Meningkatkan Hasil Berguru Siswa Pokok Bahasan Hitung Adonan Kelas Iii Mi Ma’Arif Blotongan Salatiga Memakai Alat Peraga Kartu Mainan ..(Pmt-3)

loading...
A. Latar Belakang
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta – fakta yang harus dihapal. Kelas masih berserius pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama taktik belajar. Untuk itu dibutuhkan taktik berguru “baru” yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah taktik berguru yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah taktik yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri (Diknas 2003 : 2). Melalui landasan filosofi kontruktivisme, CTL siswa diharapkan berguru melalui”mengalami” bukan “menghapal”.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Merupakan konsep berguru yang memmenolong guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat korelasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas : 2002 : 1). melaluiataubersamaini konsep itu berguru diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk aktivitas siswa mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status mereka, dan bagaimana mencapainya. melaluiataubersamaini begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.


Dalam kelas kontekstual kiprah guru yaitu memmenolong siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan taktik dari pada memdiberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang gres bagi siswa tersebut. Begitulah kiprah guru dalam kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.


Pada masa ibarat kini ini kualitas sumber daya insan sangat di perlukan alasannya untuk*menghadapi tantangan dunia pada abad globalisasi yang penuh dengan persaingan, tidak menutup kemungkinan jikalau sebuah negara tidak mempunyai kualitas sumber daya insan yang tinggi akan tertinggal jauh dengan negara-negara lain, rendahnya kualitas pendidikan sanggup diartikan sebagai kurang berhasilnya suatu proses berguru mengajar di suatu lingkungan pendidikan tersebut. Jika dilihat dari penyebabnya biasa dari siswa, guru masukana dan pramasukana maupun model pembelajaran yang di gunakan. Jika minat dan motivasi dan kemampuan siswa rendah, kualitas pendidik yang kurang profesional
Pada umumnya siswa disekolah mempunyai kesan bahwa matematika ialah mata pelajaran yang susah bagi mereka oleh alasannya itu guru – guru matematika perlu mempunyai taktik dan penguasaan yang baik wacana banyak sekali metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran matematika.

Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak spesialuntuk berperan sebagai nara sumber kepada siswanya saja, tetapi guru mempunyai peranan sebagai pembimbing dan juga fasilitator. Guru sendiri menyadari peranan yang dipegangnya dalam pertemuan dengan siswa . Berperan sebagai guru mengandung tantangan, alasannya di satu pihak guru harus sabar, ramah, menawarkan pengertian, mempersembahkan kepercayaan, dan membuat suasana yang efektif ; dilain pihak guru harus mempersembahkan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai sebelum proses berguru mengajar di mulai. Siswa pada suatu kelas umumnya ialah kumpulan individu - individu yang heterogen, artinya mereka mempunyai perbedaan individual dalam proses berguru mengajar. Perbedaan- perbedaan tersebut antara lain perbedaan intelegensi, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisiologis, dan faktor lingkungan. melaluiataubersamaini adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka ada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan ada pula siswa yang kurang bisa dalam mengikuti pelajaran.

Sesungguhnya matematika itu ialah ilmu ajaib yang butuh ketelitian, kesabaran, keuletan dan kesungguhan guru dalam menerapkan konsep dan mengetahui keadaan kondisi anakdidik. Pada umumnya siswa berfikir dari hal - hal yang aktual menuju hal-hal yang abstrak. Agar siswa sanggup berfikir yang ajaib dipakai menolongan yaitu dengan memakai media pendidikan atau alat peraga. Keterlibatan latar belakang keluarga dan ketimpangan ekonomi yang begitu minim berdampak pada motivasi anak menekuni pelajaran matematika dan juga kuat pada hasil berguru anak yang belum memenuhi taraf terbaik. Maka dari itu peneliti membuat alat peraga yang sederhana yang bisa dijangkau oleh masyarakat yang minim akan ekonomi, yaitu alat peraga kartu mainan yang bahannya dari kertas dan bisa dibeli dengan harga terjangkau.

Kondisi nyata pada Madrasah Ibtidayah Ma’arif Blotongan tahun pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 142 siswa mereka tergolong rendah dalam standar kompetensi pada umumnya. oleh alasannya itu hal ini memungkinkan untuk dinaikkan dengan melalui penanganan pendidikan seterbaik mungkin.

Matematika yaitu sebagai ilmu dasar, berakal balig cukup akal ini sudah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaanya . Dalam perjuangan untuk menanggulangi rendahnya hasil berguru matematika dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Maka pemerintah sudah melaksanakan banyak sekali perjuangan antara lain dengan perubahan kurikulum pendidikan, sekaligus ialah pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada tiruana jenis dan jenjang pendidikan. Pada tahun 1975 sudah disusun kurikulum matematika yang kemudian disempurnakan tahun 1984 kemudian disempurnakan lagi tahun 1994 dan tahun 2004 . kini yang dipergunakan yaitu yaitu kurikulum tahun 2006 yang disebut dengan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi ini berorentasi pada tujuan instruksional yang hendak dicapai dan prinsip berguru tuntas, (mastery learning ). Agar tujuan instruksional sanggup dicapai dan ketuntasan berguru sanggup terwujud dengan terbaik , maka kesalahan-kesalahan dalam menuntaskan soal-soal dongeng pada pokok bahasan operasi hitung adonan perlu diketahui sedini mungkin. Hal ini untuk menghindari kesusahan berguru yang berlarut-larut dan terbawa hingga pada jenjang yang lebih tinggi. Kemudian soal dongeng ialah hal yang paling susah dialami siswa didalam menyelesaikannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Soal Cerita Hitung Campuran Kelas III MI Ma’arif Blotongan Salatiga Menggunakan Alat Peraga Kartu Mainan dan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Tahun Pelajaran 2005/2006

0 Komentar untuk "Meningkatkan Hasil Berguru Siswa Pokok Bahasan Hitung Adonan Kelas Iii Mi Ma’Arif Blotongan Salatiga Memakai Alat Peraga Kartu Mainan ..(Pmt-3)"

Back To Top