Pengaruh Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Prestasi Berguru Bahasa Indonesia Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Ketapang Kabupaten Sampang (Pbi-13)

loading...
BAB I  

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah



Proses berguru mengajar ialah inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru ialah personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep gres dalam dunia pembelajaran. Menurut Peters (dalam Sudjana, 2009: 15) mengemukakan bahwa ada tiga kiprah dan tanggung tanggapan guru, yakni guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai direktur kelas.


Sebagian andal menyampaikan bahwa kiprah dan peranan guru antara lain menguasai dan membuatkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Tugas guru dalam proses berguru mengajar mencakup kiprah pedagogis dan kiprah administrasi. Tugas padagogis yaitu kiprah memmenolong, membimbing, dan memimpin. Dalam situasi pembelajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung tanggapan penuh atas kepemimpinannya yang dilakukan itu. Ia tidak melaksanakan instruksi-instruksi dan tidak berdiri di bawah arahan insan lain kecuali dirinya sendiri, sehabis masuk dalam situasi kelas.


Dari hal itu, guru sebagai pendidik mempunyai kiprah yang sangat besar, di samping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi insan yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan umum, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, akal pekerti luhur, dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta mempunyai tanggung tanggapan besar dalam pembangunan bangsa.
 
Oleh alasannya yaitu itu, guru harus mengetahui  bagaimana situasi  dan kondisi anutan itu disampaikan kepada peserta didik, masukan apa saja yang diharapkan untuk mencapai keberhasilan belajar, bagaimana cara atau pendekatan yang dipakai dalam penbelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektifitas, efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menjadikan daya tarik bagi peserta didik.


Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergi, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa berguru bagaimana seharusnya berguru melalui aneka macam pengalaman berguru hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih bisa membuat lingkungan yang efektif dan akan lebih bisa mengelola proses berguru mengajar, sehingga hasil berguru siswa berada pada tingkat yang optimal.


Belajar memang bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian gosip pada anak didik, tetapi berguru membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan dari pelajar itu sendiri. Itulah keaktifan yang ialah langkah-langkah berguru yang didesain biar siswa bahagia mendukung proses itu dan menarikdanunik minat untuk terlibat. 


Mengaktifkan berguru siswa dalam kegiatan pembelajaran ialah salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa biar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru harus memdiberi peluang kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara terbaik dengan bahasanya dan melaksanakan dengan kreatifitasnya sendiri. Mengajar berdasarkan Nasution (dalam Ahmadi 2005: 39) yaitu kegiatan guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar.


Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang besar lengan berkuasa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satunya yaitu “model atau metode pembelajaran”. Apabila ditinjau dari karakteristik setiap individu dari anak didik niscaya mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan sikap, gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, sosial budaya dan sebagainya. Untuk itu guru harus bisa menjadikan mereka tiruana terlibat, merasa bahagia selama proses pembelajaran.


Pendidikan yang dianggap ialah suatu alternatif dalam membentuk kepribadian insan dianggap gagal. Hal ini dipengaruhi alasannya yaitu kurangnya perhatian terhadap kasus bagaimana mengubah pengetahuan yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa. 


Mengembangkan nilai-nilai yang diajarkan pada siswa sangat tergantung pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran yaitu kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model serta metode pembelajaran.


Model mengajar ialah salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan siswa pada ketika berlangsungnya pembelajaran. Oleh alasannya yaitu itu, peranan model mengajar sebagai alat untuk membuat proses berguru mengajar terhadap keaktifan proses pembelajaran.


melaluiataubersamaini model dan metode yang sempurna seseorang sanggup meraih prestasi berguru secara berlipat ganda. Hal itu tentu saja ialah peluang dan tantangan yang menggembirakan bagi kalangan pendidik. Tetapi jikalau bangsa Indonesia terlambat mengapresiasikan aneka macam temuan mutakhir dalam bidang metodologi pendidikan, maka posisi kita akan semakin tertinggal di belakang. 


Model pembelajaran yang sempurna sanggup mempersembahkan motivasi berguru yang tinggi, dimana sangat besar lengan berkuasa sekali pada pembentukan jiwa anak. Motivasi berguru yang membangkitkan dan memdiberi arah pada dorongan yang mengakibatkan individu melaksanakan perbuatan belajar.


Guru dituntut untuk menguasai bermacam model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dalam menentukan model pembelajaran, kadar keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan memakai bermacam-macam model dan metode pembelajaran. Keaktifan siswa di kelas sangat diharapkan alasannya yaitu proses kerja sistem memori sangat memmenolong perkembangan emosional siswa.


melaluiataubersamaini model berguru aktif, siswa akan bisa memecahkan masalahnya sendiri, yang paling penting melaksanakan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa biar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan bahagia belajar, guru harus mempunyai taktik yang baik supaya pendidikan dan pengajaran yang disampaikan memperoleh respon positif, menarikdanunik perhatian, sanggup dikembangkan dan terimplementasi dalam perilaku yang positif  pula. Untuk mencapainya, seorang guru harus sanggup menentukan model pembelajaran yang menarikdanunik alasannya yaitu model pembelajaran yang biasa diterapkan monoton spesialuntuk terserius pada materi saja.


Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, banyak faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya yaitu dalam hal penyampaian materi dari sumber melalui jalan masuk atau media tertentu ke penerimaan siswa, sedangkan model pembelajaran yang dipakai di sekolah dirasakan masih kurang membuat suasana aman dan siswa terkesan pasif. Hanya mendengarkan klarifikasi guru tanpa ada respon dari siswa, sehingga yang diketahui siswa spesialuntuk tersimpan dalam memori saja, tidak diungkapkan. Penyebab dari kepasifan siswa di kelas yaitu takut salah atau tidak percaya diri dan siswa cenderung aib mengungkapkan pendapatnya.


Salah satu alternatif yang sanggup dilakukan oleh seorang guru guna lebih mengaktifkan berguru siswa di kelas yaitu dengan memakai medel Jigsaw Learning. Strategi ini sanggup diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mencapai kompetensi yang sudah diputuskan dan diketahui siswa dengan membagikan materi asuh yang lengkap. Dalam taktik ini, siswa dibagi secara kelompok, siswa sanggup mendiskusikan dalam kelompok kecil. Setiap anggota kelompok kecil berusaha membuat resume untuk mencapai kompetensi yang sudah diputuskan. Bentuk kelompok gres secara acak dan setiap anggota kelompok untuk saling menunjukan resume kepada sesama anggota dalam kelompok gres tersebut sehingga diperoleh pemahaman yang utuh. 


melaluiataubersamaini model pembelajaran ini, siswa sanggup bekerja atau berpikir sendiri tidak spesialuntuk mengandalkan satu siswa saja dalam satu kelompok tersebut. Karena setiap siswa dituntut sanggup meresume dan sanggup mempresentasikan pada kelompok yang baru.

Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis ingin mengangkat satu judul yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi ketika ini, yaitu: “Pengaruh Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ketapang Kabupaten Sampang”.


0 Komentar untuk "Pengaruh Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Prestasi Berguru Bahasa Indonesia Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Ketapang Kabupaten Sampang (Pbi-13)"

Back To Top