Peningkatan Hasil Berguru Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Realistik Bersetting Kooperatif Kelas Vii D Smpn 2 Rejotangan (Pmt-46)

loading...
BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Zaman terus berubah seiring dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam proses perubahan tersebut pendidikan memegang peranan penting sebagai wahana untuk mempersiapkan anak didik menghadapi dunianya di masa depan yang penuh dengan perubahan.

Disadari bersama, mengelola dunia pendidikan secara hakekat lebih mayoritas berealitas menangani duduk masalah insan yang dimenolong dangan instrument, guaka perlengkapan dan pemenuhan kebutuhan fisik.[1] 

Sementara itu pula, kenyataan yang tidak dipungkiri yaitu fakta yang mengatakan bahwa “ kondisi “ didalam lingkungan pendidikan terutama dalam proses mencar ilmu mengajar, faktor yang memilih yaitu imbas lingkungan baik sekolah, maupun guru kelas serta tata cara atau metode yang didiberikan guru kepada siswa pada proses pembelajaran. [2]

Matematika didiberikan dijenjang persekolahan itu sekarang, biasa disebut sebagai matematika sekolah (school mathematics).[3] Sudah barang tentu diperlukan supaya pelajaran matematika yang didiberikan ditiruana jenjang pendidikan itu akan memiliki kontribusi yang berarti bagi bangsa masa depan, khususnya dalam “mencerdaskan kehidupan Bangsa“ sebagaimana yang tercantum dalam mukodimah Undang – Undang Dasar RI.

Tetapi realitanya, dengan porsi yang banyak dan donasi motivasi  serta metode pembelajaran yang kurang menarikdanunik, siswa menganggap matematika yang sangat membosankan dan menjadi momok yang sangat menakutkan. Sehingga siswa memvonis bahwa matematika sebagai biang kesusahan dan hal yang paling dibenci dalam proses pembelajaran.


Perlu adanya perubahan pengelolaan managemen pengajaran  khususnya matematika yang bermaksud supaya mata pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang disenangi oleh siswa dan juga adanya perubahan metode pembelajaran yang kreatif. Sehingga dengan pembelajaran yang kreatif dan melibatkan siswa dalam acara pembelajaran diperlukan kondisi siswa dalam proses acara mencar ilmu mengajar menjadi nyaman dan sangat senang serta sanggup membuat kreatif pada siswa sehingga materi sanggup diserap oleh siswa. melaluiataubersamaini menumbuhkan kretifitas anak, sehingga anak tidak spesialuntuk menjadi insan yang  “konsumtif”, tetapi akan menjadi insan yang “ produktif“. 

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak spesialuntuk sanggup dipakai untuk mencapai satu tujuan, contohnya mencerdaskan siswa, tetapi sanggup pula untuk membentuk kepribadian siswa serta berbagi ketrampilan tertentu.[4] Proses mencar ilmu tampak lewat sikap siswa mempelajari materi ajar. Perilaku mencar ilmu tampak pada tindakan – tindakan mencar ilmu wacana mata pelajaran salah satu diantaranya matematika. Perilaku tersebut ialah respon siswa terhadap tindakan  mengajar atau tindakan  pembelajaran dari guru. Oleh alasannya yaitu itu, siswa harus mengetahui proses pembelajaran yang konkrit serta realistik berdasarkan pandangan siswa. Karena siswa yang masih duduk ditingkat pemula belum bisa untuk mengabstrakkan permasalahan ke dalam bentuk matematika. Sehingga matematika sanggup di realisasikan dalam kehidupan sehari – hari dengan baik.   

Ditinjau dari ranah kognitif, gotong royong tujuan utama pengajaran matematika yaitu pencapaian transfer belajar.[5] Dalam proses pembelajaran menyerupai itu, guru ialah sentral, komunikasi pribadi satu arah serta siswa yang  mendengarkan dengan tertib pelajaran guru dan menghafal apa yang didengar dan dipandang mengakibatkan kejenuhan pada siswa tanpa adanya keterlibatan pada siswa.

Dalam proses mencar ilmu mengajar, siswa berharap terjadi perubahan pada dirinya. Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar ialah proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang.[6] melaluiataubersamaini keadaan pasif, siswa menjadi kurang berekspresi dan kreatif menyerupai apa yang menjadi kemampuan dan kemauan siswa dalam proses perubahan tingkah laris bentuk meningkatkan prestasi belajarnya.

melaluiataubersamaini pemikiran diatas maka lahirlah pandangan konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan tidak sanggup ditransfer tetapi harus dibangun sendiri oleh siswa dalam pemikirannya.[7] Pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu melalui proses yang berkembang secara terus-menerus. Pengetahuan ialah suatu proses menjadi melalui acara aktif siswa mereview lingkungannya.[8] melaluiataubersamaini acara siswa ini, diperlukan siswa sanggup menyerap dalam memahami konsep pengetahuan yang sudah dibangun siswa akan semakin besar lengan berkuasa dan kokoh.

melaluiataubersamaini upaya penemuan metode pembelajaran yang gres sanggup meningkat pemahaman siswa terhadap matematika dan meminimalisir anggapan–anggapan negatif terhadap matematika. Kreatifitas dan pemikiran siswa akan lebih berkembang dan dengan sendirinya budi budi dan pemahaman siswa akan senantiasa tumbuh rindang. Model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) yaitu suatu model pembelajaran matematika yang termasuk bab dari konstruktivisme yang mempersembahkan peluang kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa memiliki pengertian besar lengan berkuasa wacana konsep-konsep matematika.  melaluiataubersamaini demikian, pembelajaran Matematika Realistik akan memiliki kontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.

Pembelajaran kooperatif yaitu seni administrasi mencar ilmu dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya tidak sama. Dalam menuntaskan kiprah kelompoknya,setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling memmenolong untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif ,belajar dikatakan belum akibat kalau salah satu mitra dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran.[9]





Belajar dengan model kooperatif sanggup diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat kawan, dan saling mempersembahkan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam mencar ilmu biasanya siswa dihadapkan pada tes soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh alasannya yaitu itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan alasannya yaitu siswa sanggup bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi kiprah yang dihadapinya.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga mempersembahkan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkarakter, sanggup memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.[10] Disini siswa didiberi peluang mengaplikasikan konsep– konsep matematika untuk memecahkan duduk masalah sehari–hari.

Mengingat pentingnya matematika khususnya pada materi garis dan sudut dalam kehidupan sehari–hari, maka Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik berseting kooperatif perlu diterapkan sedini mungkin guna membangun pemahaman dan budi budi siswa tehadap matematika, lisan siswa dan sebagainya secara mendalam dalam bermakna. Sehingga siswa termotivasi dan senang dalam mencar ilmu matematika.



SMPN 2 Rejotangan yaitu salah satu sekolah yang terletak ditengah–tengah kecamatan Rejotangan kabupaten Tulungagung perlu perhatian khusus untuk mewujudkan salah satu dunia pendidikan yang berkarakter. Selain itu untuk menumbuhkan minat mencar ilmu siswa serta meningkatkan kreatifitas dan prestasi siswa perlu penemuan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran baik dalam tugas, wacana, lingkungan, maupun analisis.




0 Komentar untuk "Peningkatan Hasil Berguru Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Realistik Bersetting Kooperatif Kelas Vii D Smpn 2 Rejotangan (Pmt-46)"

Back To Top