loading...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek penebangan hutan secara liar (illegal logging) yang diikuti dengan penyelundupan dan perdagangan kayu ilegal (illegal trading) ternyata tidak spesialuntuk mengakibatkan kerusakan lingkungan hutan di tanah air khususnya di Sumatera dan Kalimantan, tetapi juga mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Kerugian irit tersebut tidak spesialuntuk berupa hilangnya sumber daya hutan, tetapi lebih jauh sudah mengakibatkan persaingan tidak sehat dalam perdagangan produk industri hasil hutan di pasar internasional yang berdampak pada hilangnya sebagian pangsa pasar produk mebel dan kerajinan Indonesia.
melaluiataubersamaini memanfaatkan pasokan kayu gelondongan murah hasil acara illegal logging dan illegal trading selundupan dari Indonesia, maka China dan Vietnam pun kini menjadi dua negara penhadir gres di pasar ekspor produk mebel (furniture) internasional yang bisa merebut sebagian pangsa pasar produk mebel Indonesia di pasar dunia.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) M. Djalal Kamal, undangan ekspor produk mebel dan kerajinan dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akhir sebagian pangsa pasar produk mebel dan kerajinan Indonesia di luar negeri direbut oleh para eksportir mebel dari China dan Vietnam yang memperoleh pasokan materi baku asal Indonesia secara illegal. Padahal selama ini produk mebel dan kerajinan dari China dan Vietnam tidak pernah sanggup bersaing dengan produk mebel maupun kerajinan dari Indonesia sebab mereka memang tidak mempunyai sumber materi baku yang memadai.
Sampai kini praktek illegal logging dan illegal trading belum sanggup kita atasi, bahkan kondisinya kini semakin marak. Kayu illegal kini menjadi sumber penyediaan materi baku hasil hutan, terutama kayu bagi industri perkayuan di luar negeri yang selama ini tidak biasa beroperasi secara kompetitif sebab susah mendapat pasokan materi baku. melaluiataubersamaini demikian salah satu jalan keluar yang harus ditempuh para pengusaha mebel maupun kerajinan yang ada di Indonesia yakni mencari materi baku pengganti yang sanggup dipakai untuk tetap menghasilkan produk-produk yang diinginkan. Seperti yang sudah kita ketahui bahwasannya dari sisi materi baku dan sumber daya manusianya, Indonesia bekerjsama mempunyai tiruana potensi yang diharapkan ibarat kayu, bambu, rotan, eceng gondok, dan pelepah pisang. Selain itu para perajinnya pun tak kalah banyak dan pandainya, baik itu dari soal ilham yang tidak bakal habis dikuras sebab melimpahnya motif-motif etnik dari Sabang hingga Merauke.
Eceng Gondok (Eichornia crassipes) termasuk dalam kelompok gulma perairan. Tanaman ini mempunyai kecepatan berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi, terutama di kawasan tropis dan subtropis. Selain itu, eceng gondok juga mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. Berbagai gangguan yang ditimbulkan sudah cukup mencemaskan. Namun ironisnya, hingga kini belum ditemukan cara yang optimal untuk memberantasnya.
Akan tetapi ketika ini keberadaan eceng gondok, pelepah pisang, dan tempurung kelapa bisa juga bermanfaa secara komersial. Tak seorang pun sanggup menerka sebelumnya, bahwa perjuangan pemerintah yang habis-habisan untuk membasmi eceng gondok yang belum mencapai hasil yang optimal justru membuahkan inovasi gres yang sanggup dimanfaatkan untuk mendapat perhiasan penghasilan dari penerapan eceng gondok. Sama halnya dengan pelepah pisang dan tempurung kelapa yang bagi sebagian besar masyarakat dianggap sebagai sampah ternyata juga sanggup menghasilkan laba yang cukup menjanjikan. Masyarakat Lamongan memakai batang eceng gondok, pelepah pisang, tempurung kelapa dan bambu untuk dijadikan sebagai materi baku produk kerajinan tangan yang sanggup dikomersialkan. Hanya dengan berbekal ketrampilan yang praktis dipelajari, didukung dengan kemauan, kreatifitas dan seni, maka keempat materi tersebut sanggup diolah menjadi kerajinan tas, sepatu, sandal, keranjang, tempat tissue bahkan sanggup dibentuk mebel ibarat kursi, meja dan sofa.
Kerajinan ini ialah kerajinan yang unik, sebab selama ini eceng gondok, pelepah pisang, dan tempurung kelapa spesialuntuk dianggap sebagai sampah, ternyata sanggup berkembang menjadi komoditi perjuangan yang menjanjikan bila diolah menjadi aneka macam jenis kerajinan yang menarikdanunik, berseni dan berdaya jual tinggi. Sama halnya dengan bambu yang doloenya dianggap sebagai materi pengganti kayu oleh kalangan rendah atau miskin sebagai materi konstruksi dan kerajinan bambu dalam bentuk meja kursi, ukiran, peralatan rumah tangga dan asesoris penghias rumah, kini mulai menarikdanunik minat masyarakat kalangan menengah ke atas sebab mempunyai nilai seni yang tinggi.
Tag :
Pertanian
0 Komentar untuk "“Analisis Finansial Dan Taktik Pengembangan Agroindustri Kerajinan Tangan Di Ud. Bambu Klasik ...” (Prt-12)"