Juru Parkir Di Kota …….. (Suatu Studi Antropologi Perkotaan) (Ant-5)

loading...


Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah memasuki masa transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Pada ketika yang bersamaan sudah terjadi pula pergeseran nilai-nilai budaya yang selama ini menjadi landasan moral struktur dalam sistem sosial yang diakibatkan derasnya arus transformasi radikal berupa modernisasi dan globalisasi, terutama dalam komunikasi, transportasi dan informasi.
Di sulawesi selatan sendiri, arus modernisasi dan globalisasi paling besar sanggup dirasakan di ibukota provinsi, kota Makassar. Perkembangan kota Makassar dari tahun ke tahun semakin mengatakan perubahan terhadap referensi hidup masyarakat. Hal ini tentu saja kuat pada sektor kepemilikan kendaraan di Makassar yang makin meningkat dimana setiap pemilik kendaraan menginginkan kegampangan untuk menjalankan aktifitasnya. Meningkatnya penerapan kendaraan serta aktifitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain maka meningkat pula kebutuhan masyarakat akan lahan atau ruang parkir. Karena kendaraan tidak selamanya bergerak, ada saatnya kendaraan itu berhenti, menyebabkan tempat parkir sebagai  unsur terpenting dalam transportasi.
Di kota Makassar sedikitnya terdapat ratusan titik parkir yang tersebar di setiap kecamatan dan dikelola ribuan juru parkir resmi maupun juru parkir liar. Bersamaan dengan meningkatnya penerapan kendaraan tidak jarang tempat parkir ialah penyebab utama terjadinya kemacetan dalam kota. Secara umum, masyarakat yang beraktifitas di kota kurang memahami tempat-tempat yang ialah daerah larangan parkir. Sehingga mereka memarkir kendaraannya sesuka hati. Yang lebih parah lagi alasannya para petugas parkir di daerah tersebut justru mengarahkan serta melegalkan para pengguna kendaraan untuk menempati daerah larangan parkir.

Kondisi parkir on street saat ini memang masih sangat merana, antara lain alasannya belum memadainya masukana pendukung menyerupai rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi parkir dan belum optimalnya sistem pungutan parkir dan pengawasan lemah, sumber daya insan yang belum optimal dan banyak preman, pengawasan belum mendukung. Dampak dari kondisi tersebut membuat pelayanan kepada konsumen pemilik kendaraan rendah dan gambaran Unit Pelaksana Perparkiran terpuruk. (Pembagio, 2010)
Selain itu secara ekonomi bekerjsama perparkiran kita juga berpotensi luar biasa namun terpuruk sebagai jawaban salah urus. Tidak tiruana tempat parkir dikendalikan secara resmi sehingga sering muncul juru parkir tidak resmi yang mengumpulkan seluruh pendapatannya ke dalam kantong sendiri walaupun tidak jarang kita temui ada juga juru parkir resmi yang kadang memasukkan sebagian pendapatannya ke kantongnya sendiri. Untuk tempat parkir yang luas terkadang pengaturan parkir dilakukan oleh beberapa orang yang dikelola oleh seorang hero atau preman di daerah yang bersangkutan. Tidak jarang terjadi perselisihan antar juru parkir memperebutkan daerah atau daerah yang dikuasai. Pengawasan ialah hal yang penting dalam pengumpulan pendapatan dari juru parkir resmi, untuk mendapat kimasukan sasaran yang hendak dicapai perlu dihitung dari data perputaran parkir dalam satu hari, sehingga asumsi pendapatan dalam satu hari ialah jumlah ruang parkir dikali perputaran parkir dikali tarif parkir.
Untuk mengatasi problem parkir yang sangat kompleks dibutuhkan suatu wadah yang mengatur yaitu Perusahaan Daerah Parkir. Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya ialah perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah kota makassar sebagai salah satu sumber pendapatan orisinil daerah untuk mengelola perparkiran di wilayah kota makassar. Tujuan utama dari pendirian Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya ialah untuk meningkatkan efisiensi efektifitas dalam pemdiberian pelayanan perparkiran kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan pendapatan orisinil daerah dari sektor retribusi parkir. (www.pdparkirmakassarraya.com)
Saat jumlah kendaraan terus bertambah, pengelolaan parkir di kota Makassar perlu ditata dengan hukum tegas. Sehingga tidak dikuasai kemacetan menyerupai Jakarta dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Sudah puluhan tahun, pengelolaan parkir belum fokus dipraktekkan di bawah kendali Badan Pengelola Perparkiran (BPP) Kota Makassar. Hal ini dibuktikan arus kemudian lintas yang macet jawaban parkir kendaraan di tubuh jalan, retribusi parkir yang seharusnya untuk PAD malah bocor ke sana-sini. Perolehan PAD terlalu kecil dibandingkan jumlah kendaraan, penggerakan dari satu tempat ke tempat lain alasannya aktivitas. Tak sanggup dipungkiri lahan parkir pun jadi rebutan di tengah kesibukan masyarakat, tak peduli harus dikuasai dengan cara apa yang penting mendapat lahan parkir. (www.hariansumutpos.com)
Profesi Juru Parkir (jukir) bekerjsama memmenolong pengendara dalam memarkir kendaraannya. Namun profesi ini seringkali mengundang olok-olokan dan dipandang rendah, tapi tetap saja profesi ini tetap menjadi lahan rebutan, sehingga terjadi dukungan lahan kekuasaan dikalangan juru parkir sendiri. Akibat kondisi kehidupan yang sangat keras, kurangnya lapangan pekerjaan dan didukung dengan kondisi pendidikan masyarakat yang tergolong rendah, maka banyak orang yang menentukan berprofesi sebagai juru parkir. Banyak juru parkir yang berfikir bagaimana bertahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Tekad untuk sanggup bertahan hidup mengharuskan mereka terjun menjadi juru parkir. Seperti yang kita lihat pekerjaan sebagai juru parkir tidaklah gampang  banyak keluh kesah yang mereka alami. Di antara pemilik kendaraan, ada yang peduli dengan nasib juru parkir dan ada pula yang tidak peduli sama sekali dengan nasib juru parkir, tidak mau membayar parkir. Bagi juru parkir gerah matahari maupun hujan tidak menjadi rintangan dan harus dilalui juru parkir  agar setoran parkir yang sudah diputuskan sanggup terpenuhi. Juru parkir sanggup diidentifikasi alasannya mempunyai ciri khas tersendiri menggunakan pakaian rompi berwarna orange bertuliskan “juru parkir” dibelakangnya, membawa pluit dan karcis. Mereka melaksanakan aktifitasnya setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, serta menyisihkan untuk di setorkan pada pihak pengelola setiap harinya. Banyak juru parkir yang beranggapan lebih baik jadi juru parkir dari pada harus menjadi pengemis, menipu atau mencuri. Tetapi pada kenyataannya banyak juga juru parkir yang melaksanakan penipuan. Jika ada kendaraan yang parkir para juru parkir yang bandel tidak mempersembahkan karcis tetapi tetap meminta uang biaya parkir untuk dimasukkan di kantongnya sendiri. Sebagai masyarakat miskin banyak juru parkir berharap semoga pengelola parkir mengurangi beban setoran yang ditargetkan semoga sisa penghasilannya sanggup dipergunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.
Pada dasarnya insan ialah makhluk sosial dan selalu hidup berkelompok dengan hal itu menyatakan bahwa insan tidak sanggup hidup sendiri dan dan memenuhi seluruh kebutuhan pribadinya dan juga untuk mendapat kebahagiaan dalam kehidupan diharapkan orang lain untuk memmenolong dan melanjutkan kelangsungan hidupnya dan diharapkan orang lain untuk mengatasi keterbatasannya.
Naluri dan cita-cita insan untuk hidup selalu bekerjasama dengan orang lain menyebabkan insan itu tidak sama dalam berfikir dan bertindak. melaluiataubersamaini adanya naluri ini, insan menyebarkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memdiberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari sikap insan dalam diberinteraksi dengan lingkungannya. dan dengan demikian insan disebut dengan insan berbudaya dimana insan ialah elemen penting pembentuk kebudayaan itu sendiri
Manusia dalam hidupnya dituntut untuk terus berusaha alasannya keadaan berubah-ubah dan tantangan hidup selalu bertambah sesuai dengan perkembangan zaman. Tiap individu insan berusaha memperoleh kesejahteraan untuk dirinya maupun untuk keluarganya.
Bertolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terkena problem JURU PARKIR DI KOTA MAKASSAR (Suatu Studi Antropologi Perkotaan).
0 Komentar untuk "Juru Parkir Di Kota …….. (Suatu Studi Antropologi Perkotaan) (Ant-5)"

Back To Top