Sosok Tokoh Saridin Dalam Seni Kethoprak Terhadap Penanaman Kecerdikan Pekerti Siswa Dan Implikasinya Terhadap Pengajaran Bahasa Jawa (Pbj-01)

loading...
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka menumbuhkan sikap, budaya para siswa yaitu sikap yang sanggup menghargai, menghayati, dan menyayangi seni atau karya seni sebagai hasil budaya bangsanya. Mencintai dan melestarikan serta membuatkan seni budaya bangsa ialah kewajiban setiap generasi. Mencintai seni budaya sendiri berarti pula menghayati nilai-nilainya yang menunjukkan keaslian dan kemurniannya. Seperti halnya dengan kesenian kethoprak yang kurang diperhatikan dan dilestarikan generasi muda. Kebudayaan Jawa seperti karam dalam serangan ombak modernisasi (Suseno, 1993:1).

Kesenian tradisional kethoprak bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di pulau Jawa ialah salah satu seni budaya tradisional. Sebagai kesenian Jawa, seni kethoprak tersebut sudah hidup semenjak lampau dan mencapai kejayaan, dan sangat digemari oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini menandakan bahwa kethoprak memiliki kawasan tersendiri dihati masyarakat.

Kethoprak memiliki tugas yang sangat penting bagi generasi muda dalam pelatihan nilai-nilai pendidikan, hal ini menunjukkan bahwa hampir tiruana pedoman moral, keagamaan, kegiatan upacara agama dan atau ekspresi kesenian terdapat dalam kethoprak. Namun dalam hal ini kurang menerima perhatian dari masyarakat umum, terutama bagi mereka yang tidak mengalami sendiri lewat berolah seni. Berolah seni (praktik) bergotong-royong sanggup mengasah atau melatih diri seseorang (sekelompok) insan untuk berperilaku yang lebih baik atau berbudi pekerti luhur.
Tidak spesialuntuk sebagai masukana hiburan atau tontonan saja, namun lebih dari itu dalam setiap pertunjukan kethoprak namun dalam hal ini tidak pertunjukan secara eksklusif tetapi melalui CD, terdapat banyak sekali misi atau pesan yang disampaikan, diantaranya misi keagamaan, filsafat, kemasyarakatan, kependidikan dan kepemimpinan.
Kesenian kethoprak sendiri pada masa kini sangat jarang dipertunjukkan atau dipertontonkan dikalangan masyarakat umum. Karena masyarakat khususnya generasi cowok kini sudah tidak tertarik dengan pertunjukan kethoprak, mereka menganggap bahwa kethoprak itu sudah kuna apalagi dengan bahasanya yang susah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.

Dalam bahasa kethoprak banyak terdapat petuah-petuah yang terkandung dan sangat bermanfaa bagi generasi muda dari segi moral, akal pekerti, tingkah laku. Kethoprak juga banyak makna filosofisnya.

Kethoprak dengan lakon Saridin terdapat nilai-nilai pendidikan, diantaranya nilai Ketuhanan, nilai sosial, nilai akal pekerti dan nilai moral serta terdapat banyak petuah atau wetidakboleh-wetidakboleh yang didapat dari para wali diantaranya Sunan kudus, Sunan Kalijaga. Dari wetidakboleh-wetidakboleh tersebut terdapat adanya nilai-nilai pendidikan.

Tokoh dan insiden sangat berperan dalam membangun sebuah karya sastra. Peristiwa dalam karya fiksi menyerupai halnya dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Peristiwa dipakai untuk memperkuat cerita. Cerita Saridin dalam versi kethoprak terdapat adanya penokohan dan urutan peristiwa, di dalam lakon Saridin sanggup diketahui adanya alur, penokohan, tema dan setting atau latar. Sehingga sanggup diketahui struktur kisah Saridin dalam versi kethoprak. Adanya struktur kisah Saridin sanggup diketahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, niai-nilai pendidikan tersebut yang nantinya bisa diimplikasikan ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Hampir seluruh tokoh dalam kisah Saridin menampilkan tabiat tokoh yang datar. Dalam arti bahwa tabiat itu semenjak pertama hingga tamat tetap, yang baik tetap menunjukkan kebaikannya dan yang jelek menunjukkan perangai yang jelek hingga tamat cerita.

Cerita Saridin terdapat nilai pendidikan yang bisa kita ambil, menyerupai kepatuhan seorang anakdidik dengan gurunya, tolong menolong antar sesama, dan kesetiaan seorang istri pada suami. Selain itu bisa dilihat dari sikap tokoh Saridin yang memiliki kepandaian luar biasa yang tidak sanggup dinalar oleh insan biasa. Banyak tingkah laris Saridin yang membuat Adipati marah, menyerupai tindakan yang dilakukan ketika Saridin akan di aturan gantung lantaran sudah terbukti membunuh Branjung, Saridin memmenolong prajurit untuk menarikdanunik tali gantungan yang mengikat lehernya dan beliau berhasil melarikan diri hingga di Paguron Panti Kudus. Disitu Saridin mencar ilmu pada Sunan Kudus, hingga suatu hari beliau mengusung air untuk mengisi padasan (genthong wudu) dengan keranjang. Kepada Sunan Kudus beliau juga mengatakan, setiap yang ada airnya niscaya ada ikannya. Saridin bisa membuktikan, di tiruana kawasan itu ada ikannya. Dari tingkah laris dan insiden yang dialami Saridin sanggup kita ambil ajaran-ajaran dan wetidakboleh-wetidakboleh yang terdapat di dalamnya. Selain itu makam Saridin juga bersahabat dengan lokasi penulis dan di makam Saridin dengan menebing ati, kita bisa ngleluri kembali riwayate Mbah jangkung dengan laris nistha, ora melik drajad, pangkat, lan kadonyan, kata Soetjipto (55) asal Rembang yang mengaku sudah 60 hari berada di kawasan itu.
Saridin atau lebih dikenal dengan nama Syeh Jangkung yang makamnya berada di desa Landoh Kayen Kabupaten Pati. Kisahnya semenjak kecil hingga ia mengakhiri petualangannya mulai dari desa Kienteng desa asalnya, ke Pati, Kudus, Cirebon, Palembang, ke Kerajaan Ngerum dan terakhir di Kerajaan Mataram Baru. Oleh raja Mataram Sultan Agung diperintahkan kembali ke Pati dan menetap di desa Landoh Kayen hingga tamat hayatnya, itu sebabnya makam Saridin terdapat di Pati.
Kisah Saridin sangat populer diseluruh penjuru Jawa Tengah mulai dari DIY, Semarang ke Timur hingga perbatasan Jateng-Jatim. Tapi akung kisah yang sangat populer itu tidak banyak buku pelajaran yang mengisahkan riwayat Saridin tersebut. Kisah Saridin populer spesialuntuk melalui kisah dari verbal kemulut, hal ini diperkuat oleh Bapak RH. Damhari Panoto Jiwo selaku juru kunci makam Syeh Jangkung pada ketika saya berkunjung ke makam Saridin beberapa waktu yang kemudian tepatnya pada hari jumat tanggal 10 Februari 2006 sekitar jam 11.00-14.00.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka muncul permasalahan sebagai diberikut.
1. Bagaimana struktur kisah Saridin dalam versi kethoprak ?
2. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terdapat dalam kisah Saridin dengan versi kethoprak?

1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu sebagai diberikut.
1. Mengetahui kisah Saridin dalam versi kethoprak.
2. Mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam kisah Saridin versi kethoprak



1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa diambil dari hasil analisis ini ada dua macam, yaitu manfaat mudah dan manfaat teoretis.
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca hasil penelitian sanggup menambah wawasan dan mengetahui lebih lanjut terkena kisah Saridin dalam versi kethoprak.
b. Dapat menambah khasanah dalam dunia ilmu pengetahuan wacana seni kethoprak
1.4.2 Manfaat Teoretis
a. melaluiataubersamaini adanya kisah Saridin sanggup menambah khasanah dalam bidang ilmu sastra.
b. melaluiataubersamaini penelitian ini semoga lebih menyayangi budaya Jawa khususnya kethoprak.

0 Komentar untuk "Sosok Tokoh Saridin Dalam Seni Kethoprak Terhadap Penanaman Kecerdikan Pekerti Siswa Dan Implikasinya Terhadap Pengajaran Bahasa Jawa (Pbj-01)"

Back To Top