didasari oleh al-Qur’an dan hadist sehingga mereka cenderung mempunyai sikap dan keinginan yang rendah terhadap keberhasilannya.
Al-Qur’an ataupun hadist sangat memilih dalam membentuk konsep diri seseorang. Karena konsep diri berperan dalam memilih keberhasilan dan kegagalan dewasa serta sangat menghipnotis kepribadiannya dalam masyarakat.
Keadaan serba tidak tahu banyak terjadi di negara-negara yang sedang berkembang menyerupai Indonesia. Dan ini sangat berbahaya pada masyarakatnya dan akan menimbulkan kebingungan, lantaran masyarakat tidak tahu akan dirinya sendiri dan mereka harus berhadapan dengan rujukan kehidupan masyarakat Barat yang tidak menurut atas al-Qur’an dan Hadist.
Dalam keadaan yang demikian dewasa butuh suatu pegangan dalam dirinya yaitu suatu kejelasan konsep yang sanggup dijadikan masukana untuk bertingkah laris dalam menghadapi segala masalah hidupnya.
Tag :
Agama Islam
0 Komentar untuk "Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Terhadap Pergaulan Bebas Cukup Umur Di Kampung Joyonegaran Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergangsan (Ai-6)"