loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang membentuk langsung akan mempersembahkan efek besar dalam kehidupan individu dikala ini dan kelak. Apabila dalam keluarga kurang mempersembahkan pemenuhan yang seimbang terhadap kebutuhan dan nilai yang memdiberi cara pandang terhadap individu dalam menjalani kehidupan, maka akan timbul efek yang kurang baik pada kehidupannya kelak.
Pembunuhan, KDRT, perselingkuhan, dan masalah bunuh diri yang kerap kita ketahui dari media masa faktor penyebabnya tidak akan lepas dari keadaan dalam keluarga. Hal ini banyak ditentukan oleh keadaan jiwa individu tersebut dan keadaan keluarga yang menjadi pendorong dalam penyaluran hasrat emosional. Seperti anak yang berumur belasan tahun nekat bunuh diri, ia aib alasannya yaitu tidak mempunyai seragam sekolah.
Kasus tersebut mengindikasikan bahwa kurangnya kontrol dan keseimbangan dari kehidupan keluarga, apabila dalam keluarganya terjadi kesinambungan, penanaman moral yang tepat, dan saling pengertian antar anggota keluarga, maka resiko bunuh diri ibarat masalah diatas bahkan kasus-kasus yang lain sanggup diantisipasi.
Sikap individu dalam menyikapi sesuatu sangatlah penting, dan yang besar lengan berkuasa terhadap pembentukan sikap positif ini yaitu iklim keluarga yang harmonis. Sikap positif sanggup menuntun individu dalam menghadapi masalah dan memecahkan masalah tersebut dengan arif. melaluiataubersamaini adanya sikap ini maka bencana pembunuhan dan KDRT, perselingkuhan, dan bunuh diri sanggup dicegah.
Kehidupan keluarga penuh tantangan dan tanggung jawaban. Di satu sisi jadwal yang padat, pekerjaan diluar maupun dalam rumah, tanggung balasan dan janji, dan sebagainya. Ketiruananya menuntut biar sanggup dijalankan dengan mulus. Setiap suami-istri niscaya mendambakan kehidupan yang damai, membesarkan anak yang baik dan bermartabat, meraih mimpi-mimpi, meraih kepuasan pribadi, dan tetap menjadi orang bau tanah yang bertanggung jawaban. Akhirnya mereka memerlukan keseimbangan dalm menjalankan kehidupan ditengah peran-peran tadi.
Untuk mencapai keseimbangan dalam peran-peran tersebut yang akan membawa terhadap kesuksesan keluarga dimulai dari paradigma yang ialah peta dalam menjalankan kehidupan. Kita bertanggung balasan atas efektifitas kita sendiri, kebahagiaan kita, dan untuk sebagian besar keadaan kita. Apakah derita atau senang, baik atau buruk, dan sebagainya, ketiruananya didasarkan bagaimana kita merespon keadaan tersebut. Respon yang benar yaitu respon yang didsarkan pada prinsip yang hakiki sebagai contoh paradigma kita. Namun kadang kita meluapkan salah satu sisi dari manusia, atau paradigma kita kurang akurat, dengan paradigma yang berpusat pada prinsip maka keutuhan dalam memandang insan akan terpenuhi.
Paradigma langsung utuh sanagat dibutuhkan dalam memandang insan terutama dalam menjalin kekerabatan dengan orang lain. melaluiataubersamaini paradigma langsung utuh setiap orang dalam organisasi apapun entah itu keluarga sanggup menyalurkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas orang-orangnya, sehingga organisasi tersebut sungguh ahli dan bertahan lama. Paradigma yang tepat atau paradigma langsung utuh yaitu bahwa insan mempunyai empat dimensi yaitu fisik/ekonomis, mental, sosial/emosional, dan spiritual. Apabila mengabaikan salah satu dari keempatnya maka kita memandang ibarat benda yang yang harus dikelola, mengendalikannya, memotivasinya dengan hadiah dan hukuman. Mereka yang diperlakukan dengan memakai paradigma prbadi utuh itulah yang mau bekerja sama dengan sukarela, mempersembahkan komitmen sepenuh hati, dan mencurahkan semangat dan kegairahan secara kreatif.
Tidak tiruana orang sanggup menyandarkan diri pada paradigma utuh yang berpusat pada prinsip yang benar. Diperlukan perjuangan atau kecerdasan untuk merubah dari dalam keluar untuk membuat perubahan dan solusi untuk bertindak secara efektif dan bijaksana dalam kehidupan terutama keluarga. Diperlukan pula kecerdasan untuk menyadari dan memaknai, menetukan nilai, menghayati pentingnya moral serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk.
Temuan ilmiah menyebut kecerdasan tersebut sebagai kecerdasan spiritual. Menurut Zohar dan Marshal SQ penting dalam kehidupan. Ia menerangkan bahwa seorang yang SQ-nya tinggi cenderung menjadi menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung balasan untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia sanggup mempersembahkan inspirasi terhadap orang lain. Penjelasan ini juga berlaku terhadap keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun huruf insan yaitu anggota keluarga yang mengilhami orang di sekitarnya, dan membuat langsung utuh yang bisa bertindak bijaksana sehingga dalam keluarga tadi tercipta suatu kesinambungan.
Mengenai huruf insan yang mengilhami dan mempersembahkan efek positif berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini Covey menerangkan bahwa; kemenangan publik dimulai dengan kemenangan pribadi. Tempat untuk membangun kekerabatan apa pun yaitu di dalam diri sendiri, dalam lingkungan pengaruh, dan karakter. Setiap langsung yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, di gerakkan oleh nilai dan bisa mengaplikasikan dengan integritas, maka ia pun sanggup membangun hungungan saling tergantung, kaya, abadi, dan sangat produktif dengan orang lain.
Kecerdasan spiritual bisa mengungkap yang awet, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga bisa membimbing kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam keluar sehingga membuat insan sanggup lebih benar, lebih sempurna, lebih efektif, lebih bahagia, dan menyikapi sesuatu dengan lebih jernih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan hidupnya. Atau dengan kata lain bisa membentuk karakter, dan membuat prinsip yang benar akan semakin jelas. Hal ini sejalan dengan Covey yang menerangkan “Semakin banyak kita tahu ihwal prinsip yang benar, semakin besar kebebasan langsung untuk bertindak dengan bijaksana. melaluiataubersamaini memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar (tidak berubah tanpa batas waktu) kita membuat paradigma fundamental ihwal hidup yang efektif. Pusat inilah yang menempatkan sentra lain pada perspektifnya. Ingatlah bahwa paradigma yaitu sumber dari mana sikap dan sikap mengalir”.
Dalam kehidupan keluarga tindakan bijaksana tersebut yaitu faktor yang membuat keharmonisan. Karena kebebasan atau kemandirian langsung untuk bertindak bijaksana membuat kekerabatan saling tergantung secara efektif dan menambah tingkat kepercayaan dalam hubungan. Tindakan bijaksana tersebuat yaitu buah dari paradigma yang berdasarkan prinsip. Covey menerangkan paradigma membuahkan huruf yang ialah akar dalam kemenangan langsung maupun kemenangan publik. Karakter membuahkan penguasaan diri dan disiplin diri yang ialah fondasi dari kekerabatan yang baik dengan orang lain.
Hal kecil dalam kekerabatan yaitu hal besar, dengan kata lain sangat mutlak di perlukan. Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting. Karena dengan pemupukan sikap, tindakan, dan ucapan sehari-hari yang bijaksana akan menumbuhkan dan membuatkan taraf keparcayaan.
Kepercayaan yaitu bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dari dari dalam diri manusia. Di butuhkan kapasitas internal dan paradigma yang berpusat pada prinsip yang benar untuk mengorganisir dan memberdaya, sehingga membuat keluarga tersebut efektif. Jika cadangan besar kepercayaan tidak ditunjang oleh deposito yang terus menerus, maka suatu perkawinan akan rusak.
melaluiataubersamaini kecerdasan spiritual langsung akan mempunyai langsung utuh dan berpusat pada prinsip yang benar. Apabila tindakan didasari dibimbing oleh prinsip yang benar maka tindakan, ucapan, dan sikapnya menjadi bijaksana dan penuh kebaikan. Ketika hal tersebut menjadi huruf dan terus dilakukan maka taraf kepercayaan akan meningkat, sehingga keharmonisan rumah tangga akan terjalin.
Individu yang bisa membuatkan kecerdasan spritual akan mempunyai prinsip dan cara pandang yang realistis, bisa menyatukan keragaman, bisa memaknai, dan mentranformasikan kesusahan menjadi medan penyempurnaan dan pendidikan spritual yang lebih tajam dan matang . SQ akan membuat kita bisa dalam menghadapi pilihan dan realitas yang niscaya akan hadir dan harus kita hadapi kita apapun bentuknya. Baik atau jelek jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba hadir tanpa kita duga. SQ sanggup dipakai pada masalah krisis yang sangat membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. melaluiataubersamaini SQ bunyi hati kita akan menuntun kejalannya yang lebih benar.
Ketiruananya hal diatas penting dalam kehidupan individu maupun kehidupan rumah tangga, alasannya yaitu dengan mempunyai sikap tersebut maka individu bisa bersikap serasi, positif dalam banyak sekali hal dan mempunyai kebermaknaan yang membawanya terhadap jalan hidup yang bakir dan menenagkan hati. Akhirnya kejahatan, perselingkuhan, gangguan jiwa, dan lain sebagainya sanggup dicegah alasannya yaitu individu sudah mempunyai sikap positif dan paradigma utuh yang berpusat pada prinsip yang benar.
Perkawinan mempertemukan dan menyatukan dua kepribadian yang tidak sama, keduanya memerlukan pembiasaan diri, dan keharmonisan rumah tangga akan dipengaruhi oleh pembiasaan diri dari keduanya. Individu dengan latar belakang tidak sama tersebut menyatu, memungkinkan terjadinya konflik, hambatan, masalah yang memerlukan pembiasaan diri dan pemecahan sehingga memilih kualitas dari kebahagiaan tersebut. Walaupun mereka sudah hidup bersama namun masalah yang timbul yaitu hal gres dan memerlukan solusi yang pada jadinya mempengaruhi kualitas dari keharmonisan rumah tangga. Kecerdasan spriritual memungkinkan individu lebih bisa untuk menyesuaian diri, alasannya yaitu ia lebih berpegang teguh pada paradigma utuh yang berpusat pada prinsip yang benar dan jalan hidup yang lebih arif, yang menciptakannya bisa bersikap positif dan rasional, jadinya ia sanggup bertindak dengan bijaksana.
Survey pertama peneliti selama tiga bulan Desember 2006- April 2007 menyampaikan bahwa dilapangan terdapat realitas-realitas diberikut:
Suara-suara yang menceritakan derita dan keluhan banyak terjadi di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Peneliti mengetahuinya alasannya yaitu banyak pasangan suami istri yang menceritakan dan mengeluh terhadap peneliti terkena kondisi kronik dalam kehidupan keluarganya. Kedaan ekonomi yang melelahkan masyarakat dan segala tuntutan maupun kebutuhan dari banyak sekali elemen kehidupan sudah memaksa keluarga terutama di tempat ini untuk bekerja keras menjalani hidup. Ketidakseimbangan rentan terjadi alasannya yaitu masalah ini. Dampak terhadap kekerabatan sanggup terlihat bermacam-macam tergantung paradigma yang melahirkan cara pembiasaan diri.
Di tempat ini juga banyak terdapat pasangan suami istri dengan usia perkawinan yang cukup usang dengan banyak sekali latar belakang dan keadaan keluarga yang cukup beragam. Ada beberapa pasangan yang berkeluarga pada waktu usianya masih belia alasannya yaitu di jodohkan, keduanya tidak begitu mengenal bahkan ada yang sama sekali tidak tahu ihwal calon pasangannya sampai komitmen pernikahan, namun mereka sanggup mempertahankan komitmen nikah sampai puluhan tahun. Berperihalan dengan kenyataan ini di tempat tersebut ternyata terdapat pula yang sering berganti pasangan alasannya yaitu ketidak cocokan, walaupun sebelumnya mereka sudah usang berpacaran.
Ada beberapa pasangan yang keduanya sama-sama mempunyai karir, sehingga intensitas pertemuan diantaranya bisa dikatakan kurang, kesibukan meningkat dan memerlukan upaya yang lebih untuk keseimbangan. Terdapat dua realitas dalam pengamatan pertama peneliti terkena keluarga karir ini:
Pertama, terdapat pasangan yang sama-sama berkarir untuk memenuhi kebutuhan mereka namun tetap bisa menjalani kehidupan keluarga tanpa ada percekcokan atau ketidaksesuaian yang berarti, komitmen nikah mereka sanggup berjalan awet sampai berpuluh tahun, anak dari keluarga karir tersebut jarang mengeluh ihwal keluarga mereka.
Kedua. Terdapat pula keluarga yang sering mengeluh, sering terjadi percekcokan atau ketidaksesuaian, prasangka, sikap yang kurang hangat terhadap keluarga terutama anak, sehingga membuat situasi keluarga menjadi kurang baik. Peneliti pernah bertanya terhadap salah satu anak dari keluarga tersebut, ia menerangkan bahwa; orang bau tanah mereka sering memukulnya, sering memarahinya, dan orang bau tanah mereka sering bertengkar. Anak tersebut tidak mengerti apa gotong royong yang benar-benar menjadi tujuan, cita-cita dari orang tuanya, ia merasa serba salah, keinginannya tidak diperhatikan, dalam pendidikan anak tersebut mempunyai banyak kesusahan. Akahirnya peneliti mengambil kesimpulan bahwa anak tersebut tidak mempunyai arah kecuali kendali penuh dari orang tuanya.
Peneliti pernah bertanya terhadap beberapa anggota keluarga dan tetangganya ihwal sikap keseharian yang selalu ditunjukkan oleh keluarga yang jarang terjadi percekcokan atau ketidaksesuaian, dan keluarga yang rentan terjadi percekcokan. Hasilnya adalah; Keluarga yang jarang terjadi ketidak harmonisan selalu menyampaikan sopan santun, ramah, jujur, menahan ucapan dan tindakan yang sanggup menyakiti orang lain. Keluarga yang kurang seimbang berdasarkan pengamatan dan laporan dari tetangga yaitu mereka yang suka bermain tangan dan keras dalm tindakan, mereka sensitif terhadap perkataan dan tindakan orang lain.
Lebih jauh berdasarkan masyarakat disana semakin baik dan bijaksana perbuatan anggota keluarga terhadap tetangga ataupun terhadap anggota keluarga yang lain maka keluarga tersebut akan semakin tentram atau jarang terjadi percekcokan. Hal ini berdasarkan mereka didasarkan pada pengamatan-pengamatan terhadap tetangganya maupun pengalaman mereka sendiri.
Sesudah ditanyakan lebih lanjut terhadap keluarga yang jarang terjadi percekcokan, mengapa mereka bisa membuatkan sikap tadi, hasilnya adalah; Menurut mereka hal itu penting sesuai dengan anutan agama. Hal itu juga penting alasannya yaitu kita hidup bukan spesialuntuk untuk diri sendiri, namun kita hidup bersama orang lain. Perilaku kita akan berdampak terhadap orang lain dan kita sendiri. Untuk sukses dalam kehidupan yang harus diperhatikan yaitu selalu ingat pada tuntunan agama dan tidak mengabaikan orang lain sehingga kita bisa menjadi lebih baik.
Pengamatan dan perbincangan lebih lanjut dengan keluarga-keluarga di tempat ini menyampaikan bahwa; Banyak yang melaporkan banyaknya kesibukan mengakibatkan mereka kurang bisa menyeimbangkan diri. Mereka melaporkan bahwa kondisi goyah tersebut membuat mereka kurang bisa bersikap tenang, sehingga kadang mereka bertindak kurang bijaksana dalam menghadapi sesuatu. Mereka merasa anak dan pasangan kurang perhatian.
Dilain fihak beberapa keluarga melaporkan juga bahwa walaupun mereka sibuk dan banyaknya tantangan dalam rumah tangga, mereka tetap berusaha tetap tenang dengan menyandarkan diri pada Tuhan. Mereka berusaha menyeimbangkan kehidupan mereka dan menikmati apa yang terjadi. Karena mereka menganggap hal itu yaitu cuilan dari ujian kehidupan yang harus dilalui, dan tiruana ada hikmahnya. Banyak dari mereka menyampaikan Tuhan niscaya mempersembahkan jalan, dan yang harus kita lakukan spesialuntuk berusaha berbuat baik dan berharap spesialuntuk kepada-Nya.
Menurut laporan tetangga dan berdasarkan laporan dari tokoh-tokoh masyarakat terkena tugas ibadah dan kebiasaan untuk berinfak shaleh ini yaitu adalah semakin mereka taat diberibadah semakin seimbang kehidupannya terutama keluarganya. Karena jarang sekali terdengar dan terlihat percekcokan yang berasal dari keluarga yang taat diberibadah ini. Mereka juga jarang terjebak pada masalah negatif dalam bermasyarakat.
Peneliti juga menemukan keluarga yang penuh kasih akung tersebut senang memmenolong orang lain, mereka sangat murah hati, suka memdiberi, selalu bersilaturrahmi, dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Mereka menyampaikan bahwa dengan bersialturrahmi, ikut serta dalam kegiatan masyarakat serta dengan memmenolong orang lain, maka Tuhan akan mempersembahkan rahmat dan kegampangan dalam menghadapi kehidupan. Sebagian dari mereka melaporkan bahwa hal ini yaitu modal yang harus kita berdiri dalam mendidik anak dan menjalankan keluarga. Karena dengan demikian kita takkan egois, kita takkan selalu memandang keatas. Akhirnya memupuk kekeluargaan yang penuh semangat kebaikan, sehingga urusan dunia takkan memecah belahkan keluarga. Keluarga yaitu titipan Tuhan.
Pengamatan lebih jauh menyampaikan bahwa semakin keluarga tersebut peka, dermawan, dan terlibat dalam beberapa kegiatan masyarakat, maka didalam keluarganya lebih sinambung, saling menghargai, saling memmenolong, dan lebih disukai sekitarnya. Akhirnya mereka dikatakan semakin kohesif. Hal ini juga didasarkan atas laporan anggota keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat disana.
Relitas diatas menyampaikan betapa berpengaruhnya kecerdasan spiritual yang melahirkan paradigma langsung utuh yang berpusat pada prinsip hakiki terhadap kekerabatan keluarga. Karena lewat lensa ini kita berperilaku dan bersikap. Jika paradigma terkena kodrat insan tidak utuh, tidak berpusat pada prinsip yang benar-benar awet, dan tanpa mempunyai kecerdasan yang membimbing kearah yang bijaksana, maka masalah kronik dalam kekerabatan rentan terjadi. Keharmonisan rumah tangga takkan diperoleh, yang berdampak pada pertumbuhan pribadi.
Aspek-aspek metode yang membuat kehidupan keluarga serasi tidak luput dari pembentukan sikap dari para anggota keluarga ihwal kehidupannya. Dituntut kesadaran dan pandangan yang lebih luas terhadap kehidupan, sehingga mereka sanggup mempunyai arti, tujuan, dan kelapangan hati untuk memandang hidup lebih positif. Akhirnya tercipta iklim keluarga yang tenang dan harmonis, sehingga membuat awetnya penikahan.
Melihat fenomena ini peneliti berkesimpulan sementara bahwa tingkat kecerdasan spritual akan mempengaruhi kualitas keharmonisan rumah tangga. Karena dengan kecerdasan spritual individu sanggup matang secara emosional, mempunyai pegangan prinsip dan paradigma yang lebih positif juga realistis, bisa menyatukan keragaman, bisa memaknai, penuh kasih akung dan kelembutan, penuh dengan budi dan kebaikan, serta mentranformasikan kesusahan menjadi medan penyempurnan spritual yang lebih tajam dan matang. Asumsi peneliti yaitu apabila hal itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan, maka pembiasaan diri dengan orang lain serta lingkunganya sanggup tercapai. Karena ia sanggup menempatkan diri dan berperilaku tepat dalam setiap keadaan khususnya dalam keluarga.
Kesimpulan dan perkiraan sementara peneliti ini takkan benar adanya tanpa pembuktian riil yang berpegang pada metode ilmiah. Karena itu sesuai dengan beberapa klarifikasi dan masalah diatas, maka timbul suatu keinginan peneliti untuk mengambarkan kesimpulan dan perkiraan tersebut. Benarkah kecerdasan spiritual bisa membuat keharmonisan rumah tangga? untuk mendapat jawabanan yang tepat dan ilmiah maka peneliti akan melaksanakan suatu penelitian yang berjudul PENGARUH TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA PADA SUAMI ISTRI DI DESA SELOKBESUKI KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG. Peneliti sangat berharap penelitian ini akan mempersembahkan sumbangan bagi masyarakat terutama pasangan suami istri untuk menjaga dan meningkatkan keharmonisan rumah tangganya guna mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat.
B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual suami istri di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang?
2. Bagaimana tingkat keharmonisan rumah tangga suami istri di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang?
3. Apakah terdapat efek kecerdasan spiritual terhadap keharmonisan rumah tangga pada suami istri di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual suami istri di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
2. Untuk mengetahui tingkat keharmonisan rumah tangga suami Istri di desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
3. Untuk mengetahui Apakah terdapat efek kecerdasan spiritual terhadap keharmonisan rumah tangga pada suami istri di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diperlukan sanggup mempersembahkan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan khususnya psikologi keluarga, psikologi klinis, kesehatan jiwa, psikologi konseling dan ilmu pengetahuan lain yang masih terkait dengan penelitian ini.
2. Praktis
Penelitian ini diperlukan sanggup mempersembahkan informasi ihwal hal yang sanggup membuat keharmonisan rumah tangga. Sehingga sanggup diberimplikasi dalam; Persiapan untuk berkeluarga bagi calon suami atau calon istri, peningkatan kualitas keharmonisan keluarga suami/istri, meminimalisir keretakan perkawinan, penurunan angka kriminalitas yang dilakukan anggota keluarga, dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa yang berakar dari kekerabatan dalam keluarga.
Tag :
Psikologi
0 Komentar untuk "Pengaruh Tingkat Kecerdasan Spiritual Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Pada Suami Istri Di Desa Selokbesuki Kecamatan Sukodono (Psik-04)"