loading...
1.1 Latar Belakang
Anugerah Allah SWT yang tak ternilai harganya bagi insan salah satunya yakni kecerdasan. Manusia sanggup menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat insan dengan kecerdasan akal. Kecerdasan memungkinkan insan maju dalam bersikap, berbuat, dan berkarya secara dinamis dan konstruktif. Beberapa kecerdasan tersebut antara lain: kecerdasan intelegensi, emosi, spiritual, linguistik, bodi kinestik, dan interpersonal, kecerdasan sosial menyerupai yang dikemukakan oleh Wahab (Sumber: Republika Online Collected By pasarmuslim.com). Perkembangan terakhir dalam seminar Multiple Intelligence di Denpasar diperoleh hasil penelitian Goleman, bahwa keberhasilan seseorang spesialuntuk 20% dipengaruhi Intelligence Quotient (IQ), 80% dipengaruhi Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ).
EQ tinggi diharapkan semoga bisa mengendalikan diri sendiri dan orang lain, dengan mengutamakan kepentingan umum/ rakyat, daripada kepentingan perorangan dan golongan. Keberhasilan seseorang semata-mata tidak ditentukan oleh kecerdasan rasional yang diukur IQ, ada unsur lain yang harus diperhatikan yaitu Emotional Quotient (EQ). Unsur ini jauh lebih efektif menyokong kesuksesan dalam
hidup manusia. EQ sangat menekankan aspek emosional dalam diri manusia. Aspek ini memungkinkan orang menghidupkan segala bakat yang dimiliki serta menyebarkan afeksi secara wajar.
Kecerdasan emosi menggambarkan kemampuan seorang individu untuk bisa mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya.
Perkembangan terakhir dalam bidang ilmu psikologi mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan emosi ini ternyata lebih penting bagi seorang individu daripada kecerdasan intelektualnya. Mengapa? Goleman (1999) sebut bahwa: (1) EQ menghipnotis prestasi anak
(2) EQ menghipnotis sikap anak
(3) EQ menghipnotis pembiasaan sosial, konsep diri, kepribadian anak
(http://multiply.com/user/join?connect=jovandc)
Sumbangan sekolah sebagai forum pendidikan yang paling berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa yakni mengarah, membimbing serta mengantar mereka menuju kepada bidang yang cocok dengan bakatnya. Adanya sumbangan sekolah sebagai forum pendidikan mengaktualisir segala potensi siswa sehingga diharapkan siswa puas dan berkompeten dalam pelbagai konteks kehidupan. Tujuan pengembangan kecerdasan emosional yakni semoga insan mempunyai kompetensi emosional. Kompetensi emosional mencakup kompetensi individual dan sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan berelasi, berempati terhadap yang lain. Peranan EQ yang disoroti tidak berarti menggantikan kiprah IQ. EQ dan IQ tetap
dibutuhkan spesialuntuk proporsinya tidak sama. (http://www.indomedia.com/poskup/2003/01/30/EDISI30/h04.htm).
Seorang siswa sebagai generasi penerus bangsa, sepatutnya bisa mengelola aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya secara baik. Usia siswa yang tergolong cendekia balig cukup akal berkisar antara 15-18 tahun. Masa cendekia balig cukup akal dikenal dengan masa storm dan stress, masa-masa terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi pada cendekia balig cukup akal tidak terlepas dari majemuk pengaruh, menyerupai lingkungan daerah tinggal, keluarga, sekolah dan kawan-kawan sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupannya sehari-hari (Mu’tadin, 2002: 1). Hurlock (2004: 207) menyatakan bahwa “masa cendekia balig cukup akal sebagai periode perubahan, yang salah satunya yakni meningginya emosi”.
Fenomena di Sekolah Menengan Atas Kesatrian I Semarang khususnya pada kelas XI IPS, bahwa terdapat 4 siswa yang sering berselisih dengan kawan, 9 siswa berperilaku kasar, 50 siswa suka berfoya-foya, 7 siswa bersikap individualis, 8 siswa tidak bisa berempati, 12 siswa belum bisa memecahkan masalahnya sendiri, 9 siswa bermalas-malasan dalam mengerjakan kiprah dan suka membolos, serta 12 siswa bersikap tidak saling menghormati antar sesama. Penelitian sebelumnya juga sudah dilakukan oleh Siti Uswatun, salah satu mahasiswi Universitas Negeri Semarang ihwal upaya meningkatkan kecerdasan emosional melalui layanan bimbingan kelompok. Adanya penelitian tersebut juga membuktikan bahwa kecerdasan emosional siswa di Sekolah Menengan Atas Kesatrian I Semarang masih perlu ditingkatkan (belum optimal). Jika
perilaku demikian dibiarkan, dikhawatirkan akan berdampak jelek bagi kehidupan siswa tersebut di kemudian hari.
Agustian (2001: 199) menyatakan bahwa:
Tingkat IQ atau kecerdasan intelegen sebagian umumnya tetap, sedangkan EQ (kecerdasan emosional) sanggup terus ditingkatkan. Dalam peningkatan inilah kecerdasan emosi sangat tidak sama dengan IQ, yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup. Apabila kemampuan murni kognitif relatif tidak berubah, kecakapan emosi sanggup dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, kikuk, atau susah bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan perjuangan yang benar kita sanggup mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2004: 14) “visi konseling yakni terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan menolongan dalam pemdiberian pertolongan perkembangan dan pengentasan persoalan semoga individu berkembang secara optimal, berdikari dan bahagia”. Berdasarkan visi konseling, maka guna memmenolong perkembangan siswa dalam rangka pencegahan persoalan tersebut, peneliti turut mengupayakan siswa semoga meningkatkan pemahaman ihwal kecerdasan emosional. Meningkatnya pemahaman siswa ihwal kecerdasan emosional, diharapkan bisa menghipnotis tingkat kecerdasan emosional. Peneliti pun berupaya meningkatkan pemahaman ihwal kecerdasan emosional siswa melalui pemdiberian layanan isu bidang bimbingan pribadi.
Peneliti menentukan memakai layanan isu alasannya yakni layanan isu bertujuan membekali individu dengan banyak sekali pengetahuan ihwal lingkungan yang diharapkan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar,
pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Sukardi (2003: 33) mengungkapkan bahwa “layanan isu bertujuan untuk membekali individu dengan pengetahuan dan pemahaman ihwal banyak sekali hal yang mempunyai kegunaan untuk mengenal diri, merencanakan dan menyebarkan contoh kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat”. Sedangkan alasan memakai bidang bimbingan langsung yakni alasannya yakni kecerdasan emosi berkaitan dengan langsung siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2007: 43) ihwal efektivitas layanan isu karier dalam meningkatkan perencanaan karier siswa bahwa “layanan isu karier efektif dalam meningkatkan perencanaan karier siswa”. Begitu juga dengan penelitian Widyastuti (2006: 29) ihwal meminimalkan kebadungan cendekia balig cukup akal melalui layanan isu bimbingan sosial bahwa “layanan isu bimbingan sosial sanggup meminimalkan kebadungan remaja”.
Peneliti menentukan judul “Peningkatan Pemahaman ihwal Kecerdasan Emosional Melalui Layanan Informasi Bimbingan Pribadi Pada Siswa Kelas XI IPS Sekolah Menengan Atas Kesatrian I Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009” dengan alasan untuk mengetahui sejauh mana layanan isu bimbingan langsung sanggup meningkatkan pemahaman ihwal kecerdasan emosional pada siswa. Sedangkan alasan peneliti mengambil lokasi Sekolah Menengan Atas Kesatrian I Semarang yakni alasannya yakni lokasi tersebut ialah lokasi praktikan memperoleh fenomena yang terkait dengan upaya meningkatkan pemahaman ihwal kecerdasan emosional siswa. Selain itu lokasi tersebut juga bersahabat dengan lokasi peneliti sehingga diharapkan megampangkan kegiatan penelitian.
0 Komentar untuk "Peningkatan Pemahaman Wacana Kecerdasan Emosional Melalui Layanan Gosip Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas Xi Ips Sma Kesatrian I Semarang (Bk-3)"