Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui Pembelajaran Pohon Matematika Pada Bahan Luas Bangkit Datar Kelas V Sd Plus Baitussalam Tahun Pelajaran 2007/2008 .(Pmt-2)

loading...
A. Latar Belakang
Di zaman yang serba canggih dan modern ibarat sekarang, dikala komputer merajai seluruh sendi kehidupan, seluruh insan dituntut untuk bisa kreatif dan inovatif. Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan memegang peranan vital. Pendidikan harus bekerja keras dan berupaya untuk membuat generasi-generasi yang handal dan kreatif.

Menyikapi kenyataan di atas yang sekaligus ialah tantangan bagi dunia pendidikan, maka paradigma pembelajaran juga harus diubah. Dari yang tiruanla spesialuntuk “banyak mengajari” menjadi “banyak mendorong anak untuk belajar”, dari yang tiruanla di sekolah spesialuntuk diorientasikan untuk menuntaskan soal menjadi berorientasi membuatkan pola pikir kreatif . Oleh lantaran itu seorang pendidik harus sanggup membuat suasana berguru yang nyaman serta bisa memahami sifat penerima didik yang tidak sama dengan anak yang lain. sepertiyang diungkapkan oleh Soepartinah Pakasi terkena peranan pendidik dalam membangkitkan minat berguru anak didik. Karena dengan mengerti dan memahami bahwa setiap siswa tidak sama, maka secara otomatis seorang pendidik akan bisa memposisikan dirinya dihadapan masing-masing individu anak didik.


Dalam tiruana jenjang pendidikan, pelajaran matematika mempunyai porsi terbanyak dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran yang lain. Tetapi kenyataan yang terjadi selama ini, siswa malah menganggap matematika sebagai monster yang menakutkan. Matematika didakwa sebagai biang kesusahan dan hal yang paling dibenci dari proses berguru di sekolah. Padahal ketidak senangan terhadap suatu pelajaran kuat terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Karena tidak senang akan membuat siswa enggan dan malas untuk belajar. Dan secara eksklusif akan kuat pada prestasi berguru siswa.

Untuk mengatasi ketidak senangan siswa terhadap matematika diharapkan adanya pembenahan baik dari tenaga pendidik maupun dari penerima didik itu sendiri. Apabila seorang pendidik bisa meningkatkan minat berguru siswa terhadap matematika, diharapkan kesusahan yang ada pada diri siswa akan lebih praktis diatasi. Untuk itu diharapkan seorang tenaga pendidik yang kreatif dan profesional, yang bisa mempergunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam memakai metode, alat pengajaran dan sanggup membawa perubahan dalam tingkah laris anak didiknya. Dari yang tiruanla benci menjadi akung dan berminat untuk belajar. Karena intinya hasil dari berguru terletak pada perubahan tingkah laris secara menyeluruh.


Pada umumnya proses pelaksanaan berguru mengajar matematika di sekolah spesialuntuk mentransfer apa yang dipunyai guru kepada siswa dalam wujud pelimpahan fakta matematis dan mekanisme penghitungan, Bahkan sering terjadi, dalam menanamkan konsep spesialuntuk menekankan bahwa konsep – konsep itu ialah hukum yang harus dihafal, tidak perlu tahu dari mana asal – permintaan rumus tersebut. Siswa diprogram spesialuntuk untuk bisa menghafal rumus dan mengerjakan soal tanpa harus tahu apa makna dan fungsi soal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

melaluiataubersamaini adanya pembelajaran matematika yang tidak bermakna serta spesialuntuk sebatas menghafal rumus dan mengikutinya untuk mengerjakan soal, kebijaksanaan sehat siswa menjadi kurang berkembang. Padahal kemampuan kebijaksanaan sehat siswa ialah aspek penting, lantaran sanggup dipakai untuk menuntaskan masalah-masalah lain, baik kasus matematika maupun kasus kehidupan sehari-hari. Karena dengan adanya penalaran, siswa akan bisa mengaplikasikan hal yang dipelajarinya kedalam dunia nyata. Bahkan berdasarkan Krulik dan Rudnick, kemampuan kebijaksanaan sehat ialah aspek kunci dalam megembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dari siswa.

Pembelajaran matematika yang spesialuntuk berorientasi pada proses transfer dari guru ke siswa ialah pandangan behaviorisme. Matematika dipandang sebagai barang jadi yang sanggup dipindahkan dari seorang keorang lain. Menurut pandangan behaviorisme siswa bersifat pasif dan pembelajaran lebih berpusat pada guru . Bagi behavioris pengetahuan itu statis dan sudah jadi dan berguru spesialuntuk ialah suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.
Selanjutnya lahirlah pandangan konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengatahuan tidak sanggup ditransfer tetapi harus dibangun sendiri oleh siswa di dalam pikirannya . Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu melalui proses yang berkembang secara terus menerus . Pengetahuan ialah suatu proses menjadi melalui acara aktif siswa mereview lingkungannya. melaluiataubersamaini kata lain pengetahuan sanggup dibuat oleh siswa dalam pikirannya sendiri setelah adanya interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan Ausubel, Novak dan Hguasian menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan bermakna kalau gosip yang gres dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. melaluiataubersamaini demikian, pengetahuan yang sudah dibangun seseorang akan semakin kuat dan kokoh.

Pada proses ini, terjadi pembaharuan pengetahuan seseorang yang dikembangkan melalui situasi dan pengalaman baru. Sehingga pengetahuan yang lebih lampau diperoleh sanggup diadaptasi dengan pengetahuan yang baru.
Inti dari pembelajaran konstruktivis ialah keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Penekanan berguru siswa aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan kita. Karena dengan keaktifan dan kreatifitas, siswa akan sanggup berdikari dalam kehidupan. Mereka akan termenolong menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal lantaran mereka berpikir dan mencipta, bukan menggandakan saja.
Berdasarkan pada prinsip filsafat konstruktifisme, muncul aneka macam model pembelajaran yang berupaya untuk membuatkan keaktifan dan kreatifitas siswa. Diantaranya ialah : contructivism, problem solving, problem posing, realistic mathematics education, dan open ended approach. Semua model pembelajaran tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan belum sempurnanya, dan setiap materi pelajaran mempunyai karakteristik tersendiri sehingga tidak tiruana materi pelajaran bisa disampaikan dengan satu model pembelajaran tertentu. Selain penguasaan cara penyampaian pelajaran melalui aneka macam model pembelajaran, seorang guru juga harus menguasai materi yang diajarkan secara luas dan mendalam. Karena dengan penguasaan materi seorang guru akan bisa dan mengerti bahwa terdapat bermacam cara untuk hingga pada suatu pemecahan persoalan, tanpa terpaku pada salah satu rumus saja. Sehingga siswa tidak spesialuntuk menggandakan rujukan penyelesaian dari guru dan berkutat pada satu macam cara. Tetapi siswa sanggup dengan bebas mengeluarkan pemikirannya, meski bimbingan dari guru dilarang diabaikan.

melaluiataubersamaini menyadari dan tidak mengajukan jalan satu-satunya sebagai jawabanan yang benar, kreatifitas dan pemikiran siswa akan lebih berkembang. Dan dengan sendirinya kebijaksanaan sehat dan pemahaman yang dimiliki siswa akan semakin tumbuh rindang. Adapun model pembelajaran yang mempersembahkan kebebasan berpikir kepada siswa diantaranya ialah problem posing dan open ended.
Model pembelajaran problem posing ialah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan meminta siswa untuk mengajukan kasus . National Council of Techer of Mathematics (NCTM) juga menyarankan biar para guru mempersembahkan peluang kepada para siswa untuk merumuskan soal dari informasi-informasi yang didiberikan . Adapun manfaat dari pengajuan soal ini diantaranya ialah sanggup mempertinggi kemampuan memecahkan kasus dan sedikit menhilangkan ketakutan siswa terhdap matematika. Karena dengan sanggup membuat soal sendiri, siswa akan merasa percaya diri dengan pengertian dan pemahamannya. Hal ini disebabkan siswa merasa bahwa salah satu dari materi yang diajarkan sanggup ia pecahkan. Dan kemungkinan besar sanggup menghilangkan ketakutan dalam dirinya.

Sedang model pembelajaran open ended ialah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan menyajikan kasus yang mempunyai jawabanan tidak tunggal atau cara penyelesaian yang tidak tunggal. melaluiataubersamaini diterapkannya taktik ini, diharapkan siswa sanggup berpikir bebas lantaran tidak terpaku pada satu patokan saja. Dan dikala siswa bebas mengungkapkan gagasannya, asal logis dan rasional, maka akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Kreatif berdasarkan Krulik, Pundick dan Milou ialah bentuk kebijaksanaan sehat tertinggi dari tahapan berpikir . Dan dengan kemampuan kebijaksanaan sehat yang tinggi, siswa akan praktis mencari pemecahan terhadap kasus yang dihadapinya, baik dalam proses berguru disekolah maupun dalam kehidupan nyata.

Problem posing dan open ended ialah model pembelajaran yang mempersembahkan keleluasan berpikir kepada siswa. Namun banyak hambatan untuk mempraktiknnya. Diantaranya ialah kebiasaan kita yang spesialuntuk terpaku pada satu jawabanan atau selalu mengikuti rumus yang dituliskan oleh guru. Maka dari itu diharapkan adanya suatu pendekatan yang memadukan problem posing dan open ended serta pelaksanaan yang praktis diterapkan. Dan salah satu alternatif yang sanggup dilaksanakan ialah model pembelajaran melalui pendekatan pohon matematika.

Pohon matematika ialah model pembelajaran yang ialah adonan dari model problem posing dan open ended. Pada pembelajaran ini, siswa diminta untuk menumbuhk`n daun dengan membangun konsep matematika dari suatu pohon yang berupa pokok bahasan yang didiberikan. Pada setiap pohon yang dibangun terdapat beberapa cabang. Semakin banyak daun yang tumbuh, nilai akan semakin banyak. Namun, bila ada daun yang salah akan mengurangi nilai. Dan materi yang akan dijadikan pokok bahasan pada penelitian ini ialah materi luas bangun datar.

Di dalam matematika, luas bangun datar ialah syarat mutlak sebelum mempelajari volume bangun ruang. Adapun bangun datar yang dipergunakan ialah persegi panjang, jajar genjang, trapesium, belah ketupat dan layang-layang. Didalam kehidupan nyata, penerapan konsep luas bangun datar banyak dijumpai. Tetapi masih banyak siswa yang tidak memahami materi ini. Hal ini dikarenakan dalam memecahkan masalah, siswa tidak sanggup menghubungkan antara pengetahuan dan konsep yang sudah dipelajari dengan kasus yang dihadapi. Berdasar kenyataan tersebut, dengan tidak mengurangi faktor lain pada proses pembelajaran, perlu adanya perubahan taktik pembelajaran sehingga tercipta suasana berguru yang sangat bahagia.

Adapun SD Plus Baitussalam dipilih sebagai daerah penelitian dikarenakan peneliti juga sekaligus sebagai pengajar di sekolah tersebut. Sehingga dengan demikian diharapkan akan mempergampang dalam proses perijinan.

Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba untuk membuatkan pembelajaran matematika melalui pendekatan dengan pohon matematika yang diharapkan sanggup meningkatkan kreatifitas siswa kelas V SD Plus Baitussalam tahun pelajaran 2007/2008 pada materi luas bangun datar.

0 Komentar untuk "Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui Pembelajaran Pohon Matematika Pada Bahan Luas Bangkit Datar Kelas V Sd Plus Baitussalam Tahun Pelajaran 2007/2008 .(Pmt-2)"

Back To Top