loading...
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembanngunan nasional ialah serangkaian agenda pembangunan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, terpadu dan dilaksanakan secara terus menerus yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
Tujuan pokok setiap tahap pembangunan yakni untuk meningkatkan taraf hidup, mencerdaskan, mensejahterakan seluruh rakyat secara adil dan merata serta meletakkan landasan yang berpengaruh bagii pembangunan tahap diberikutnya.
Pembangunan ekonomi ialah suatu proses yang menjadikan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan pedesaan ialah bab darii pem-bangunan nasional guna mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Di samping itu taktik pembangunan selain untuk mening-katkan pertumbuhan juga harus memperhatikan pemerataan hasil-hasil pembangunan, yang didalamnya termasuk pembangunan dii bidang pertanian dengan sub sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pemberdayaan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan.
Terpuruknya perekonomian nasional semenjak tahun 1997 yang dampaknya masih berkepantidakboleh hingga dikala ini, pertanda lemahnya mendasar ekonomi kita yang kurang bersandar kepada potensi sumber daya domestik (domestik resources). Pengalaman pahit dari krisis moneter dan ekonomi tersebut mempersembahkan bukti empiris bahwa sektor pertanian paling tangguh menghadapi terpaan, yang pada gilirannya memaksa kesadaran publik untuk mengakui bahwa sektor pertanian dijadikan salah satu sektor andalan dan pilar pertahanan dari keamanan ekonomi nasional menuju industrialisasi. Memang pada dekade terakhir ini sektor pertanian spesialuntuk diberlakukan sebagai sektor pendukung, sektor yang kurang memperhatikan keberpihakan kepada kepentingan kesejahteraan petani sebagai pelaku sentral, hal ini terbutkti bahwa hingga dikala ini tingkat kesejahteraan petani pada umumya belum membaik atau belum menyerupai yang diharapkan.
Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa tingkat kesejahtenaan petani pada tahun 1996 sebanyak 15,3 juta orang (12,3 %) penduduk di pedesaan yang identik dengan masyarakat petani masih tetap miskin dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 56,8 juta orang dari skala nasional dari orang yang tergolong miskin yakni 79,5 juta orang.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yakni sebagai petani, sehingga sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Bagi Indonesia pengembangan perjuangan pertanian cukup prospektif alasannya yakni memiliki kondisi yang cukup menguntungkan, yakni berada di tempat tropis yang rindang, keadaan masukana dan pramasukana yang cukup mendukung serta adanya kemauan pemerintah dan swasta untuk menampilkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Pola pembangunan ini menghendaki adanya kemandirian, kemitraan, kesetaraan, meluasnya peluang berusaha dan pendapatan, partisipasif dan pemerataan yang berkeadilan.
Ja‘far Hafsah (2001) menyampaikan bahwa kemitraan dijadikan solusi karena, baik keberadaan maupun fungsi dan peranannya dibutuhkan untuk memberdayakan tiruana lapisan masyarakat. Melalui kemitraan diharapkan sanggup secara cepat bersimbiosis mutualisma untuk mengatasi belum sempurnanya dan keterbatasan uang ada sekaligus memecahkan duduk kasus pengangguran dan sanggup meningkatkan pendapatan masyarakat. Dampak agenda kemitraan diharapkan tidak spesialuntuk menguntungkan para pelaku kemitraan, tetapi juga harus membawa dampak aktual bagi seluruh kehidupan bangsa.
Selanjutnya Prawiro Kusumo (1999) menyampaikan bahwa kemitraan intinya dimaksudkan untuk membuat keterkaitan sehingga secara gotong royong menikmati peluang ekonomi.
Sedangkan menurut Ja’far Hafsah (2001) dikatakan bahwa
melaluiataubersamaini pendekatan kemitran, maka peningkatan produktivitas diharapkan sanggup dirasakan oleh pihak-pihak bermitra. Pada bab lain dikatakan bahwa maksud dan tujuan kemitraan yakni win-win solution partnership. Kata kunci dari persaingan di masa Globalisasi ini yakni produktivitas dan efisiensi. Bemasukan dari produktivitas dan efisiensi di sanggup dari akumulasi kegiatan bisnis digabung dengan sinergi kekuatan beberapa elemen menyerupai SDA, SDM, administrasi dan kegiatan bisnis dimaksud yakni kemitraan.
Prawiro Kusumo (1999) dan Mohamad Ja’far Hafsah (2000) menyampaikan bahwa kemitraan yang ingin diwujudkan misi utamanya yakni memmenolong memecahkan duduk kasus ketimpangan dalam peluang berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan antar kota dan desa.
Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung tanggapan yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut.
Selanjutnya Ja’far Hafsah (2000) menyampaikan bahwa kemitraan ini diharapkan sanggup memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus men-dorong kesejahteraan, perembesan tenaga kerja, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi regional. Salah satu indikator keberhasilan agenda kemitraan ini yakni terjadinya pemberdayaan yang ialah pengamalan ekonomi kerakyatan. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam kemitraan secara lebih kongkrit adalah meningkatkan pendapatan perjuangan kecil dan masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat , meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah /regional dan nasional, memperluas peluang kerja dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Tanaman cabai berdasarkan anggapan petani di Kabupaten Blitar ialah tumbuhan yang banyak menyita perhatian khusus, termasuk didalamnya yakni modal yang harus disediakan lebih besar dari tumbuhan pangan, lebih rentan terhadap hama/penyakit , dan ketidakpastian haraga jual, sehingga petani enggan untuk menanam tumbuhan cabe ini. Pada dikala kondisi dan situasi petani menyerupai itu, PT Benih Inti Subur Intani (BISI) mempersembahkan peluang kemitraan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan pada petani. Berpijak pada uraian tersebut di atas, akan dilakukan penelitian wacana “Pengaruh Kemitraan PT BISI terhadap Peningkatan Pendapatan Petani di desa Maron Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar”.
Tag :
Pertanian
0 Komentar untuk "Pengaruh Teladan Kemitaan Pt Bisi Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Cabe (Prt-89)"