Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Huda Temanggung Siswa Kelas V (Ai-62)

loading...
BAB I 
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Menurut Al-Ghazzawi yang dikutip kembali oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad, bahasa Arab ialah salah satu bahasa yang banyak digunakan oleh masarakat dunia, yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 (dua ratus juta) umat insan dan bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 (dua puluh) Negara.[1] Bahasa Arab yakni salah satu bahasa hidup, yang digunakan sehari-hari dan ialah bahasa resmi di Saudi Arabia, Marokko, Aljazair, Libya, Tunisia, Mesir, Sudan, Lebanon, Syria, Irak, Kuwait, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir, Palestina, dan beberapa negara di semenanjung Arabia.[2] Di samping itu bahasa Arab juga ialah bahasa kitab suci al-Qur'an dan al-Hadist. Bahasa Arab yakni bahasa ilmu pengetahuan agama Islam. Disamping digunakan sebagai alat komunikasi bahasa Arab juga digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sangat menarikdanunik untuk dipelajari. Dalam ritual ibadah khususnya sholat, haji, dan doa juga memakai bahasa Arab.
Dari uraian singkat di atas, sanggup dipahami bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam lebih mendalam, sebelumnya ia perlu menguasai bahasa Arab, alasannya yakni dengan menguasai bahasa Arab pintu gerbang untuk mendalami al-Qur'an, hadist dan ilmu pendukungnya menjadi terbuka lebar.
Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 dan 29 Tahun 1990, yang dimaksud dengan Madrasah yakni sekolah umum yag berciri khas agama Islam. Makara Madrasah Ibtidaiyah (MI) yakni sekolah yang berciri khas agama Islam yang setingkat sekolah dasar.[3] Pelajaran bahasa Arab di madrasah sudah barang tentu diajarkan alasannya yakni bahasa Arab termasuk penggalan dari pelajaran yang harus diajarkan di madrasah, mulai dari tingkat MI hingga sekolah tinggi tinggi.
Para lulusan madrasah seyogyanya mempunyai pujian tersendiri alasannya yakni kemapuannya dalam membaca, menulis dan memahami bahasa Arab, yang ialah kunci untuk memahami al-Qur'an dan Hadis serta kitab-kitab keagamaan klasik.[4] Sayangnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Arab para lulusan madrasah semakin menurun, bila tidak bisa dikatakan sangat lemah. Salah satu pola untuk mendukung pernyataan ini, bisa dilihat dari masalah para calon mahasiswa IAIN Jakarta (yang kini sudah bermetamorfosis Universitas Islam Negeri), pada tahun 1995 diberikut ini:

Persyaratan untuk diterima sebagai mahasiswa gres di UIN Jakarta pada tahun 1995 yakni bahwa calon harus menerima nilai tes bahasa Arab minimal 6 hingga 10. Hasilnya lebih kurang spesialuntuk lima yang menerima nilai tes bahasa Arab 7 – 9, 132 anak memperoleh nilai 5 – 7, dari lebih kurang hampir 5000 (lima ribu) calon yang lebih banyak didominasi yakni para lulusan madrasah dan lainnya menerima nilai kurang dari 5. Keadaan serupa ternyata tidak spesialuntuk terjadi di UIN Jakarta saja, akan tetapi juga terjadi di IAIN dari kawasan lain dan PTAIS lainnya. melaluiataubersamaini kata lain, di IAIN dan PTAIS lainpun banyak calon mahasiswa yang tidak atau kurang bisa menguasai bahasa Arab sesuai dengan standar kemampuan menguasai bahasa Arab untuk lulusan Madrasah Aliyah.[5]

Penurunan prestasi berguru khususnya pelajaran bahasa Arab pada cukup umur ini menjadi perhatian dan sekaligus kekhawatiran yang dirasakan penulis dan ini juga ialah salah satu faktor pendorong penulis dalam mengangkat tema ini dengan judul "Pengajaran Bahasa Arab di MI Miftakhul Huda Temanggung (Telaah Metode)".
Mengapa pengajaran bahasa Arab yang penulis kemukakan? Adanya gagasan untuk mengetengahkan duduk kasus metode dalam goresan pena ini, dimaksudkan untuk mempersembahkan manfaat pada dunia pengajaran bahasa, khususnya bahasa Arab. Sebab, setiap orang yang bergelut di bidang ini niscaya menyadari pentingnya metode pembelajaran yang selayaknya dikuasai oleh calon pendidik atau pengajar.[6] Penguasaan bahan ilmu bukanlah ialah suatu jaminan kemampuan bagi seseorang untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun juga. Di samping itu, duduk kasus metode bukanlah sesuatu yang simpel dicerna di dalam pengaplikasiannya (heuristik). Seperti yang ditulis oleh Edward M. Anthony dalam artikelnya dengan judul "Approach, Method and Technique" pada tahun 1963, dan dikutip kembali oleh Prof. Dr. Azhar bahwasannya lapangan pengajaran bahasa diusahakan bisa mencapai taraf ilmiah ketimbang spesialuntuk mengambang pada taraf eksperimental dan empiris dan bisa juga memperdalam hakekat berguru dan mengajar bahasa. Dan bagaimana metode yang bekerjsama terjadi di dalam kelas dan ialah pelaksanaan dari metode yang sifatnya implementatif.[7]
Adapun alasan penulis menentukan MI Miftakhul Huda Temanggung sebagai subjek penelitian yakni alasannya yakni ada indikasi MI Miftakhul Huda Temanggung mempunyai kelebihan dalam penguasaan bahasa Arab di antara MI-MI lainnya yang berada di wilayah sekecamatan Bulu, kabupaten Temanggung. Hal ini bisa dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh saat ujian semester genap pada tahun aliran 2004-2005, yakni dengan nilai rata-rata 7,65. Sedangkan nilai rata-rata pelajaran bahasa Arab untuk MI sekecamatan Bulu yakni 60,01.
Alasan inilah yang membuat penulis merasa perlu melaksanakan suatu peneltian. Bagaimana cara pengajaran bahasa Arab pada forum tersebut? Dan bagaimana peranan serta imbas guru –gurunya?
Penelitian ini dibutuhkan berhasil mendeskripsikan proses pengajaran bahasa Arab pada forum tersebut disertai analisis kelebihan dan belum sempurnanyanya, kemudian memdiberi tunjangan pikiran bagi pengajaran bahasa Arab bagi lembaga-lembaga pendidikan lain setingkat Madrasah Ibtidaiyah.

Judul : Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Huda Temanggung Siswa Kelas V (AI-62))


Tag : Agama Islam
0 Komentar untuk "Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Huda Temanggung Siswa Kelas V (Ai-62)"

Back To Top