Pengaruh Intensitas Penyuluhan Dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Penemuan Oleh Peternak Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo (Pt-29)

loading...
Dalam pembangunan nasional, sektor peternakan lebih bersinggungan dengan software (perangkat lunak) yang salah satunya yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan produk peternakan yaitu sumber esensial protein hewani yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kecerdasan manusia. Subsektor peternakan sanggup dikatakan sebagai subsektor yang strategis, alasannya yaitu permintaaan akan protein hewani oleh masyarakat terus meningkat.
   Salah satu perjuangan dalam subsektor peternakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan yaitu perjuangan budidaya sapi potong. Beberapa penelitian sebelumnya menawarkan hasil bahwa budidaya sapi potong mempunyai nilai hemat yang tinggi dan sanggup meningkatkan kesejahteraan petani peternak atau menguntungkan secara finansial.  Penelitian Soebroto (2009) menawarkan hasil, bahwa budidaya ternak sapi potong sangat menguntungkan alasannya yaitu dengan minimal 4 buntut sapi tiap kandang, spesialuntuk dalam waktu 1 tahun, BEP (Break Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan B/C ratio 1,126.
Menurut Rahim (2010) bahwa pengembangan sapi potong di Indonesia pada dikala kini ini maupun dimasa yang akan hadir sangat menjanjikan. Hal ini sanggup dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah undangan atau kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi protein hewani yang bersumber dari daging. Oleh alasannya yaitu itu petani peternak dan pengusaha ternak sapi potong serta instansi pemerintahan sangat dituntut meningkatkan kuantitas dan kualitas sapi potong untuk memenuhi undangan konsumen. Kuantitas dan kualitas ternak sapi potong dalam hal ini sapi Bali perlu mendapat perhatian dan penanganan yang fokus, alasannya yaitu ada banyak faktor yang besar lengan berkuasa dalam pengembangannya menyerupai genetik dan lingkungan.            

Salah satu langkah yang dilakukan untuk mempercepat laju pengembangan sapi potong yaitu aktivitas penyuluhan pertanian. melaluiataubersamaini aktivitas penyuluhan pertanian, petani yang mengusahakan sapi potong sanggup mempunyai persepsi positif terhadap sebuah teknologi. Melalui persepsi yang positif, dibutuhkan petani bersedia mengubah sikap dalam pengolahan perjuangan yang dijalankan sesuai dengan ajuan teknologi dari penyuluh. melaluiataubersamaini penerapan teknologi dalam perjuangan budidaya sapi potong yang sesuai dengan anjuran  penyuluh dibutuhkan petani sanggup mengelolah usaspesialuntuk dengan baik, dan kesudahannya sanggup meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak.
Suatu teknologi yang disampaikan oleh penyuluh tidak akan mempunyai kegunaan tanpa adanya adopsi. Demikian juga dengan teknologi dalam budidaya sapi potong yang sudah disuluhkan oleh  penyuluh menyerupai perkandangan, pemdiberian pakan, teknologi reproduksi, dan pencegahan dan pengendalian penyakit serta memanfaatkan limbah ternak tidak akan mempunyai kegunaan jikalau tidak diadopsi oleh samasukan penyuluhan yaitu para peternak sapi potong. Terkait dengan itu, Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yang ialah salah satu tempat pengembangan sapi potong di Kabupaten Wajo yang ditunjukkan dengan jumlah populasi sapi potong yang tinggi di Kecamatan Pammana yang sanggup dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Sapi Potong tiap Desa/Kelurahan di Kecamatan   Pammana tahun 2011.
No.
Desa / Kelurahan
Jumlah Populasi Sapi Potong (Ekor)
1.
Tobatang
159
2.
Wecudai
251
3.
Lapaukke
529
4.
Kampiri
617
5.
Pallawarukka
105
6.
Watampanua
149
7.
Cina
555
8.
Pammana
555
9.
Simpursia
704
10.
Lempa
13
11.
Patila
560
12.
Lampulung
9
13.
Abbanuange
148
14.
Tadang Palie
181
15.
Lagosi
252

Kecamatan Pammana
5. 243
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo, 2011.
Berdasarkan Tabel 1 menawarkan populasi sapi potong setiap desa di Kecamatan Pammana dan Desa Simpursia ialah salah satu desa sentra pengembangan pertanian terpadu berbasis sapi potong di Kabupaten Wajo yang mempunyai populasi sapi yang tinggi yaitu sebanyak 704 buntut. Pada umumnya masyarakat di Desa Simpursia memelihara ternak sapi potong. Kondisi ini didukung oleh adanya aktivitas penyuluhan pertanian di desa ini. Dimana aktivitas penyuluhan pertanian di Desa Simpursia dilaksanakan secara temporer dan secara rutin dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Kegiatan penyuluhan pertanian banyak dilaksanakan alasannya yaitu atas undangan petani peternak setiap dikala bila dibutuhkan.

Pemeliharaan sapi potong di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo ialah bab dari perjuangan tani tanaman yang dijalankan masyarakat. Masyarakat sudah mengetahui manfaat dari pemeliharaan sapi potong yaitu perjuangan yang mempersembahkan laba dan dengan hasil penjualan dari sapi potong, mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan menyerupai biaya pendidikan anak dan biaya perjuangan tani tanaman menyerupai pembelian pupuk. Namun, pada umumnya peternak belum melaksanakan reinvestasi pada perjuangan sapi potong yang mereka kelolah yaitu bahwa peternak tidak melaksanakan penanaman modal kembali dari laba yang diperoleh dari perjuangan sapi potong untuk memperbaiki pengelolaan perjuangan sapi potong yang meraka jalankan. Peternak memakai hasil penjualan dari sapi potong untuk biaya produksi perjuangan tani tanaman yang mereka kelolah menyerupai pembelian pupuk dan untuk kebutuhan menyerupai biaya sekolah anak, sehingga hasil penjualan sapi potong tersebut tidak dipakai untuk memperbaiki pengelolaan perjuangan sapi potong dengan melaksanakan penerapan teknologi dalam budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta memanfaatkan limbah) secara menyeluruh (survei penlampauan).
Pengelolaan perjuangan sapi potong yang baik dengan penerapan teknologi dalam pemeliharaan sapi potong menyerupai perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta memanfaatkan limbah sanggup meningkatkan produktivitas ternak dan pada kesudahannya sanggup meningkatkan pendapatan peternak. Namun, pada umumnya peternak sapi potong di Desa Simpursia Kecamatan Pammana belum menerapkan teknologi dalam budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta memanfaatkan limbah) secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan dalam mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Mardikanto (2009), dalam mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : sifat-sifat atau karakteristik inovasi, sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna, saluran atau media yang digunakan, dan kualifikasi penyuluh. Hasil penelitian dari Prabayanti (2010) yang menyatakan bahwa adopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh karakteristik teknologi dan frekuensi seseorang dalam mengakses saluran komunikasi baik melalui penyuluhan interpersonal maupun media massa untuk mendapat informasi terkena suatu teknologi. Berdasarkan uraian tersebut, maka diadakan penelitian terkena Pengaruh Intensitas Penyuluhan dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong terhadap Jenis Adopsi Inovasi oleh  Peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. 


Judul : Pengaruh Intensitas Penyuluhan Dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Inovasi Oleh Peternak Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo (PT-29)




0 Komentar untuk "Pengaruh Intensitas Penyuluhan Dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Penemuan Oleh Peternak Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo (Pt-29)"

Back To Top