loading...
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Masalah kesehatan ibu dan perinatal ialah persoalan nasional yang perlu mendapat prioritas utama, lantaran sangat memilih kualitas sumber daya insan pada generasi menhadir. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus lantaran Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI dikala melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005).
Menurut Survei Penduduk (SP) dan Survei Sosial Tingkat Nasional (Susenas) tahun 2000 dalam profil dinas kesehatan (Dinkes) Propinsi Lampung 2005, AKI di Propinsi Lampung sebesar lebih dari 307 perkara per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun diberikutnya AKI di Propinsi Lampung mengalami penurunan, yakni sebesar 53 perkara per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 dan 88 perkara per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 dan 2005. Di Propinsi Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Selatan ialah kabupaten dengan jumlah AKI terbanyak yaitu 147 perkara per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-4 dengan jumlah 85 perkara per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Lampung, 2005).
Upaya menurunkan AKI intinya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu kanal terhadap pelayanan investigasi kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya akomodasi acuan bagi perkara risiko tinggi sanggup menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya sanggup mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berafiliasi dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, ibarat taraf pengetahuan, sikap, dan sikap ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya investigasi kehamilan dengan melihat angka kunjungan investigasi kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar contoh nasional (Prawirohardjo, 2002).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan sasaran tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah samasukan ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menawarkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menawarkan bahwa kanal petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan. Sedangkan K4 : Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapat pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah samasukan ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menawarkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai . Rendahnya K4 menawarkan rendahnya peluang untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric.
Dari studi penlampauan menurut profil kesehatan Propinsi Lampung tahun 2005 didapatkan pencapaian cakupan K4 untuk Propinsi Lampung sebesar 83 %, sedangkan targetnya 86 %, untuk Kota Bandar Lampung pencapaian cakupan K4 sebesar 82 % dan targetnya sebesar 78 %, dan pencapaian cakupan untuk Puskesmas Kedaton K4 sebesar 84 % dengan sasaran K4 sebesar 90 %. melaluiataubersamaini demikian sasaran untuk cakupan K4 di Puskesmas Kedaton masih belum tercapai (Dinkes Propinsi Lampung dan Dinkes Kota Bandar Lampung, 2005).
Belum tercapainya sasaran K4, salah satunya disebabkan lantaran pemahaman tentang fatwa Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya kunjungan investigasi kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya investigasi kehamilan secara teratur.
Kunjungan investigasi kehamilan ialah salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor yang berafiliasi dengan sikap ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung ialah ketersediaan masukana-masukana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong ialah sikap dan sikap petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Secara teori memang perubahan sikap atau mengadopsi sikap gres itu mengikuti tahap – tahap, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau ”KAP”. Beberapa penelitian sudah mengambarkan hal itu, namun penelitian lainnya juga mengambarkan bahwa proses tersebut tidak selalu ibarat teori diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang sudah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk mereview tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap sikap kunjungan investigasi kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang persoalan tersebut di atas, permasalahan yang timbul dalam penelitian ini ialah : Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap sikap kunjungan investigasi kehamilan di Puskesmas Induk Kedaton Bandar Lampung ?
Tag :
Kedokteran
0 Komentar untuk "Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Sikap Kunjungan Investigasi Kehamilan Di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung (Kd-02)"