Analisis Nilai Tambah, Efisiensi Dan Kanal Pemasaran Agroindustri Emping Melinjo Di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar (Prt-87)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kabupaten Blitar terletak di penggalan selatan Propinsi Jawa Timur, berjarak kurang lebih 160 km dari Ibukota Propinsi, Surabaya. Kabupaten Blitar tercatat sebagai salah satu daerah yang strategis dan memiliki perkembangan yang cukup dinamis. Kabupaten Blitar berbatasan dengan tiga kabupaten lain, yaitu sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Sementara itu, untuk sebelah selatan ialah Samudera Indonesia, yang populer dengan kekayaan lautnya. Apabila diukur dari atas permukaan laut, maka Kabupaten Blitar memiliki ketinggian ± 167 m dan luas 1.588, 79 km2. Di Kabupaten Blitar terdapat Sungai Brantas yang membelah daerah ini menjadi dua, yaitu daerah Blitar Selatan, yang memiliki luas 689,85 km2 dan daerah Blitar Utara. Kawasan Blitar Selatan termasuk daerah yang kurang rindang. Hal ini disebabkan daerah tersebut ialah daerah pepegununganan yang berbatu, dimana batuan tersebut cenderung berkapur, sehingga menjadikan tanah tandus susah untuk ditanami. Sebaliknya daerah Blitar Utara termasuk daerah surplus lantaran tanahnya yang rindang, sehingga banyak flora yang tumbuh dengan baik. Salah satu fakor penting yang menghipnotis tingkat kerindangan tanah di daerah Blitar Utara ialah adanya Gunung Kelud yang masih aktif, serta banyaknya ajaran sungai yang cukup memadai. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai masukana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan pegunungan berapi. 

Lokasi Kabupaten Blitar berada di sebelah selatan khatulistiwa, tepatnya terletak antara 111o401 – 112o101 BT dan 7o581 – 8o915111 LS. Hal ini secara eksklusif menghipnotis perubahan iklim. Iklim Kabupaten Blitar termasuk tipe c3, apabila dilihat dari rata-rata curah hujan dan bulan-bulan tahun kalender selama tahun 2000. Perubahan iklimnya menyerupai di daerah-daerah lain, mengikuti perubahan putaran dua iklim, yaitu ekspresi dominan penghujan dan ekspresi dominan kemarau. Satu kenyataan yang sanggup kita lihat hingga ketika ini bahwa betapa pun Kabupaten Blitar sebagai daerah yang kecil dengan segala potensi alam, geografis dan iklim, serta kualitas sumber daya insan yang sedang, ternyata sudah bisa terdepan dalam keberhasilan pembangunan. Kemajuan demi kemajuan dan kemenangan demi kemenangan yang sudah dicapai daerah ini ialah lantaran besarnya partisipasi, kesadaran dan dedikasi seluruh lapisan masyarakat. 

Pembangunan pertanian di Kabupaten Blitar ialah prioritas pembangunan daerah, oleh lantaran keunggulan komparatif yang dimiliki sebagai daerah agraris. Potensi lahan budidaya flora pangan dan holtikultura yang ada ialah sawah seluas 31.702 Ha, tegal seluas 44.177 Ha dan pekarangan seluas 34.856 Ha. Sektor pertanian mencakup subsektor flora pangan dan holtikultura, peternakan, perikanan, serta subsektor perkebunan. Komoditi yang menonjol antara lain: jagung, nanas, rambutan, telur ayam, gula kelapa, ikan ko’i, ikan gurami, kopi, cengkeh, kakao dan sebagainya. Perekonomian di Kabupaten Blitar didominasi oleh sektor pertanian, yang menyumbang PDRB sebesar 47,16%, sektor perdagangan/restoran sebesar 25,75%, sedangkan sektor industri pengolahan spesialuntuk menyumbang sebesar 3,11% pada tahun 2000. 

Industri yang ada di Kabupaten Blitar didominasi oleh industri kecil, terutama industri kecil skala rumah tangga. Produk yang banyak dihasilkan antara lain: kerajinan dan kuliner olahan. melaluiataubersamaini banyaknya potensi hasil pertanian dari Kabupaten Blitar, bergotong-royong ialah peluang untuk memproduksi banyak sekali macam makanan, citra potensi industri kecil pengolahan kuliner sanggup dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Industri Makanan Olahan di Kabupaten Blitar Tahun 2005
No.
Jenis Industri
Jumlah Unit Usaha
Nilai Produksi
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kerupuk
Kue kering dan basah
Kecap
Tahu
Tempe
Gula kelapa
Emping melinjo
Tape
Tapioka
Sambel pecel
246
397
11
203
714
8.980
96
411
37
18
4.723.200
9.528.000
211.200
7.308.000
7.711.200
25.862.400
960.000
1.775.520
355.200
864.000
Sumber: Industrialisasi Aneka Ragam Pangan di Kabupaten Blitar, 2005
               
Dari tabel di atas sanggup dilihat bahwa industri emping melinjo masih sedikit yang mengusahakannya, akan tetapi undangan terhadap produk ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, baik dari dalam maupun luar negeri. melaluiataubersamaini adanya hal tersebut, maka komoditi emping melinjo ini memiliki banyak peluang untuk diusahakan. Komoditas  melinjo (Gnenum gnemon L.) memiliki nilai hemat yang cukup tinggi untuk dikembangkan, oleh balasannya emping ialah sektor industri kecil yang potensial dan berprospek cerah. Emping melinjo ialah salah satu komoditas ekspor nonmigas. Jumlah ekspor emping melinjo berfluktuatif, yang disebabkan lantaran perjuangan agroindustri tersebut masih bersifat industri kecil (skala rumah tangga). 

                Selama tiga tahun terakhir (2001-2003), Belanda masih sebagai pengimpor utama emping melinjo dari Indonesia, dengan nilai ekspor pada tahun 2001 sebesar US$108,984 atau 37% dari total nilai ekspor US$294,508; tahun 2002 naik menjadi US$178,877 (37,37%) dari total nilai ekspor US$478,646; tahun 2003 naik lagi menjadi US$335,185 (50,62%) dari total nilai ekspor US$662,107. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode tahun 1999 s/d 2003, ekspor emping melinjo mencatat rujung pada tahun 2003, yakni US$662,107, naik 38,32% dari tahun 2002, senilai US$478,646. 

                Pengembangan perjuangan emping melinjo oleh petani dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjual klatak. Klatak adalah melinjo yang kulit luarnya sudah dihilangkan. Hal ini sanggup dipahami lantaran perbandingan pendapatan dari hasil menjual emping dan menjual klatak adalah 1 kg emping sama dengan 2 kg klatak. Biaya pembuatan emping juga tidak terlalu besar, spesialuntuk dibutuhkan untuk upah tenaga kerja dan materi bakar saja. Harga emping sanggup mengontrol harga klatak. Bila harga emping melonjak, maka harga klatak pun akan ikut terkatrol. Melihat keadaan tersebut, dapatlah dikatakan dengan agroindustri pengolahan emping melinjo akan sanggup mempersembahkan laba kepada banyak pihak, yaitu petani sebagai penghasil materi baku, pengolah emping, maupun absorpsi tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar keluarga. Kendala pemamasukan dari agroindustri emping melinjo selama ini ialah mereka gres bisa memasarkan sendiri untuk pasar lokal, sementara untuk pasar luar daerah diambil peluang oleh para tengkulak dan pedagang pengumpul. 

                Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian terkena agroindustri emping melinjo, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, mempersembahkan nilai tambah, absorpsi tenaga kerja dan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan.


Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "Analisis Nilai Tambah, Efisiensi Dan Kanal Pemasaran Agroindustri Emping Melinjo Di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar (Prt-87)"

Back To Top