Implikasi Dampak Motivasi Kerja Terhadap Sikap Organisasi Di Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Madiun (Ms-27)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang Masalah
Efektivitas setiap institusi atau organisasi sangat dipengaruhi oleh sikap insan yang menjadi anggotanya. Manusia ialah sumberdaya yang pertama  dan utama bagi setiap organisasi, yang mempunyai keunikan persepsi, kepribadian dan pengalaman hidup. Manusia tidak sama latar belakang kehidupan social budaya, ekonomi, dan politik serta kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya. Kemampuan individu dalam meningkatkan efektivitas kerja di suatu organisasi bukan kasus yang enteng. Manajer suatu organisasi harus memandang masing-masing karyawan atau anggota sebagai sosok yang mempunyai kepribadian, sikap yang unik dan persepsi yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Hubungan antara individu dan kelompok dalam suatu organisasi membuat cita-cita bagi sikap individu. Harapan ini diwujudkan dengan memotivasi peran-peran tertentu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa orang harus memainkan kiprah pemimpin, sementara lainnya sebagai pengikut. Ada Top Manajer, menejer mengengah dan bawahan yang harus dimainkan sesuai porsi dan tanggungjawabannya. Organisasi mempunyai sistem kewenangan, status dan kekuasaan, sementara insan dalam organisasi mempunyai bermacam-macam kebuuthan yang dibutuhkan sanggup terpenuhi melalui organisasi. Kelompok di dalam organisasi juga mempunyai imbas yang berpengaruh atas sikap individu dan kinerja organisasi.


Perilaku seseorang pada setiap situasi melibatkan interaksi dan motivasi personal dan situasiasional, untuk memmenolong mengidentivikasi faktor manajerial utama dlam sikap organisasi. Banyak fihak menyarankan dengan memakai pendekatan kontijensi (contigensi approach). Asumsi dasar pendekatan tersebut yaitu tidak ada cara terbaik untuk mengelola suatu organisasi. Suatu metode sangat efektif di satu situasi tetapi belum tentu di situasi lainnya cocok. Pendekatan kontijensi ini semakin popular alasannya hasil riset menawarkan bahwa dalam beberapa praktek menajemen di beberapa praktek administrasi di beberapa organisasi, dengan mempersembahkan suatu karakteristik pekerjaan dan orang tertentu dalam melaksanakan pekerjaan, mempersembahkan hasil yang lebih baik dibanding lainnya. Dalam pendekatan kontijensi, manager mendiagnosis karakteristik individu dan kelompok, struktur organisasi, dan gaya kepemimpinan sebagai langkah-langkah memotivasi, sebelum memutuskan solusi tertentu.

Struktur organisasi sebagai pendekatan formal dalam mengelompokkan orang dan pekerjaan sesuai dengan kiprah dan wewenangnya, sering digambarkan dalam bentuk denah organisasi secara utuh dan menyeluruh, sedangkan proses menawarkan suatu dinamika organisasi, al. komunikasi, pengambilan keputusan, dan penegmbangan organisasi yang ialah rujukan proses dalam organisasi. Asumsi dasar yang memakai invidu dan kelompok dalam bekerjasama dengan organisasi dan lingkungan disebut dengan kultur. Arti lain kultur organisasi yaitu kepribadian, atmosfir, atau perasaan, yaitu sikap yang sempurna dan ikatan yang memotivasi individu dan cara suatu organisasi memproses informasi, korelasi internal, dan nilai-nilai. Kultur berfungsi di seluruh tingkatan dari sesuatu yang tidak terperinci sampai yang tampak. Kultur organisasi sanggup di identikkan sebagai satu noda tinta yang kita lihat kalau kita lihat  (Hampden-Turner, 1990:1). Kultur organisasi sanggup terwujud dalam pikiran, perasan, dan pembicaraan organisasi. misal menyebarkan norma-norma terkena cara berpakaian, praktek bisnis, sistem promosi. Wal Mart Associates saling menyebarkan rasa cara kerja dengan cabang bekerja sempurna waktu dengan sikap positif. Ini menjadi andil yang mengikat karyawan dan membuat perasaan kebersamaan (Fiedler & Garcia, 1998:11). Kultur organisasi sanggup menjadi positift atau negatif. Kultur organisasi yang konkret akan memmenolong meningkatkan produktivitas, kultur negatif akan merintangi perilaku, menghambat efektivitas kelompok an desian organisasi yang lebih baik. Manajer yang efektif mengetahui apa yang dicari melalui struktur, proses dan kultur serta bagaimana memahami apa yang mereka peroleh. Karenanya manajer harus bisa mengembangkan keterampilan diagnosis, alasannya mereka dididik mengidentifikasi tanda-tanda kasus yang membutuhkan perhatian lebih lanjut. Indikator masalahnya yaitu penurunan kuantitas dan atau kualitas kerja, meingkatkan mangkir atau keterlambatan, dan sikap karyawan yang negatif.

Demikian pula kinerja individu yaitu dasar kinerja organisasi. Pemahaman terhadap sikap individu sangat penting alasannya ialah faktor kritis bagi administrasi yang efektif. Karena itu ilmu psikologi sosial mempersembahkan bantuan yang baik terhadap korelasi antara sikap, persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja individu. Keragaman  kultural yang terjadi sanggup dipahami sebagai karakteristik individu. melaluiataubersamaini demikian motivasi dan kemampuan individu memilih kinerja. Bagaimana perilaku-perilaku individu dibangkitkan, dipertahankan, serta langkah-langkah apa yanfg harus dilakukan menjadikan kompleksitas teori motivasi yang relevan.

Demikian juga dengan sikap kelompok, yang terbentuk alasannya tindakan manajerial dan alasannya upaya individu. Manajer membuat adanya kelompok kerja untuk melaksanakan pekerjaan, kiprah pokok dan fungsi yang didiberikan. Kelompok tersebut menurut keputusan manajerial dan atau inisiatif karyawan. Persoalannya kini dalam konteks mikro di lingkungan Sekretaris Daerah Kabupaten Nganjuk, pada masa otonomi tempat ini dituntut perubahan sikap organisasi yang tumbuh dari aktifitas, kreatifias, dan daya penemuan yang bersifat terbuka. Menempatkan fungsi yang sebenar-benarnya sebagai pelayan masyarakat (Public Service), Pemberdayaan masyarakat ( Public Empowernment ) dan fasilitator pembangunan daerah, tidak harus menunggu petunjuk dari atas, dan menggeser budaya birokratis-elitis, khusus serta sikap provider (pemdiberi nafkah). melaluiataubersamaini diberlakukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 wacana Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten Madiun sudah melaksanakan langkah-langkah proaktif atas dasar Undang-undang tersebut.

Uraian ini menggambarkan bahwa dengan dilaksanakannya otonomi tempat sanggup menggerakkan atau memotivasi seluruh sumberdaya yang ada, terutama SDM Aparaturnya untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik serta sanggup memenuhi tuntutan masyarakat di masa reformasi. Perubahan atau peningkatan motivasi tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam dan seksama, apakah mempunyai imbas yang bermakna terhadap sikap organisasi karyawan.


0 Komentar untuk "Implikasi Dampak Motivasi Kerja Terhadap Sikap Organisasi Di Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Madiun (Ms-27)"

Back To Top