loading...
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
Jamur merang ( Volvariella Valvacea ) ialah salah satu komoditas sayuran tunas yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga sekarang sudah semakin banyak orang yang mengetahui nilai gizi jamur merang dan keuntungannya bagi kesehatan manusia. Dilain fihak produksi jamur merang di Indonesia sangat terbatas sehingga nilai ekonomi jamur merang semakin meningkat. ( Sinaga, 2000).
Budidaya jamur merang tergolong sangat gampang, tidak membutuhkan lahan yang luas, bebas pestisida dan ramah lingkungan. Jamur merang sanggup dipguan 10 hari setelah tebar bibit, dalam 1 (satu) proses produksi sanggup pguan 10-15 kali. Suhu kompos yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang antara 35 – 38 C, dengan kelembaban 95 – 98% (Anonim, 2003).
Jamur merang sebagai salah satu jenis pilihan Usaha Agribisnis mempunyai potensi untuk dikembangkan, bahkan layak diusulkan menjadi sektor unggulan yang akan memperkuat struktur ekonomi. Alasannya, (a) Sumberdaya alam menyediakan materi baku melimpah, (b) Sumber Daya Manusia (SDM) bersifat padat karya dan berbasis sumberdaya lokal yang berpengaruh serta (c) Tidak memerlukan komponen luar negeri.
Jamur merang banyak mengandung protein nabati, serta unsur mikro nutrisi lainnya yang banyak dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kesegaran. Dalam 100 gram jamur merang terdapat kandungan gizi sebagai diberikut : Protein 2,68%, Lemak 2,24%, Karbohidrst 2,6%, Vitamin C 206 Cal, Calcium 0,75%, Fosfor 30,6% dan Kalium 44,1%. Sedangkan manfaat jamur merang adalah, (a) menghambat pertumbuhan sel tumor, (b) meningkatkan sistim kekebalan badan dan (c) Menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah dan hati.
Menurut Pasaribu, Permana dan Alda (2002), keunggulan komparatif yang dimiliki jamur yakni kemampuannya dalam mengubah selulose/lignin menjadi polisakarida dan protein yang bebas kolesterol, sebagai masyarakat tertentu menentukan jenis jamur tertentu sebagai fariasi sajian masakan sehari-hari untuk menghindari kadar kolesterol yang tinggi dalam darah sehingga sanggup mengurangi tekanan darah tinggi (stroke) yang sanggup muncul sewaktu-waktu.
.Sebetulnya ketika ini pasar jamur masih terbuka luas terutama untuk Ekspor. Negara tujuan Ekspor yakni Singapura, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Namun masih ada beberapa hambatan bagi produsen jamur yaitu (a) masih kurangnya kemembersihkanan dalam proses produksi sehingga menghipnotis kualitas jamur merang sehingga kalah bersaing dengan kualitas jamur luar negeri, (b) Jamur merang mempunyai sifat praktis rusak, (c) Masih kurangnya tenaga hebat dibidang pembuatan bibit jamur ( Permana,2002).
Jamur merang mempunyai peluang pasar domistik maupun luar negeri yang terus berkembang, duduk kasus penting dan fundamental dalam agribisnis yakni kesinambungan proses produksi dari hulu hingga hilir. Perusahaan berpeluang mendapat pasar dengan memperhatikan kebutuhan jamur merang yang belum terlayani. Strategi pemamasukan dibutuhkan juga untuk membidik peluang pasar domistik. Segmentasi pasar jamur merang akan meluas dengan proteksi jaenteng pemamasukan dan terusan distribusi yang baik. Perluasan pasar ini juga harus didukung dengan peningkatan skala produksi (Anonim, 2003).
Menurut Pasaribu (2002), persaingan pengusaha jamur lokal akan memaksa perusahaan berbagi produk baru, memperbaiki produk yang sudah ada menurunkan biaya dan harga, berbagi tehnologi baru, memperbaiki mutu dan pelayanan, persaingan domistik yang berpengaruh akan mendorong perusahaan mencari pasar eksport untuk mendukung ekspansi dalam skala investasi pengembangan setelah dibukanya perdagangan bebas (AFTA 2003). Pasar eksport akan semakin membuka peluang untuk ekspor jamur. Produk pertanian jamur tidak sama dengan produk non-pertanian, dimana produk pertanian mempunyai karakteristik praktis rusak (perishable), bermacam-macam kualitas dan kwantitas (variability), dan bulky dengan resiko fluktuasi harga yang cukup tinggi ( Said,2001). Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk-produk pertanian dibutuhkan pengembangan pengolahan dan industri hilirnya.
Pada ketika ini penanganan pasca pguan dan pengolahan hasil pertanian termasuk memanfaatkan produk samping dan limbahnya (diversifikasi produk) masih sangat kurang. Produk pertanian jamur merang, umumnya dipasarkan dalam bentuk primer (belum diolah), sehingga bernilai rendah dan renta terhadap fluktuasi harga. Harga komoditas primer umumnya cendrung menurun, sedangkan harga produk olahan cendrung meningkat. Di pasar domistik sebagian produk pertanian lokal kalah bersaing dengan produk impor alasannya yakni efisiensi dan mutu serta tampilan produk.
Data di Deperindag sebut bahwa hingga tahun 2002 tercatat 14 perusahaan pengalengan jamur yang tersebut di 7 propinsi yaitu di Lampung terdapat 1 perusahaan, Yogyakarta 1, Jawa Timur 2, DKI Jaya 5, Jawa Barat 3, Jawa Tengah 1, dan Sulawesi Selatan 1 perusahaan. Produksi pengalengan jamur pertahun diperkirakan mencapai 120.248.193 ton, dengan menyerap 19.607 orang tenaga kerja Indonesia dan 33 orang tenaga kerja asing. Di Jawa Timur jamur banyak diusahakan di daerah Nongkojajar, Sukorejo, Purworejo Purwodadi Pasuruan dan Batu Malang alasannya yakni kawasan tersebut mempuyai ketinggian tempat yang sesuai untuk pengembangan jamur merang.
Salah satu perusahaan jamur di Jawa timur yakni Kelompok Tani Mancilan yang membudidayakan jamur merang. Kebunnya berada di Purworejo. Permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani Mancilan yakni Tenaga hebat pembuat bibit jamur merang masih belum ada, sehingga membeli di perusahaan lainnya. Masyarakat yang mengetahui wacana jamur merang masih terbatas sehingga konsumennya spesialuntuk masyarakat kelas menengah keatas yang sudah mengenal jamur dan pengusaha Restoran Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo dan Malang. Produk jamur dari luar sudah mempunyai merk image yang lebih baik daripada produk jamur dari dalam negeri sehingga pengusaha jamur dari dalam negeri kalah bersaing dengan produk jamur dari luar. Permasalahan lain yang dihadapi yakni kurang terpenuhi kualitas produksi jamur, untuk itu Kelompok Tani Mancilan mengadakan kemitraan dengan petani di kawasan Purworejo ( kebun ) dalam hal penyediaan masukana produksi, perbaikan kualitas dan mencari peluang pasar.
melaluiataubersamaini kondisi tersebut Kelompok Tani Mancilan perlu memperhatikan usaspesialuntuk dan memperbaiki taktik pengembangan jamur semoga tetap sanggup mempertahankan keunggulan komperatif dan kompetitif di persaingan pasar bebas.
Tag :
Pertanian
0 Komentar untuk "Strategi Pengembangan Perjuangan Jamur Merang Pada Kelompok Tani Mancilan Purworejo Pasuruan (Prt-108)"