Pengetahuan Dan Sikap Sikap Merokok Pada Siswa Smu Negeri 3 Padang Sidimpuan Sumatera Utara (Kd-03)

loading...
A. Latar Belakang
Kesehatan ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Dari definisi tersebut sanggup disimpulkan bahwa kesehatan ialah suatu investasi. Jadi, ketika kita sedang memperjuangkan kesehatan berarti kita juga sedang menanam investasi baik dari sosial maupun dari segi ekonomi. Jika demikian keadaanya, maka kesehatan harus diperjuangkan seterbaik mungkin.


Walaupun demikian, kesehatan ialah hak setiap orang. Karena itu prinsip-prinsip investasi di dunia perekonomian tidak seluruhnya diterapkan di dunia kesehatan. Maksudnya, ketika kita membuat orang yang tidak sehat menjadi sehat maka tidak etis kalau kita mengharapkan produktifitasnya sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk membuat orang yang tidak sehat menjadi sehat. Karena kesehatan ialah hak setiap orang maka kesehatan harus diusahakan dan dinikmati oleh setiap orang. Usaha itu bukan saja kewajiban pemerintah semata, melainkan kewajiban setiap orang (Depkes. RI, 1992:2).
Salah satu penyebabnya dilema kesehatan yang ada hampir seluruh negara didunia termasuk Indonesia ketika ini yaitu merokok. Merokok menjadi penyebab dilema lantaran mengakibatkan kehilangan ataupun kerugian sumber daya baik tingkat keluarga, tingkat perusahaan, maupun tingkat nasional. (Gani, 1993:5).

Kesakitan dan janjkematian yang diakibatkan rokok ialah belahan dari bentuk kelalaian atau kealahan yang disengaja, lantaran itu identik dengan bunuh diri. Padahal dalam sudut pandang agama apapun, tindakan itu tidak akan diridhoi oleh tuhan yang Maha Bijaksanan. Menurut data di Indonesia 6,5 juta orang sampaumur menderita penyakit akhir merokok. Berbagai penyakit tersebut antara lain kanker terutama kanker paru, jantung dan peredaran darah, bayi lahir dengan berat rendah serta sindroma bayi meninggal medadak (studden death) dari ibu yang merokok (Depkes RI, New Letter, Mei 2003).

Dari segi kesehatan sudah terbukti bahwa merokok bekerjasama dengan sedikitnya 25 jenis penyakit yang diakibatkan diantaranya penyakit kardiovaskuler (seperti jantung koroner, stroke, guaurisma arterosklerosis aorta, arteroklerosis pembuluh darah perifer), penyakit kanker (seperti kanker paru, mulut, tenggorokan, pankreas, ginjal dan lambung), keadaan alergi dan penurunan daya tahan tubuh, diabetes melitus, perubahan genetik, gangguan kromosom, menghambat perbaikan DNA yang rusak serta mengganggu sistem enzimetik. Akhir-akhir ini para mahir juga menghubungkan kebiasaan merokok dengan katarak mata dan osteoporosis. (Aditama, 1996:20).

melaluiataubersamaini melihat begitu luas dan fatalnya dampak negatif merokok terhadap kesehatan juga ekonomi yang tentunya akan berdampak pada keabadian pembangunan bangsa, maka seharusnya merokok bukan menjadi pilihan setiap orang dan banyak laporan hasil penelitian terkena rokok menemukan bahwa hingga ketika ini sikap merokok masih disukai banyak orang dari aneka macam kalangan, dari mulai anak-anak, remaja, cowok dan orang bau tanah sehingga merokok ialah dilema kesehatan dalam masyarakat.

World Health Organization (WHO) memperkirakan sampaumur ini terdapat sekitar 1,1 milyar perokok didunia ini, tiga ratus juta diantaranya (200 juta laki-laki dan 100 juta wanita) ialah penduduk negara maju. Di negara berkembang diperkirakan jumlah perokok hampir tiga kali lebih banyak dibanding di negara maju yaitu sekitar 800 juta orang yang terdiri dari 700 juta perokok laki-laki dan 100 juta perokok wanita. Di dunia ini 48% laki-laki dan sekitar 12% perempuan ialah wanita. Data yang dikeluarkan WHO pada tahun 1996 sebut bahwa 41% laki-laki dan 21% wanitanya ialah perokok, sementara di negara berkembang 50% laki-laki dan 8% perempuan punya kebiasaan merokok. (Aditama, 1996:43).
Setiap orang yang meninggal akhir rokok pada usia pertengahan rata-rata meninggal 22 tahun lebih cepat dari pada rata-rata. Dalam dekade 1990-an terdapat 2 juta orang yang meninggal akhir rokok diberbagai negara maju dimana 1,44 juta diantaranya ialah laki-laki dan 0,48 juta lainnya ialah wanita, di pihak lain data yang terkumpul menyampaikan bahwa di negara berkembang di dekade yang sama terdapat 1 juta janjkematian akhir rokok yang angkanya akan naik tajam menjadi 7 juta janjkematian di tahun 2000 kelak.

Menteri Kesehatan Dr. Akhmad Sujudi mengatakan, bahwa rokok menjadi penyebab janjkematian diantara 10 orang sampaumur di dunia. Kecenderungannya makin meningkat, tahun 2030 diperkirakan akan mengakibatkan 10 juta janjkematian setahun. Di Indonesia konsumsi rokok tumbuh paling cepat di dunia, penyebab utamanya perokok pemula. (IDI, 2002:1).
Menurut World Health Organization (WHO) janjkematian akhir rokok ialah 4 juta jiwa pertahun yang 500.000 diantaranya ialah perempuan. Data Departemen Kesehatan RI, Indonesia pada simpulan tahun 1999 janjkematian akhir rokok sudah mencapai 57.000 jiwa pertahun. Angka konsumsi rokok di Indonesia termasuk yang paling cepat pertumbuhannya di dunia lantaran melonjaknya perokok pemula yang sebagian besar berumur antara 10-19 tahun. (Djunaedi, 2002:19).

Berdasarkan hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Tahun 1980 sudah mengambarkan bahwa kebiasaan merokok laki-laki mencapai 46,5% dan pada tahun 1988 meningkat menjadi 52,9% hasil SKRT tahun 1995 didapat 22,9% orang berumur 10 tahun keatas sudah menghisap 100 batang rokok dalam hidupnya dan berstatus merokok. Dilihat dari usia mulai merokok menurut kelompok umur penduduk yakni 53,2% ialah penduduk berusia 15-19 tahun (SKRT 1995:18). Sedangkan hasil penelitian yan dilakukan oleh LM3 tahun 1998 mengambarkan bahwa sikap 59,04% laki-laki usia 10 tahun keatas, 4,83% perempuan berusia 10 tahun keatas (LM3, 1998:6). Padahal seorang pada usia tersebut masa perkembangan yang seyogyanya terbatas dari hal-hal yang sanggup merusak dan mengganggu kesehatannya.

Merokok sanggup menjadi penyebab dilema kesehatan di Indonesia sangat faktual terlihat semenjak tahun 1980 dengan dimunculkannya hasil survai tentang kebiasaan merokok dan beberapa aspek lainnya yang berhuungan dengan merokok sekalipun data yang ada belum transparan menggambarkan situasi sebenarnya. Sejak SKRT tahun 1992 hingga kini ditemukan bahwa penyakit jantung koroner (PJK) menempati tingkat pertama penyebab janjkematian di Indonesia. Hal ini juga mempertegas bahwa Indonesia sedang pada kondisi transisi epidemiologi yaitu sementara penyebab janjkematian akhir nanah belum teratasi dengan tuntas ternyata penyakit degeneratif menyerupai penyakit jantung koroner sudah menjadi penyebab janjkematian utama di Indonesia.

Peyakit Jantung Koroner (PJK) ialah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan kelainan myocardium yang disebabkan oleh insufiensi aliran darah koroner. (Himawan, 1973:57). Dari segi etiologi, merokok memang bukan penyebab tunggal Penyakit Jantung Koroner. Beberapa faktor resiko Penyakit Jantung Koroner, yaitu kebiasaan merokok, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah, kadar lemak yang tinggi dalam darah, hipertensi, diabetes melitus, obesitas dan sedentary living (gaya hidup dengan acara fisik yang sedikit). Dari ketiruananya itu, ternyata kebiasaan merokok ialah faktor resiko yang relatif besar mengakibatkan terjadinya Penyakit Jantung Koroner. (Siagian, 1998:5).

Logikanya, menghilangkan salah satu faktor resiko atau mengurangi resiko akan berarti menurunkan kemungkinan terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Sebaliknya janjkematian akhir Penyakit Jantung Koroner yang disebabkan merokok akan terus meningkat jikalau upaya untuk mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab tidak sungguh-sungguh dilakukan.

Dari SKRT tahun 1995 juga mengambarkan bahawa sikap merokok tidak saja tersebar di kota-kota besar melainkan di pedesaan juga. Hal ini berarti bahwa dilema merokok tersebar di desa dan di kota. Karena itu, upaya penanggulangannya pun harus tersebar di desa dan di kota dengan lebih bersiklus dan komprehensif.

Beberapa penelitian terlampau sudah membuktikan bahwa umur mulai merokok terbanyak terdapat pada kelompok remaja. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Soekidjo Notoadmodjo di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada tahun 1981 menemukan umur mulai merokok pertama kali, 11% pada umur sebelum 12 tahun, 31% pada kelompok umur 13-17 tahun, 41% pada kelompok umur 18-22 tahun dan diatas 22 tahun sebesar 17%. Dari penelitian itu juga didapatkan alasan merokok lantaran iseng (38,5%), sebagai alat pergaulan (21,1%), mengganggap rokok sebagai kebiasaan saja (9,3%), untuk mengisi kesepian (6,2%), tidak tahu (3,1%) dan dengan alasan lainnya sebesar 6,2%. (Notoadmodjo, 1982:68).

Dari beberapa penelitian terlampau juga mengambarkan angka orang yang berhenti merokok sangat kecil yaitu 2,1% pernah merokok (SKRT, 1992). Hal itu diakibatkan imbas adiksi dari kandungan zat kimia dalam rokok sehingga orang yang sudah merokok tanpa disertai pengalaman menyakitkan secara fisik cenderung akan mempertahankan sikap tersebut.

Sesudah mengetahui dampak negatif merokok di dunia termasuk di Indonesia, kelompok resiko tinggi mulai merokok, penyebaran dilema rokok, kini kita sudah hingga pada pemikiran cara mengatasi dilema tersebut.

Untuk penanggulangan dilema merokok tersebut WHO sudah memulainya dengan menetapkan tanggal 31 Mei 1988 sebagai Hari Tidak Merokok Sedunia (World No Tobacco Day) pertama dengan tema “Tembakau Atau Sehat, Pilihlah Sehat”, yang selanjutnya diputuskan setiap tanggal 31 Mei sebagai Hari Tidak Merokok Sedunia.
WHO menganjurkan tiga upaya pokok untuk menanggulangi dilema akhir merokok yaitu: (Aditama, 1996:5).

1. Upaya pengorganisasian yang mantap
2. Upaya di bidang peraturan yang tegas
3. Upaya pendidikan kesehatan yang luas
Departemen Kesehatan sendiri dalam upaya mendukung langkah-langkah yang sudah diambil oleh WHO sudah mengeluarkan peraturan melalui kode Menkes RI No.
161/Menkes/Ins/III/1990 tanggal 28 Maret 1990 Tentang Lingkungan Kerja Bebas Rokok (TLKBR) yang ditujukan seluruh jajarannya mulai dari Tingkat Pusat hingga tingkat Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, yang isinya antara lain: (Hanafiah,1993:32).
1. Menjadikan lingkungan bebas rokok masing-masing unit
2. Melaksanakan larangan merokok terhadap pejabat dan tamu/pengunjung di lingkungan kerja masing-masing unit.
3. Menyediakan daerah atau ruangan khusus bagi mereka yang ingin merokok sehingga tidak mengganggu orang di lingkungan kerja.
4. Larangan merokok di lingkungan atau daerah kerja bagi pejabat/karyawan kesehatan semoga dilaksanakan secara konsekuen dan bertanggung balasan sehingga sanggup menjadi panutan bagi masyarakat.

Pemerintah juga sudah melaksanakan pembatasan iklan rokok yakni dengan melarang iklan rokok yang menampilkan orang-orang yang sedang merokok. Tetapi, tampaknya larangan total iklan rokok perlu diterapkan juga di Indonesia. Pemerintah juga sudah melaksanakan pencantuman peringatan ancaman merokok pada setiap bungkus tapi tampaknya belum efektif. Respon yang mengambarkan bahwa tidak tertarik sering dijumpai penulis, baik dari perokok maupun non perokok, (Aditama, 1996:13) dan juga melaui Interuksi Direktur Jendral Pendidikan dasar dan menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 019/C/I/Inst/1978 tentang Larangan Pelajar Membawa Rokok.

Mendidik remaja (kelompok usia rawan mulai merokok) sanggup dilakukan dengan pendidikan masyarakat di sekolah atau melalui media lainnya. (Aditama, 1996:21). Agar materi yang didiberikan sanggup efektif, maka langkah pertama yang perlu diketahui yakni citra pengetahuan, sikap dan kecenderungan berperilaku remaja tentang kebiasaan merokok.

Berdasarkan dilema diatas membut penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang sikap merokok dikalangan Siswa Menengah Umum (SMU). Untuk lokasi penelitian penulis mengambil sampel di SMU Negeri 3 Padang Sidimpuan Sumatera Utara. Alasannya lantaran belum pernah ada penelitian tentang sikap merokok siswa di SMU Negeri 3 Padang Sidimpuan dan lantaran keterbatasan yang dimilki penulis, maka populasi penelitian ini spesialuntuk terbatas pada siswa kelas satu dan dua SMU Negeri 3 Padang Sidimpuan Sumatera Utara dengan peritmbangan lantaran kelas 3 SMU tesebut mau mengahdapi Ujian Akhir Nasional 2005. 


Tag : Kedokteran
0 Komentar untuk "Pengetahuan Dan Sikap Sikap Merokok Pada Siswa Smu Negeri 3 Padang Sidimpuan Sumatera Utara (Kd-03)"

Back To Top