Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Gambaran Korea Selatan Di Indonesia (Is-18)

loading...


Hubungan internasional ialah suatu sistem korelasi antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang mengakibatkan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam korelasi internasional. Diplomasi ialah proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu Pemerintah dalam menghipnotis kebijakan dan perilaku Pemerintah negara lain.[1] Diplomasi kekinian juga tidak spesialuntuk menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi insan dan lingkungan hidup yang dipakai di situasi apapun dalam korelasi antarbangsa untuk membuat perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara.
Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard power dalam kegiatan korelasi internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa sekarang yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy dengan memakai aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga praktis untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma pemain film korelasi internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan banyak sekali kalangan pemain film non-Pemerintahan. Oleh sebab itu, soft diplomacy ialah bentuk aktual dari penerapan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya Korean wave.[2]
Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarikdanunik untuk diimplementasikan sebagai sebuah cuilan dalam pelaksanaan soft diplomacy yang bisa membangun gambaran Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea Selatan di lembaga internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.[3]

Dewasa ini, Korea Selatan sudah berubah menjadi salah satu negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea Selatan sekarang terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia.[4] Hal penunjang kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain sebab sektor industri teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film dan kegiatan televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop menghasilkan pendapatan total hampir US$2 miliar.[5] Selain itu, menurut statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri musik K-pop sudah menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010 seiring K-pop semakin diminati oleh masyarakat internasional.[6]
Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia secara resmi sudah terjalin semenjak 18 September 1973 dan direkatkan melalui pembentukan Kemitraan Strategis pada kunjungan Presiden Roh Moo Hyun ke Jakarta tanggal 4-6 Desember 2006. Pembentukan Kemitraan Strategis tersebut mencakup beberapa aspek kolaborasi di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-kebudayaan Korea Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave semakin digemari masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran kebudayaan Korea semenjak tahun 2009 sampai 2011 yakni “Korea-Indonesia Week”. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat korelasi bilateral di bidang sosial kebudayaan sebab melihat respon positif masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta supaya sanggup berfungsi sebagai sentra informasi kebudayaan Korea Selatan.[7]
Perkembangan K-pop didukung oleh tugas sinkronisasi antara pemain film negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan pemain film non-negara menyerupai para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah Korea mengakibatkan K-Pop sebagai upaya pembangunan gambaran ataupun nation-branding Korea Selatan. Adapun pembangunan gambaran dinilai penting untuk membuat ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat korelasi bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di lembaga internasional.
Di masa globalisasi yang ditunjang kemajuan teknologi dan tugas industri kreatif juga sangat memungkinkan pengembangan soft diplomacy apalagi Korea Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi digital yang mempunyai daya koneksi internet yang cepat dan kuat.[8] Melalui koneksi jaenteng internet tersebut sanggup mendukung dan megampangkan penyebaran Korean wave ke banyak sekali belahan dunia sebagai cuilan pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Korean wave sekarang semakin terkenal tidak spesialuntuk di daratan Asia melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke Eropa dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun yang lalu, Korea menjadi salah satu negara termiskin di dunia namun remaja ini Korea Selatan sudah mulai bangun dan sanggup bersaing dengan negara-negara maju.
melaluiataubersamaini demikian, saat Korea Selatan memperluas kegiatan diplomasinya ke negara-negara yang masih berkembang, Korea Selatan mempunyai perspektif yang sanggup menarikdanunik hati negara yang dituju dengan memakai perspektif senasib sebagai bangsa Asia menyerupai apa yang Korea Selatan alami di masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang sukses untuk sebuah negara yang sangat demokratis dan bergerak maju di bidang industri manufaktur serta ingin mengubah image budayanya yang lebih modern dan disukai oleh masyarakat internasional. Korea Selatan juga membangun gambaran Global Korea sebagai negara yang terpercaya dan kooperatif dalam melaksanakan kegiatan korelasi internasional.
Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin menjamurnya penggemar musik K-pop di Indonesia dan didukung dengan landasan kerjasama di bidang kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia dengan melibatkan tugas aktor non-negara dalam soft diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia”.



0 Komentar untuk "Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Gambaran Korea Selatan Di Indonesia (Is-18)"

Back To Top