loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren yaitu satu-satunya forum tradisional yang kemudian tampil dari berperan penting sebagai pusat penyebaran sekaligus pendalaman agama Islam bagi pemeluknya secara lebih terarah. Pondok pesantren sebagai forum pendidikan dan pusat penyebaran agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan kehadiran agama Islam di Nusantara ini. Di Pulau Jawa forum Pesantren ini berdiri untuk pertama kalinya di zaman Wali Songo. Menurut Kafarawi (1980 : 17) sebut bahwa Syekh Maghribi dianggap sebagai pendiri pesantren yang pertama di Jawa.
Awal berdirinya pondok pesantren menyerupai halnya rintisan yang sudah dilakukan para Wali. Dalam priode selanjutnya, berdirinya sebuah Pondok Pesantren tidak sanggup terlepas dari kehadiran seorang Kyai. Kyai tersebut biasanya sudah pernah bermukim bertahun-tahun dan bahkan berpuluh-puluhan tahun untuk menpenghasilan dan mendalami pengetahuan agama Islam di Makkah dan Madinah atau pernah menpenghasilan pada seorang Kyai populer di Tanah Air, kemudian menguasai beberapa atau suatu vak tertentu, maka terdirilah bangunan sederhana tempat berguru dan pemondokan para santri. melaluiataubersamaini demikian hakekatnya tumbuhnya suatu pondok pesantrin dimulai dengan adanya legalisasi suatu lingkungan masyarakat tertentu terhadap kelebihan Kyai, dalam suatu vak atau keahlian tertentu serta keahliannya, sehingga penduduk dalam lingkungan itu banyak hadir untuk berguru menuntut ilmu kepadanya. Karena imbas yang cukup besar, bagi masyarakat sekitarnya, maka tidak sedikit kyai yang dianggap cikal-bakal suatu desa (Zamakhsyari, 1980 : 36).
Pelajaran agama yang biasa dikaji dalam pesantren berdasarkan andal dijelaskan bahwa “Pelajaran agama yang biasanya dikaji dalam pesantren ialah Al-Qur’an dengan Tajwidnya dan Tafsirnya, Aqidah dan Ilmu Kalam, Fiqh dengan Ushul Fiqh, dll. Kitab-kitab yang dikaji dalam pesantren umumnya kitab-kitab yang ditulis dalam kala pertengahan (antara kala 12 s/d 15) atau banyak yang menyebutnya Kitab-kitab kuning” (Slamet Effendi Yusuf, dkk. 1980 : 19).
Di samping aktivitas pengajaran menyerupai sudah dikemukakan tersebut diatas, pesantren sebagai forum pendidikan, sangat memperhatikan training langsung para santri melalui penanaman tata nilai atau tata tertib pondok.
Pembentukan tata nilai dan tata tertib dan kebiasaan di lingkungan pondok pesantren pada umumnya ditentukan oleh tiga faktor sebagaimana dikemukakan oleh (Kafrawi 1980 : 25) yang menyatakan bahwa tata nilai dan kebiasan di lingkungan pondok pesantren pada umumnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu: lingkungan (sistem asrama/hidup bersama), prilaku Bapak Kyai sebagai sentral figure, dan pengalaman (implementasi) kandungan (isi) kitab-kitab yang dipelajarinya.
Berdasarkan pendapat andal tersebut sanggup disimpulkan bahwa faktor penentu dari tata nilai dan kebiasaan para santri di lingkungan pondok pesantren yaitu kebiasaan hidup bersama figur Kyai dan pengalaman kandungan isi kitab-kitab yang sudah dipelajarinya. Tata nilai dan kebiasaan yang dibuat di dalam pondok pesantren sudah mewujudkan ciri-ciri tersendiri dalam kehidupan pondik pesantren secara garis besarnya yaitu sebagai diberikut :
1. Adanya korelasi yang dekat antara anakdidik (santri) dengan Kyai-kyai yang sangat memperhatikan perkembangan dan kehidupan santrinya sebab mereka tingga bersama dalam satu pondok.
2. Tunduknya santri pada Kyai, para santri menganggap bahwa menentang kiyai dianggap kurang sopan juga berperihalan dengan aliran agama.
3. Hidup ekonomis dan sederhana benar-benar dilakukan dalam kehidupan pondok pesantren. Hidup glamor tidak terdapat dalam pondok pesantren itu, bahkan tidak sedikit para santri itu hidupnya terlalu sederhana dan terlalu hemat.
4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di kalangan santri pondok pesantren.
5. Jiwa bahu-membahu dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pondok pesantren.
6. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren.
7. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan yaitu ialah salah satu pendidikan yang diperoleh santri dalam pondok pesantren (Kafarawi 1980 : 25)
Pondok pesantren mempunyai peranan yang sangat besar khususnya dalam kebangkitan nasional. Hal ini pertama-tama sanggup dilihat dari eksistensi (keberadaan) pesantren itu sendiri. Sebagai forum pendidikan terutama di Indonesia pondok pesantren di samping selain sebagai didukung oleh belum dewasa Islam dari desa-desa sekitarnya, juga dikunjungi belum dewasa Islam dari kota-kota/daerah-daerah lain yang jauh.
Sesudah kemerdekaan, muncul pondok pesantren tepatnya pada tahun 1950 di Lombok Barat yaitu Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar, Yayasan Pondok Pesantren ini dirintis semenjak tahun 1950 oleh TGH Yusuf Abdussatar Putra Almarhum TGH, Abdussatar Kediri cucu almarhum TGH. Kholidi yang ialah Ulama pertama di desa Kediri tahun 1930 (Biografi Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar, 2001: 4).
TGH. Yusuf Abdussatar yaitu seorang lulusan yang berhasil menamatkan pendidikannya pada usia yang relatif muda, dia populer sebab menamatkan pendidikan menghafal Al-Qur’an pada forum pendidikan “Ashshaulatiah” kepingan “Qisnul Huffazd” Makkah Saudi Arabia pada tahun 1939. Untuk itu, dia merintis kelompok-kelompok kecil penpenghasilanan Al-Qur’an. Di samping itu, Pondok Pesantren Yusuf Abussatar sebagai salah satu forum pendidilan agama yang mempunyai posisi yang sangat sentral dalam membentuk dan mengkader sumber daya insan yang berkarakter dalam mereview masa depannya. Misi utama Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar yaitu bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan keagamaan. Untuk itu, untuk membentuk keperibadian dari pada santri-santri di dalam pondok biar menjadi orang yang berkarakter, maka diadakanlah sebuah tata tertib gres atau peraturan-peraturan yang nantinya akan mengajarkan bagaimana santri bergaul, bercampur dan berteman dekat baik itu di lingkungan pondok, sekolah maupun masyarakat nantinya. Tata tertib yang dibuat bertujuan untuk mengajarkan kepada santri di dalam pondok biar berakhlak yang sopan, bergaul dengan baik tanpa membedakan mitra yang satu dengan mitra yang lain hukum itu mengikat para santri untuk tidak terlalu bebas dalam bergaul dan mendidik moral santri dan meningkatkan kualitas langsung anak dalam berprilaku.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mereview fenomena tersebut secara ilmiah, sehingga peneliti mengangkat judul: Peranan Tata Tertib Pondok Terhadap Pola Pergaulan Santriwati Kelas II Madrasah Tsanawiyah (Study Kasus) di Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar.
Tag :
Agama Islam
0 Komentar untuk "Peranan Tata Tertib Pondok Terhadap Contoh Pergaulan Santriwati Kelas Ii Madrasah Tsanawiyah (Study Kasus) Di Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar (Ai-41)"