Pergeseran Bahasa Jawa Pada Masyarakat Wilayah Perbatasan Jawa-Sunda Dalam Ranah Keluarga Di Losari Kabupaten Brebes (Pbi-1)

loading...
1.1 Latar Belakang

Keberadaan bahasa dalam kehidupan insan memunyai peranan yang sangat penting. Namun, hal itu terkadang kurang begitu dipahami oleh penuturnya, sehingga tidak terasa sebuah peradaban sanggup diubah dengan keberadaan suatu bahasa. Di sinilah faktor penutur bahasa menentukan suatu keberadaan suatu bahasa di tengah-tengah kehidupan mereka. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahasa Jawa sangat bergantung kepada penuturnya, yang berbahasa ibu bahasa Jawa, di dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni membawa para penutur bahasa Jawa mau tidak mau harus bekerjasama dengan pemilik bahasa yang lain, ibarat bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Betawi, dan sebagainya.

Berdasarkan tanda-tanda kebahasaan tersebut akan diperoleh perubahan bentuk komunikasi antarpara penutur pemakai bahasa. Hal itu terlihat dengan adanya perbedaan perlakuan bahasa yang digunakan oleh para penutur kepada kawan tuturnya. melaluiataubersamaini demikian, loyalitas penutur bahasa ibu menerima tantangan. Jika mereka masih memunyai keloyalitasan tinggi terhadap bahasa ibunya, maka mereka sudah mempertahankan keberadaan bahasa ibu. Namun sebaliknya, jikalau perilaku yang dimunculkan mereka antipati atau kurang menghargai bahasa ibunya,
maka keberadaan bahasa ibu tersebut dimungkinkan mengalami pergeseran.

Situasi kebahahasaan ibarat ini menggambarkan bahwa sudah terjadi kontak bahasa antara bahasa ibu dan bahasa lain. Menurut Chaer dan Agustina (2004:84) dan Lukman (dalam http://www.pascaunhas.net/jurnal/vol12/LUKMAN12 ), kontak bahasa tersebut sanggup mengakibatkan aneka macam fenomena kebahasaan, ibarat kedwibahasaaan, diglosia, alih kode, interferensi, konvergensi, pergeseran bahasa, dan pemertahanan bahasa.

Fenomena kebahasan itu bagi bangsa Indonesia yang multilingual dan multikultural tidak lagi terelakkan, khususnya pergeseran bahasa. Seperti halnya makhluk hidup, sepertinya bahasa juga tunduk pada aturan seleksi alam yang oleh kaum evolusionis dirumuskan dalam frase survival of the fittest, yang pada dasarnya ialah bahwa spesialuntuk organisme yang paling bisa mengikuti keadaan dalam usaha melawan seleksi alamlah yang akan lestari hidup. Yang tidak sanggup mengikuti keadaan terpaksa tunduk kepada seleksi alam itu: lahir, hidup, dan kemudian mati. Walaupun bahasa bukanlah organisme, ia sanggup mati juga. Kematian bahasa tidak spesialuntuk berlaku bagi bahasa kecil. Bahasa besar ibarat bahasa Latin dan bahasa Sansekerta pun mengalami kematian, dalam arti tidak lagi digunakan sebagai bahasa ibu dalam suatu guyub bahasa (Gunarwan 1999).

Wilian (2005:94) beropini bahwa tanda-tanda pergeseran bahasa itu memang juga sedang melanda bahasa daerah lain di Indonesia. Misalnya penelitian Gunarwan (2001) yang menghasilkan temuan bahwa bahasa Lampung (bahasa daerah) tergeser akhir adanya desakan bahasa Indonesia. Di samping itu, pergeseran bahasa (language shift) juga bisa terjadi di kalangan generasi muda. sepertiyang penelitian bahasa Tonsea di Sulut yang dilakukan oleh Wantania

(1996) dan Siregar et.al (1998) yang mereview masalah pemertahanan bahasa dan perilaku bahasa masyarakat bilingual di Medan.
Berkaitan dengan hal di atas, bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang digunakan di Losari diasumsikan juga bergeser. Adanya desakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya ialah penyebab pergeseran bahasa Jawa di Losari susah dihindarkan. Bahkan, teladan pewarisan bahasa Jawa di Losari ke generasi diberikutnya sudah sedikit memudar akhir kemajuan zaman menuju kala global.
Secara administratif, Losari ialah salah satu wilayah kecamatan dari

17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes dengan luas daerahnya 8.943 Ha (BPS 2003a:3). Selain itu, Losari ialah wilayah yang eksklusif bersinggungan (berbatasan) dengan provinsi Jawa Barat--batas sebelah barat. Di sebelah utara, Losari berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banjarharjo. Untuk sebelah timur, Losari berbatasan dengan kecamatan Tanjung dan Kersana (BPS 2003b:1). Berdasarkan kondisi geografis tersebut Losari dimungkinkan memunyai fenomena kebahasaan yang sangat variatif dan menarikdanunik.

Berdasarkan Laporan Monografi Kependudukan Kecamatan Losari bulan Januari 2005 diperoleh citra bahwa wilayah Losari dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu: (a) wilayah utara, meliputi: Prapag Lor, Prapag Kidul, Karangdempel, Limbangan, Pengabean, Losari Lor, dan Kecipir, (b) wilayah tengah, meliputi: Losari Kidul, Blubuk, Pekauman, Randusari, Kedungneng, Kalibuntu, dan Babakan, serta (c) wilayah selatan, meliputi: Dukuhsalam, Bojongsari, Karangsambung, Negla, Karangjunti, Rungkang, Jatisawit, dan

Randegan. Di samping itu, diperoleh juga jumlah penduduknya ada 125.823 jiwa,

62.254 pria dan 63.569 perempuan.

Dilihat dari kondisi kemasyarakatannya, masyarakat Losari ialah masyarakat yang sebagian besar penduduknya menggantungkan pada bidang cocok tanam (agraris). Dari hasil cocok tanaman tersebut, mereka menjual ke pasar-pasar di wilayah Jawa Barat. Untuk itu, mobilitas penduduk Losari ini mengakibatkan kontak bahasa antara penutur bahasa Jawa Brebes dan penutur bahasa Sunda. melaluiataubersamaini ini, salah satu dari bahasa tersebut dimungkinkan mengalami pergeseran.

Berdasarkan kondisi geografis yang dimiliki Losari, sanggup dipahami bahwa bahasa yang paling utama digunakan masyarakatnya ialah bahasa Jawa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa selain bahasa Indonesia, masyarakat Losari juga memakai bahasa Sunda Brebes di samping bahasa Jawa Brebes. Hal ini dipertegas oleh Sasangka (1999:23-39) dalam penelitiannya Bahasa- Bahasa Daerah di Kabupaten Brebes yang menyatakan bahwa secara garis besar sanggup dikatakan ada dua bahasa--selain bahasa Indonesia (bI)--yang digunakan oleh masyarakat Brebes, yaitu bahasa bahasa Sunda Brebes (basa sakola ‘bahasa sekolah’--meminjam istilah dari Ayatrohaedi 1979:7) (bSB) dan bahasa Jawa Brebes (bJB). Untuk itu, tidak salah jikalau Losari dikatakan daerah yang multilingual dan multikultural. Semakin ke selatan dari arah Losari bahasa yang digunakan masyarkatnya sehari-hari dipengaruhi oleh bahasa Sunda. Akan tetapi, semakin ke arah utara bahasa yang digunakan masyarakatnya sehari-hari dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Perbedaan imbas inilah mempersembahkan peluang terjadinya pergeseran bahasa Jawa--sebagai bahasa ibu.

Berdasarkan fenomena tersebut kontak bahasa menjadi sering terjadi. Situasi ini mengakibatkan situasi yang diglosik. Penutur akan memakai bahasa menurut pembedaan fungsi atas penerapan bahasa. Bahkan, sanggup mengarah pada multilingualisme atau bilingualisme yang diglosik, alasannya penerapan bahasa tersebut memunyai fungsi yang tidak sama.

Di sisi lain, perbatasan yang dimiliki Losari mempersembahkan fenomena unik, lantaran percampuran penutur bahasa yang tidak sama dan percampuran kebudayaan yang tidak sama pula akan membawa fenomena kebahasaan yang berguaka ragam. Tidak menutup kemungkinan migrasi penduduk, baik dengan cara perkawinan atau pilihan peningkatan kualitas hidup, sanggup mendorong adanya keberadaan suatu bahasa yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, Losari dijadikan sebagai daerah pemseriusan penelitian ini. Kemudian, daerah Losari ini diambil dua daerah (daerah) tekan dalam penelitian ini, yaitu: (a) desa Randegan mewakili daerah pinggiran (rural) yang diasumsikan lebih homogen, dan (b) desa Losari, baik Losari Kidul atau Losari Lor, yang ialah sentra pemerintahan kecamatan mewakili daerah perkotaan (urban) dan diasumsikan lebih heterogen.
Fenomena kebahasan sanggup terjadi juga dalam ranah-ranah yang ada di masyarakat. Peneliti menentukan penelitian ini dilakukan dalam ranah keluarga. Dasar yang digunakan dalam pemilihan ranah keluarga ini yaitu ranah ini terdapat pada setiap masyarakat bahasa. Kemudian dalam ranah tersebut terlihat adanya interaksi antaranggota inti keluarga maupun dengan keluarga lainnya. Di samping itu, sebuah keluarga ialah kelompok masyarakat terkecil yang bisa menggambarkan potret kelompok masyarakat yang sebenarnya.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan duduk masalah dalam penelitian ini ialah sebagai diberikut:
a. bagaimana teladan pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan

Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes?

b. faktor apa saja yang memengaruhi pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes?
c. bagaimana karakteristik pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan duduk masalah di atas, tujuan penelitian ini ialah sebagai diberikut:
a. menemukan teladan pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes.
b. mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes.
c. mendeskripsi karakteristik pergeseran bahasa Jawa pada masyarakat wilayah perbatasan Jawa-Sunda dalam ranah keluarga di Losari Kabupaten Brebes.

Judul : PERGESERAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT WILAYAH PERBATASAN JAWA-SUNDA DALAM RANAH KELUARGA DI LOSARI KABUPATEN BREBES (PBI-1))

0 Komentar untuk "Pergeseran Bahasa Jawa Pada Masyarakat Wilayah Perbatasan Jawa-Sunda Dalam Ranah Keluarga Di Losari Kabupaten Brebes (Pbi-1)"

Back To Top