loading...
A. LATAR BELAKANG
Merokok ialah kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan gembira menghisap rokok di tempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan, dan sebagainya. Di tempat-tempat yang sudah didiberi tanda “dilarang merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melaksanakan kegiatan merokok.
Merokok ialah salah satu dilema yang susah dipecahkan. Apalagi sudah menjadi dilema nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi susah, alasannya ialah berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah menjadi bundar setan. Di tinjau dari segi kesehatan merokok harus dihentikan alasannya ialah menimbulkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang menimbulkan kematian, oleh alasannya ialah itu merokok harus dihentikan sebagai perjuangan pencegahan sedini mungkin. Dari segi pemerintahan, pemerintah memperoleh pajak pemasukan rokok yang tidak sedikit jumlahnya, dan bisa banyak menyerap tenaga kerja.
Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 yang dikutip oleh Mangku Sitepoe (2000: 19) menunjukkan data pada bawah umur berusia 10-16 tahun sebagai diberikut : angka perokok <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%). Mereka yang menjadi perokok alasannya ialah dipengaruhi oleh kawan-kawannya sejumlah 70%, 2% di antaranya spesialuntuk coba-coba. Selain itu, berdasarkan data survei kesehatan rumah tangga 2002 menyerupai yang tercatatat dalam koran harian Republika tanggal 5 juni 2003, sebut bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 75% atau 141 juta orang. Sementara itu, dari data WHO jumlah perokok di dunia ada sebanyak 1,1 miliar orang, dan 4 juta orang di antaranya meninggal setiap tahun. Dewasa ini di Indonesia kegiatan merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Kita sering melihat di jalan atau kawasan yang biasanya dijadikan sebagai kawasan “nongkrong” bawah umur tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada dikala anak duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa laki- laki merokok ialah kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka merokok ialah lambang pergaulan bagi mereka. Siswa SMU yang berada dalam masa remaja yang merasa dirinya harus lebih banyak mengikuti keadaan dengan norma-norma kelompok sebaya dari pada norma-norma orang dewasa. Dalam hal ini remaja menganggap merokok sebagai lambang pergaulannya. Khususnya siswa laki-laki bahwa merokok sebagai suatu tuntutan pergaulan bagi mereka. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1999: 223) bahwa bagi remaja rokok dan alkohol ialah lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi berdasarkan norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada diusia sekolah melaksanakan acara merokok diidentikan sebagai anak yang badung. Hampir tiruana orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok ialah lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka memakai aneka macam cara biar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melaksanakan dengan sadar melaksanakan kebiasaan orang cukup umur yakni merokok. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hariyadi (1997: 12) bahwa remaja ingin mencoba melaksanakan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja laki-laki mencoba merokok alasannya ialah seringkali mereka melihat orang cukup umur melakukannya. Pada masa remaja, ada sesuatu yang lain yang sama pentingnya dengan kedewasaan, yakni solidaritas kelompok, dan melaksanakan apa yang dilakukan oleh kelompok. Apabila dalam suatu kelompok remaja sudah melaksanakan kegiatan merokok maka individu remaja merasa harus melakukannya juga. Individu remaja tersebut mulai merokok alasannya ialah individu dalam kelompok remaja tersebut tidak ingin dianggap sebagai orang asing, bukan alasannya ialah individu tersebut menyukai rokok. Sitepoe (2000: 20) sebut bahwa alasan utama menjadi perokok ialah alasannya ialah undangan kawan-kawan yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga pelajar laki-laki menyampaikan bahwa laki-laki menjadi perokok setelah melihat iklan rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok dipertamai dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderunga seseorang untuk mendapatkan atau menolak, baiklah atau tidak baiklah terhadap respon yang hadir dari luar dalam hal ini ialah rokok. Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, kemudian respon apa yang muncul di dalam pikiran atau perassaanya, bisa saja orang tertarik (setuju) atau tidak tertarik (tidak setuju), hal ini akan terjadi pada setiap orang. Orang yang setuju, ada kecenderungan akan melakukannya atau menirunya, bagi yang tidak baiklah tentu kencenderungannya akan menghindari. Namun ada kecenderungan lain, yaitu dalam hati ia tidak setuju, tetapi kenyataannya ia melakukannya (merokok). Hal ini tentu ada faktor lain yang mempengaruhinya. Di sinilah terjadinya pertentangan antara perilaku dan perbuatan. Penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Jasinga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian sementara di lapangan didapat data dari hasil penyebaran angket kebiasaan merokok pada remaja sebagai studi penlampauan yang disebarkan kepada 404 siswa laki-laki di Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Jasinga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat didapat bahwa 61,14% siswa laki- laki tersebut melaksanakan acara merokok. Berkaitan dengan fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian di lapangan dengan judul “ Hubungan Antara Sikap Remaja Terhadap Merokok melaluiataubersamaini Kebiasaan Merokok Pada Remaja (Penelitian Pada Siswa Laki-laki di Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Jasinga Kabupaten Bogor Pada Tahun Pelajaran 2004/2005)”.
0 Komentar untuk "Hubungan Antara Perilaku Terhadap Merokok Dengan Kebiasaan Merokok Pada Berilmu Balig Cukup Akal (Penelitian Pada Siswa Pria Di Sma Negeri 1 Jasinga (Bk-1)"