Konsep Dakwah Berdasarkan Jalaluddin Rakhmat (Ai-19)

loading...
Dakwah ialah suatu acara seorang Muslim untuk berbagi anutan Islam ke muka bumi yang penyampaiannya diwajibkan kepada setiap Muslim, yang mukalaf sesuai dengan kadar kemampuannya.
sepertiyang yang termaktub dalam al-Qur’an,Surat Ali-Imran: 104 sbb:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {104}
“Dan hendaklah ada diantara engkau segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”9



Dakwah ialah satu potongan yang niscaya ada dalam kehidupan umat beragama. Dalam anutan agama Islam, ia ialah suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, yang meliputi undangan kepada keinsyafan, atau mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap eksklusif maupun masyarakat.10 Perwujudan dakwah bukan sekadar perjuangan peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laris dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju samasukan yang lebih luas.

Sukses atau tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur lewat, antara lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya atau kesan yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tiruana tingkah laris objek dakwah.

Tujuan dakwah yaitu mengubah tingkah laris manusia, dari tingkah laris yang negatif ke tingkah laris yang positif. Karena tingkah laris insan bersumber dari na’fs (jiwanya), maka dakwah yang efektif yaitu dakwah yang bisa diterima nafs, yakni dakwah yang sesuai dengan hati atau jiwa. Sebagai seorang juru dakwah hendaklah sanggup memahami kondisi yang menjadi objek dakwahnya. Ia harus bisa melihat persoalan-persoalan dengan lebih teliti dan bisa untuk mempersembahkan solusi yang yang terbaik dalam setiap permasalahan. Oleh alasannya yaitu itu, perkara dakwah tidak bisa terlepas dengan perkara realita yang terjadi dalam masyarakat, alasannya yaitu tidak selamanya proses dakwah akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan sehingga diharapkan perencanaan yang baik sebagai masukana supaya pesan-pesan dakwah atau tujuan dari dakwah itu sendiri bisa diterima oleh umat manusia.

Islam sebagai agama dakwah mewajibkan setiap pemeluknya untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Lebih jelasnya setiap anak Adam yang beragama Islam (muslim) tak terkecuali, sesungguhnya yaitu juru dakwah yang mengemban kiprah untuk menjadi teladan moral di tengah masyarakat yang kompleks dengan persoalan-persoalan kehidupan. Tugas dakwah yang demikian berat dan luhur itu meliputi beberapa aspek pada dua aspek yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran). Oleh alasannya yaitu itu untuk tujuan tersebut perlu disiapkan mental-mental yang berpengaruh sehingga kalau setiap Muslim memahami dan melaksanakan kiprah luhur tersebut, maka seyogyanya kehidupan di alam ini akan berjalan dengan tertib. Dalam buku Agama dan Analisis Sosial, Roland Roberston menyampaikan bahwa agama yaitu benteng moralitas bagi umat, alasannya yaitu lewat agama diatur bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan sesama insan dan antar umat insan dengan Tuspesialuntuk.11 Seperti juga dalam agama Islam, agama yaitu petunjuk bagi insan supaya insan senantiasa terkontrol dalam tingkah laris yang luhur, saling menghormati, memahami, mengasihi, dan menyayangi kehidupan sesama.

Dakwah secara khas dibedakan dari bentuk komunikasi lainnya, khususnya pada cara dan tujuan yang akan dicapai, yaitu secara persuasif dan mengharapkan terjadinya perubahan atau pembentukan perilaku dan prilaku yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Dapat pula dibedakan dari segi komunikatornya (secara umum setiap muslim, secara khusus para ulama), dari segi pesan dakwah (bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits), dari segi cara atau approach-nya (hikmah, kasih akung persuasif) dan dari segi tujuannya (melaksanakan anutan Islam, bagi kaum muslim), sehingga esensi dari dakwah Islam itu sendiri adalah, tindakan membangun kualitas kehidupan insan secara utuh.12

Cukup banyak metode yang sudah dikemukakan dan dipraktekkan oleh para da’i dalam memberikan dakwah, menyerupai ceramah, diskusi, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. Semuanya sanggup diterapkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Tetapi harus digaris bawahi bahwa metode yang baik sekalipun tidak menjamin hal yang baik secara otomatis, alasannya yaitu metode bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan. Akan tetapi, keberhasilan dakwah ditunjang dengan seperangkat syarat, baik dari eksklusif da’i, materi, cara yang digunakan, subjek dakwah, ataupun yang lainya.13

Oleh alasannya yaitu itu sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat ini, kegiatan dakwah memerlukan sebuah taktik yang jitu dan konsep yang jelas. Melalui skripsi ini, penulis berusaha untuk menemukan atau paling tidak mengungkapkan konsep dakwah berdasarkan Jalaluddin Rakhmat. Bagi Jalal, semakin berkembangnya pola hidup insan ketika ini sudah menimbulkan insan disibukkan dengan tanggung jawaban terhadap dirinya dan melupakan tanggung jawabannya kepada keluarga, kaum, atau kampung halamannya.14 Lebih lanjut, Jalal menyampaikan bahwa konsep dakwah idealnya yaitu dakwah yang tidak menyempitkan cakrpertamaa umat dalam pemahaman keagamaan dan kedudukan sosial dalam masyarakat.

Dakwah yang diharapkan yaitu yang mendorong pelaksanaan dan peningkatan kehidupan sosial, dikarenakan pada lapisan bawah (masyarakat awam) khususnya kebutuhan, yang semakin mendesak yaitu “melepaskan diri dari himpitan hidup” yang semakin berat sehingga diharapkan proses diversifikasi atau pengguakaragaman dalam kegiatan dakwah yang terus menerus. Berangkat dari sebuah kegelisahan pelaksanaan dakwah ketika ini, dengan materi yang disampaikan da’i spesialuntuk seputar perkara fiqih saja, sehingga membuat pemahaman yang sempit pada agama Islam balasannya penulis mereview konsep dakwah berdasarkan Jalalaluddin Rakhmat.

Terhadap persoalan-persoalan dakwah di atas, penulis menyadari gotong royong sudah banyak pemikir dakwah yang mencoba memecahkannya, baik pada tingkat wacana maupun praksis. Mereka mempersembahkan analisa dan referensi bagaimana memecahkan perkara dakwah masa sekarang yang semakin kompleks. Jalaluddin Rakhmat, Abdul Munir Mulkhan, dan Amrullah Ahmad, sekadar menyebut beberapa contoh, yaitu yang lebih terserius pada tingkat wacana. Sedangkan Abdullah Gymnastiar, Zainuddin M.Z. sanggup digolongkan sebagai praktisi dakwah yang mulai menyahuti isu-isu modernitas dan memakai teknologi sebagai salah satu instrumen dakwah.

Namun demikian, penulis tidak akan menandakan ke tiruana tokoh di atas. Penulis spesialuntuk akan mengkaji pemikiran dakwah Islam yang digagas Jalaluddin Rakhmat. Hal ini alasannya yaitu dalam hemat penulis Jalal berhasil mendiagnosis hampir secara komprehensif perkara masyarakat modern dan kemudian mempersembahkan rekomendasi kepada para da’i apa yang mesti dilakukannya. Hal ini penulis lakukan bukan saja untuk kebutuhan akademik semata, namun lebih jauh dari itu, bisa menjadi stimulus bagi para akademisi untuk mulai memikirkan perkara dakwah masa kini, dan pada akhirnya, minimal bisa dijadikan rujukan bagi para da’i dalam berbagi anutan Islam.
Selain itu yang menarikdanunik bagi penulis untuk mengkaji Jalaluddin Rakhmat yaitu alasannya yaitu perjalanan dakwahnya. Pada tahun 1970-an hingga 1985-an dakwah Jalalaluddin Rakhmat banyak menhadirkan perdebatan, alasannya yaitu gagasannya wacana perlunya menambah rukun Islam dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, boleh kawin mut’ah, dan lain-lain, meskipun pada tataran ini penulis tidak mengulas perkara ini. Oleh alasannya yaitu hal inilah pada ketika itu nama Jalaluddin Rakhmat sempat dihapus dari jadwal khutbah dan ceramah di seluruh masjid di kota Bandung.16 Namun hal ini tidak mengurangi semangat Jalaluddin Rakhmat dalam berdakwah, dari sinilah kemudian Jalaluddin Rakhmat memulai dakwahnya melalui artikel-artikelnya yang dimuat oleh beberapa media massa.

Jalaluddin Rakhmat sebagai seorang yang bisa dikatakan aktif dalam kegiatan dakwah memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan tokoh-tokoh dakwah yang lain. Karena di samping sebagai tokoh yang aktif dalam kegiatan dakwah dia juga dikenal sebagai tokoh yang hebat di bidang ilmu komunikasi, oleh alasannya yaitu itu Jalal senantiasa menandakan wacana perlunya mengakibatkan teknologi komunikasi sebagai potongan dari instrumen dakwah Islam. Jalal meyakini betul, bahwa tata dunia ke depan sangat ditentukan oleh arus informasi.17 Sehingga hal inilah yang mengakibatkan penulis lebih tertarik untuk mengetahui konsep dakwah Jalaluddin Rakhmat, alasannya yaitu bagaimanapun juga dalam melaksanakan kegiatan dakwah diharapkan keahlian dalam penyampain nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam anutan agama Islam, baik melalui verbal maupun perbuatan, yang itu tiruana memerlukan sebuah alat untuk mengkomunikasikan apa yang ada dalam Islam.

Jalaluddin atau yang lebih bersahabat disapa dengan panggilan Kang Jalal memang bukan spesialuntuk tokoh yang spesialuntuk hebat dalam bidang komunikasi akan tetapi keahliannya dalam hal ilmu agama Islam tidak bisa diragukan lagi. Perjalanan dakwahnya yang sangat panjang sudah mengantarkannya pada dakwah yang tidak spesialuntuk berkutat pada perkara fiqih saja artinya tidak terjebak dalam pembahasan aturan fiqih yang mengulas halal dan haram saja, tetapi dia juga mengedepankan pembahasan dakwah kepada hal-hal yang berujung pada penentraman rohani atau jiwa khususnya pada masyarakat perkotaan sehingga akhir-akhir ini banyak kalangan yang mengenalnya sebagai seorang da’i yang concern pada hal-hal seputar tasauf, menyerupai kegelisahan kepada hal-hal yang berkaitan dengan keduniawian dan rindu pada perkara spiritual. Dari sini Jalal ingin meluruskan pemahaman sebagian orang kepada tasauf yang menganggap tasauf anti kemajuan.18 Walaupun gotong royong acara dakwahnya di bidang sufistik sudah dimulainya pada pertama tahun 1990-an, atau lebih jelasnya selain mengakibatkan pdrsoalan fiqih sebagi materi dakwah dia juga mengakibatkan tasauf sebagai materi dakwah, akan tetapi yang lebih membuat penulis tertarik bukan alasannya yaitu kedua hal tersebut melainkan “larinya” Jalaluddin Rakhmat dari dakwah yang mengulas perkara fiqih kepada dakwah sufistik, meskipun materi-materi dakwah dalam perkara fiqih tetap dilakukan.

Keberhasilan dakwahnya dalam hal pendidikan yaitu dengan didirikannya Yayasan Muthahari sebagai yayasan yang aktif di bidang dakwah dan pendidikan juga mendorong penulis melaksanakan penelitian ini. Selain itu, Jalal juga mendirikan Yayasan Tazkiya Sejati sebagai sentra kajian tasaufnya, mendirikan IJABI, yang ialah abreviasi dari Jamaah Ahlu al-Bait Indonesia, sebagai kawasan berkumpul jamaahnya yang bermazhab syi’ah, keberhasilan lain yaitu beberapa tulisannya yang dibukukan banyak menarikdanunik minat kaum muda untuk mengetahuinya. Itulah kiranya beberapa perkara yang mendorong penulis semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam konsep dakwah berdasarkan Jalalaluddin Rakhmat, dilihat dari perjalanan dakwahnya, baik dalam definisi dakwah berdasarkan Jalaluddin Rakhmat, pendekatan dakwahnya, materi dan metode dakwahnya, khususnya dalam tataran teoretis. Walaupun masih sebatas pemikiran Jalaluddin Rakhmat boleh dibilang bahwa sesungguhnya penulis menginginkan terciptanya ruang bebas bagi mahasiswa untuk mengkaji dan membuat gagasan gres dakwah Islam dan relevansinya dalam menjawaban problema masyarakat modern yang sangat komplek.

Tag : Agama Islam
0 Komentar untuk "Konsep Dakwah Berdasarkan Jalaluddin Rakhmat (Ai-19)"

Back To Top