Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Jadwal Jadwal Televisi Pada Pt. Pacific Televisi Anugerah Manado (Ms-23)

loading...
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang dengan sedemikian pesatnya. Hal ini tentunya membawa begitu banyak perubahan dalam kehidupan bermasyarakat dan tentunya juga didalam kehidupan dunia usaha. Salah satu dunia perjuangan yang sangat menempel erat dan tidak bisa terlepas dari perkembangan dari ilmu dan teknologi ini ialah dunia Penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian.

Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia semakin hari semakin bersahabat saja. Meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan mempunyai dampak baik konkret maupun negatif. Namun hal tersebut tidak lah bisa di elakkan alasannya ialah perubahan zaman yang sangat dinamis dikala ini.

Tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian nasional Indonesia dengan bangkit dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama beberapa dekade TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi “corong” pemerintah.

Tonggak kedua dunia pertelevisian ialah pada tahun 1987, yaitu ketika diterbitkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:190/A/Kep/Menpen/1987 tentang siaran kanal terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Keputusan Menteri tersebut, pada tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta RCTI resmi mengudara, dan tahun-tahun diberikutnya bermunculan stasiun-stasiun televisi swasta baru. Berturut-turut ialah SCTV (24/8/1990), TPI (23/1/1991), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV (25/11/2000), Trans TV (25/11/201), dan Lativi (17/1/2002). Selain itu, muncul pula TV Global, dan TV7. Jumlah stasiun televisi swasta nasional tersebut belum mencakup beberapa aspek stasiun televisi lokal regional ibarat TV Borobudur (Semarang, Jawa Tengah), JTV (Surabaya, Jawa Timur), Bali TV (Bali), Pacific TV (Manado, Sulawesi Utara),dll.

Maraknya komunitas televisi swasta tentunya membawa dampak dalam kehidupan masyarakat, baik konkret maupun negatif. Kehadiran mereka pun sering mengakibatkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran mereka yang menayangkan hiburan dan mempersembahkan informasi, namun disisi lain mereka pun tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat alasannya ialah tayangan-tayangan yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu.

Bagaimanapun juga, televisi sudah menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat dengan kemampuan televisi yang sangat menakjubkan untuk menembus batas-batas yang susah ditembus oleh media massa lainnya. Televisi bisa menjangkau daerah-daerah yang jauh secara geografis, ia juga hadir di ruang-ruang publik hingga ruang yang sangat pribadi. Televisi ialah adonan dari media dengar dan gambar hidup yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan adonan dari ketiruana unsur tersebut yang dalam hal ini bisa dilakukan oleh televisi alasannya ialah kemampuan istimewanya dalam mengkombinasikan antara gambar, suara, gerakan dan warna.

Kemampuan televisi yang luar biasa tersebut sangat bermanfaa bagi banyak pihak, baik dari kalangan ekonomi, hingga politik. Bagi kalangan ekonomi, televisi sering kali dimanfaatkan sebagai media iklan yang sangat efektif untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Sementara bagi kalangan politik, televisi sering dipakai sebagai media kampanye maupun sebagai media sosialisasi. Sehingga tidak mengherankan apabila seiring dengan berjalannya waktu dunia pertelevisian pun kesudahannya menjadi suatu ladang bisnis yang sangat menguntungkan. Berlomba-lomba setiap stasiun televisi berusaha untuk berbagi kreativitasnya dalam melahirkan program-program kegiatan televisi yang berkarakter guna menjaring iklan sebanyak-banyaknya yang notabene ialah sumber utama pemasukan bagi pengelola stasiun televisi.
Untuk berbagi kreativitasnya pihak pengelola stasiun televisi tentunya mempunyai cara atau metodenya masing-masing. Dan tentunya dalam hal ini pihak internal dalam suatu stasiun televisi yang bertanggung balasan akan keberhasilan suatu kegiatan dalam menjaring minat penonton dan menjaring pemasukan bagi pengelola stasiun ialah Produser kegiatan televisi.

Keberhasilan suatu kegiatan menjaring penonton dan terlebih khusus menjaring iklan tentunya ialah suatu tantangan yang harus dihadapi oleh seorang Produser kegiatan televisi. Disini tidak spesialuntuk kemampuan dalam memainkan intuisi saja yang harus dimiliki oleh seorang Produser tapi juga kemampuan teknis dan manajerial haruslah mutlak perlu untuk dikuasai pula. Karena tanpa adanya kemampuan teknis dan manajerial yang cukup dan memadai dari seorang Produser kegiatan televisi, sebuah kegiatan televisi yang berkarakter dan kiranya bisa menyedot perhatian khalayak agaknya susah untuk dikembangkan.

Tolok ukur keberhasilan suatu kegiatan televisi dalam menjaring penonton selama ini sanggup dilihat dari posisi rating kegiatan yang ditempati oleh kegiatan tersebut. Semakin tinggi jumlah penonton yang mengikuti suatu kegiatan maka semakin tinggi pula rating kegiatan yang diduduki atau ditempati oleh kegiatan tersebut. Semakin populernya suatu kegiatan tentunya meningkatkan rating yang dimiliki oleh kegiatan tersebut dan hal ini tentunya menjadi daya tarik bagi pemasang iklan. Rating sendiri ialah suatu sistem yang diterapkan untuk mengetahui seberapa banyak penonton yang menonton atau menyaksikan suatu kegiatan atau kegiatan televisi. Pihak penyelenggara Rating sendiri bisa berasal dari stasiun televisi itu sendiri atau juga dari forum independen semisal AMR (AC Nielsen Media Research).

Rating dalam hal ini bukan saja ialah tolok ukur yang diambil untuk mengatahui kepopuleran suatu acara, namun di sisi lain dengan rating juga biasanya kinerja seorang Produser itu dinilai. Biasanya semakin tinggi rating suatu acara, maka semakin baik pula evaluasi kinerja yang dimiliki oleh produser kegiatan yang bersangkutan. Hal ini terjadi alasannya ialah ini intinya sejauh ini belum ada tolok ukur baku yang bisa dipakai untuk mengetahui kinerja dari seorang produser kegiatan televisi. Sehingga hingga dengan dikala ini bisa dikatakan bahwa sistem rating lah yang menjadi tolok ukur dari evaluasi kinerja sorang produser kegiatan televisi.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan sistem rating tidaklah sanggup dipakai sebagai panduan dalam menilai kinerja seorang produser kegiatan televisi. yang pertama adalah, bahwa intinya sistem rating dibentuk untuk menilai kesuksesan suatu acara. Yang menjadi obyek penelitian dalam sistem rating ialah penonton dari suatu kegiatan dan bukan produser yang membuat kegiatan tersebut. Yang kedua adalah, selera penonton dalam menonton suatu kegiatan ialah tidak sama-beda dan cenderung berubah sehingga tidak lah sanggup dijadikan tolok ukur yang konstan dalam hal evaluasi kinerja seorang produser. Sedangkan yang ketiga ialah survey yang dilakukan oleh forum rating dalam hal ini AC Nielsen paling tidak spesialuntuk dilakukan di enam kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang dan Makassar. Hal ini tentunya tidak bisa mewakili keseluruhan selera penonton di Indonesia. Selain itu, sistem rating spesialuntuk bisa mengikutsertakan stasiun-stasiun televisi besar yang jangkauan siarannya luas dan notabene berada di area tempat pelaksanaan survey sehingga stasiun-stasiun tv lokal yang tempat jangkauan siarannya tidak hingga ke tempat dimana survey rating dilaksanakan tidak menerima penggalan penilaian.

Dari konsep aliran diatas maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa hingga sejauh ini belum ada standar pengukuran yang niscaya untuk menilai kinerja seorang produser kegiatan televisi. sementara dunia pertelevisian remaja ini menuntut sumberdaya-sumberdaya insan yang handal yang bisa untuk membuat acara-acara televisi yang kreatif dan berbobot dan yang disukai oleh penonton dan tentunya juga sanggup diukur kinerjanya secara niscaya dan jelas.

Berangkat dari pokok-pokok pikiran diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penulisan tawaran skripsi dengan judul: ”Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Program Acara Televisi pada PT. Pacific Televisi Anugerah Manado”

0 Komentar untuk "Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Jadwal Jadwal Televisi Pada Pt. Pacific Televisi Anugerah Manado (Ms-23)"

Back To Top