Penggunaan Peta Konsep Pada Bahan Trigonometri Melalui Pendekatan Tps Di Kelas Xi Sman 6 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012 (Pmt-10)

loading...

Pendidikan ialah suatu hal yang mendasar bagi kemajuan bangsa, maju dan mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya insan itu sendiri. Peran pendidikan sangat penting untuk membuat masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. melaluiataubersamaini kata lain kualitas pendidikan diberimplikasi secara tidak pribadi terhadap tingkat kesejahteraan insan tidak terkecuali kualitas pelaksanaan proses berguru matematika.

Matematika ialah salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan dasar, menengah maupun akademi tinggi. Peranan matematika sangat penting dalam menunjang pembangunan di bidang pendidikan, bagi siswa penguasaan matematika akan menjadi masukana yang ampuh sebagai penunjang mempelajari mata pelajaran yang lain. Matematika juga membentuk kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, serta dinamis, sehingga insan bisa menemukan dan memilih ide-ide gres yang mempunyai kegunaan bagi kepentingan teknologi dalam peranan bagi manusia.

Kenyataan yang dihadapi di SMA, bahwa prestasi berguru siswa dalam mata pelajaran matematika mempunyai nilai rata-rata yang rendah. Hal ini dibuktikan pada Ujian Nasional Tahun 2010/2011, untuk SMA, nilai rata-rata untuk Matematika yakni 6,69, sedangkan nilai rata-rata untuk mata pelajaran lain lebih tinggi, yaitu rata-rata nilai Bahasa Inggris sebesar 6,80, rata-rata nilai Bahasa Indonesia sebesar 7,00, dan rata-rata nilai IPA sebesar 7,00 (Pusat Penelitian Pendidikan, Balitbang Depdiknas). 
Hal ini disebabkan oleh kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, dan siswa belum memahami suatu bahan diakibatkan ketidakpahaman dalam bahan penunjang sebelumnya. Selain itu, proses pembelajaran matematika tidak menarikdanunik bagi siswa lantaran matematika di anggap pelajaran yang sukar dipahami dan angker bagi siswa. Siswa sering tidak sanggup menuntaskan soal-soal matematika lantaran pemahaman konsep dasar yang mereka miliki sangat lemah. Matematika lebih praktis diingat apabila siswa berguru secara bermakna, yaitu siswa sanggup mengaitkan konsep gres dengan konsep yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Dahar (1989:54) mengemukakan bahwa: “Syarat untuk berguru ialah harus terjadi hubungan antara pengetahuan gres dengan pengetahuan sebelumnya”. Belajar juga ialah acara proses berfikir, Abdurahman (2005:155): “Berfikir yakni proses pemindahan realitas secara menyeluruh ke otak insan melalui indera dan mengambarkan realitas tersebut memakai gosip terlampau yang berkaitan dengan realitas tersebut”.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu perjuangan yang harus di lakukan yakni mengajarkan matematika dengan metode dan penyampaian yang sempurna sehingga sangat senang dan menarikdanunik bagi siswa, menyerupai yang diungkapkan  Simajuntak (1993:63): “Hendaknya semenjak dini konsep-konsep matematika sanggup diajarkan oleh guru dengan metode dan penyampaian yang tepat, sehingga siswa diperlukan sanggup menguasai dengan baik suatu bahan matematika yang selanjutnya sanggup menjadi dasar untuk bahan selanjutnya yang lebih sukar.”

  Salah satu yang sanggup dipakai dalam pembelajaran yakni memakai peta konsep. Peta konsep ialah salah satu media yang sanggup dipakai untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Peta konsep ini diperkenalkan oleh Novak dalam bukunya yang berjudul : Learning  How To Learn”. Menurut Dahar (1989:131) mengemukakan: “Gagasan peta konsep yang menyatakan hubungan antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi untuk menolong guru guna mengetahui konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa biar berguru bermakna sanggup berlangsung. Untuk mengetahui penguasaan konsep-konsep pada siswa dan untuk menolong para siswa mempelajari cara belajar”. melaluiataubersamaini memakai peta konsep siswa sanggup memahami bahan yang diajarkan oleh guru dan berguru bermakna sanggup berlangsung.

  Penggunaan peta konsep sanggup dikolaborasikan dengan pembelajaran kooperatif sehingga megampangkan proses berguru mengajar. Pembelajaran kooperatif ialah pendekatan pembelajaran yang mengoptimalkan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Johar (2006:30): “Pembelajaran kooperatif ialah suatu kumpulan seni administrasi mengajar  yang dipakai guru untuk membuat kondisi berguru sesame siswa. Siswa yang satu memmenolong siswa lainnya  dalam mempelajari sesuatu”. melaluiataubersamaini pendekatan pembelajaran kooperatif kegiatan diarahkan secara sadar untuk membuat interaksi yang saling memmenolong berguru sesama anggota kelompok. Sumber berguru bagi siswa bukan spesialuntuk guru dan buku didik tetapi juga sesame siswa. Pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang sangat positif terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil berguru rendah, antara lain sanggup meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, retensi atau penyimpangan bahan pelajaran lebih lama.

Kooperatif mempunyai beberapa tipe diantaranya yaitu kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Tipe TPS ialah salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Pada model TPS siswa berguru secara berpasangan, dengan berguru dalam kelompok kecil menyerupai ini (spesialuntuk 2 orang) diperlukan siswa sanggup membuatkan tanggung tanggapan merata dibandingkan kelompok biasa (yang tediri atas 4-5 orang). Hal ini memungkinkan siswa lebih sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan fokus dalam berguru dan mengerjakan kiprah yang didiberikan. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe TPS ialah suatu cara yang efektif untuk mengganti suasana teladan diskusi kelas dengan perkiraan bahwa tiruana resitusi dan diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan mekanisme yang dipakai dalam TPS sanggup memdiberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon dan saling memmenolong (Arends, 2001:325).

            Menurut kurikulum KTSP (2006), matematika yakni pelajaran wajib pada sekolah lanjutan. Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Menengah Atas antara lain mencakup beberapa aspek Aritmatika, Logika, Aljabar serta Trigonometri. Trigonometri ialah bahan yang di ajarkan di kelas XI SMA/MA semester ganjil. Disamping sebagai salah satu bahan penyumbang soal dalam distribusi soal UN (Ujian Nasional) maupun tes SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), aplikasinya juga banyak dijumpai dalam banyak sekali bidang ilmu lainnya. Misalnya fisika, kimia. Materi trigonometri harus dikuasai oleh siswa pada sekolah lanjut. Namun, kenyataan di lapangan sangatlah memprihatinkan. Ternyata kebanyakan siswa dibeberapa SMA/MA sederajat di Banda Aceh masih mempunyai hambatan dalam menuntaskan soal yang bekerjasama dengan trigonometri jumlah dan selisih dua sudut, siswa susah dalam mengingat dan memakai rumus-rumus trigonometri yang sudah diperoleh sebelumnya untuk menuntaskan persoalan trigonometri yang dihadapinya. Oleh alasannya yakni itu, penerapan model pembelajaran TPS dirasakan cocok untuk diterapkan dalam bahan trigonometri, dimana siswa didiberi peluang untuk berfikir (think) dalam memilih langkah mana yang akan ditempuh untuk menuntaskan masalah, berdasarkan Edward de Bono (dalam /search?q=). Berfikir yakni “keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman sehingga anakdidik menemukan sendiri konsep yang bahu-membahu ingin disampaikan guru”. Penalaran menyerupai ini bukan mempersembahkan hafalan rumus, tetapi peluang tes berfikir untuk memilih rumus atau suatu konsep yang akan diingat seumur hidup. Selanjutnya, siswa sanggup berpasangan  (pair) dengan mitra sebangkunya dan membuatkan (share) dengan kelompok lain sehingga lebih aktif dalam proses pembelajaran.

  Penelitian sebelumnya menggambarkan hasil penerapan peta konsep  meningkatkan hasil berguru siswa, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Nur (1999:51): “Suatu kelompok siswa diajarkan 112 kata yang bekerjasama dengan mineral dalam urutan acak. Kelompok yang lain diajarkan kata yang sama tetapi dengan urutan tertentu yaitu dengan memakai peta konsep, siswa pada kelompok ini bisa mengingat rata-rata 100 kata dibanding dengan kelompok yang diajarkan urutan acak spesialuntuk bisa mengingat  65 kata.

            Dari hasil yang dilakukan oleh Rahmi Maulida (2009) disimpulkan bahwa (1) melaluiataubersamaini memakai peta konsep melalui model pembelajaran kooperatif pada bahan segi empat sanggup mencapai ketuntasan berguru siswa di kelas VII-4 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lhoksemawe Tahun Ajaran 2008/2009, (2) kemampuan siswa dalam membuat peta konsep melalui model pembelajaran kooperatif pada bahan segi empat di kelas VII-4 Negeri 1 Lhoksemawe Tahun Ajaran 2008/2009 belum bias dikatakan baik (3) respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan memakai peta konsep melalui model pembelajaran kooperatif pada bahan segi empat di kelas VII-4 Negeri 1 Lhoksemawe Tahun Ajaran 2008/2009 yakni positif.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa penerapan peta konsep dan pembelajaran kooperatif untuk bahan trigonometri sangat cocok digabungkan. Sehingga penulis tertarik untuk mengamati apakah dengan memakai peta konsep melalui model pendekatan Think Pair Share (TPS) sanggup mencapai hasil berguru yang baik dalam proses pembelajaran bahan trigonometri. Dalam hal ini, maka penulis akan menuangkan dalam sebuah penelitian dengan judul “Penggunaan Peta Konsep Pada Materi Trigonometri Melalui Pendekatan TPS di Kelas XI SMAN 6 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012”.




0 Komentar untuk "Penggunaan Peta Konsep Pada Bahan Trigonometri Melalui Pendekatan Tps Di Kelas Xi Sman 6 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012 (Pmt-10)"

Back To Top