Pengaruh Kehadiran Hijabers Community Terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Pada Butik Dian Pelangi Makassar (Pm-52)

loading...


Kegiatan pemamasukan yang dilakukan oleh setiap perusahaan didasarkan pada taktik pemamasukan yang diputuskan untuk mencapai samasukan pasar yang dituju.Oleh sebab itu, pasar perusahaan perlu dikaji, sehingga sanggup ditentukan samasukan yang tepat.
Dalam menentukan samasukan pasar yang sempurna terhadap, perlu diteliti dan dikaji motif, perilaku, dan kebiasaan pembeli.Karena masing-masing pembeli mempunyai motif, perilaku, dan kebiasaan membeli yang tidak sama, maka perlu dilakukan pendekatan dalam pengkajiannya, sehingga analisis yang dilakukan lebih mempunyai kegunaan dan sempurna untuk pengambilan keputusan (Assauri, 2009:120).
Perilaku konsumen berkaitan dengan proses pemilihan produk yang akan dibeli, yang terdapat dalam proses pembelian. Teori sikap konsumen dalam pembelian atas dasar pertimbangan ekonomi, menyatakan bahwa keputusan seseorang untuk melaksanakan pembelian ialah hasil perhitungan hemat rasional yang sadar, sehingga mereka akan menentukan produk yang sanggup mempersembahkan kegunaan yang paling besar, sesuai dengan selera, dan biaya secara relatif.
Teori sikap konsumen yang lain yaitu teori yang didasarkan pada pertimbangan faktor sosiologi, yang menyatakan bahwa impian dan sikap seseorang sebagian dibuat oleh kelompok sosial daerah ia menjadi anggotanya. Teori sikap konsumen yang didasarkan pada faktor antropologi hampir sama dengan teori yang didasarkan pada faktor sosial, namun lebih mengutamakan kelompok sosial yang lebih besar, yang ruang lingkupnya lebih luas ibarat kebudayaan dan kelas sosial (Assauri, 2009: 135).

Lamb, Hair, dan McDaniel (2001:237) menyampaikan bahwa sikap konsumen menggambarkan bagaimana para konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka memakai dan memmembuang produk-produk yang mereka gunakan.
Studi sikap konsumen ini muncul seiring dengan berkembangnya konsep pemamasukan, yang ialah cara pandang pemasar dalam menghadapi konsumen dan pesaingnya, dimana pemasar berusaha memenuhi kebutuhan dan impian konsumen secara lebih efektif dari para pesaingnya. Tujuannya yaitu memperoleh kepuasan pelanggan. Sehingga ilmu sikap konsumen diperlukan untuk mengidentifikasi apa kebutuhan dan impian konsumen dan pelanggan tersebut sehingga pemasar bisa menyusun dan mengimplementasikan taktik pemamasukan yang sempurna untuk karakteristik konsumen yang menjadi sasaran pasar.
Tidak dipungkiri, memahami sikap konsumen dalam pembelian bukanlah kasus mudah sebab konsumen mempunyai sifat yang tidak sama-beda sebagaimana dari kebutuhan insan yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat eksklusif terhadap keputusan pembelian konsumen.
Engel et al. dalam Salsabila (2011) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai proses merumuskan aneka macam alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melaksanakan pembelian.
sepertiyang yang marak terjadi remaja ini, dunia pemamasukan mengalami pergeseran drastis semenjak pemamasukan memasuki masa gelombang gres (new wave era). Pendekatan pemamasukan tak lagi menyasar jenis konsumen lama, melainkan berubah ke samasukan pasar yang baru, yang mana kita kenal dengan sebutan new wave ready customers, yakni 3subkultur utama yang menggerakan masa new wave marketing ini. Tiga subkultur itu yaitu youth(anak muda), woman (perempuan), dan netizen (pengguna internet).
Jika kita memerhatikan secara cermat, pergerakan perempuan belakangan ini memang tengah menjadi tren.Emansipasi perempuan sanggup dilihat dari aneka macam tugas aktif perempuan pada berbagai bidang.Dewasa ini, politikus perempuan sudah biasa, begitupun dalam bidang ekonomi, perempuan berperan aktif sebagai praktisi maupun sebagai partisipan pelopor ekonomi. Banyak pakar yang kemudian menyampaikan bahwan tugas perempuan kedepannya akan semakin dominan, termasuk dalam lanskap bisnis.
Perubahan ini, sudah menghasilkan tantangan, peran serta imbas perempuan dalam keputusan pembelian. Kini keputusan pembelian cenderung dilakukan oleh wanita,baik  wanita berdikari yang memakai pendapatannya sendiri, maupun ibu rumah tangga yang mengelola keuangan rumah tangganya.
Pada konteks kekinian, melirik wilayah teritorial Indonesia, terkhusus Kota Makassar misalnya, sebuah tren jilbab terbaru hadir sebagai perwujudan pergeseran paradigma masyarakat akan makna berjilbab. Bahwa berjilbab, ketika ini tidaklah dianggap kuno dan ketinggalan zaman, justru akan menimbulkan perempuan muslim terlihat indah, anggun, dan cantik.
Pasalnya, pada perkembangannya kini, persepsi penerapan jilbab tidak lagi sederhana.Jilbab kini diinterpretasikan menurut subjektifitas individu.Misalnya banyak yang memahami jilbab sebagai perintah agama dan sebuah keharusan, sugesti, dan ada pula yang menganggap sebagai sebuahfashion belaka. Melalui tren ini, pilihan gaya berjilbab perempuan Makassar menjadi lebih variatif.
Adalah Dian Pelangi, seorang desainer muda asal Jakarta, bersama rekannya, Ria Miranda, diberinisiatif membentuk sebuah komunitas hijab yang berserius  pada syiar melalui cara-cara yang lebih modern, bergaya khas anak muda, namun tetap patuh pada kaidah.
Tak terlalu susah bagi Dian Pelangi dan Ria Miranda untuk membangun imagekomunitas ini mengingat Dian Pelangi ialah seorang muslim fashion designer muda sekaligus pemilik Butik Dian Pelangi. Tepatnya pada Maret 2011, komunitas ini resmi diluncurkan. Atas kerja sama 30 perempuan muda berhijab, Hijabers Community ini kemudian tumbuh sebagai satu komunitas fashion style dalam hal jilbab/hijab, yang ialah satu komunitas jilbab kontemporer yang mencakupkan wanita-wanita muslimah anggun dengan pakaian atau jilbab yang penuh gaya dan tidak biasa. Komunitas ini kemudian berkembang dengan nilai, identitas, dan acara yang tidak sama.Sekarang, ada banyak perempuan yang tertarik dan ingin bergabung dalam komunitas ini.
Kemajuan teknologi isu dan komunikasi membuat waveHijabers Community mendapat momentum melalui kehadiran media virtual, yang kian mengukuhkan eksistensi komunitas perempuan berhijab ini. Melalui Hijabers Community perempuan-perempuan tersebut  ingin mengubah pandangan bahwa jilbab yang selama ini identik dengan tradisionalitas dan kuno, menjadi sesuatu yang modern, fashionable, dan dinamis. Atas kehendak media pulalah, gayahijabers ini menjadi gaya nasional masa kini yang kemudian fenomena ini disebut sebagai budaya popular dalam dunia fashion style.
Dari perspektif pemamasukan, kehadiran komunitas tak lekas dipandang sebagai arah gres pembentukan feminine space saja, tetapi juga ialah langkah pertama dalam pembentukan taktik sentral bisnis perusahaan.
Kartajaya (2010) menyatakan bahwa di masa new wave ibarat sekarang, kita melaksanakan praktik segmentasi yang horizontal yaitu mengomunitisasikan  konsumen sebagai sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain, dan mempunyai kesamaan purposes, values, dan identity.
Kalau komunitas konsumen dari suatu perusahaan sudah jelas, teridentifikasi atau terbentuk, tergambar secara terperinci tujuan, identitas dan nilai-nilainya dan cocok untuk kita ajak kolaborasi, langkah-langkah pemamasukan yang lain tinggal mengikuti dan pembangunan aksara sanggup terserius pada hal-hal yang terkait dengan komunitas tersebut.
Oleh sebab itu, remaja ini, banyak kaum hawa terinspirasi oleh komunitas Hijabers. Belakangan muncul pelabelan, gaya berjilbab dan berbusana a la Hijabers. Toko-toko kerudung dengan cepat diserbu oleh banyak perempuan yang berhasrat membeli banyak kerudung kemudian mengkreasikannya dan tampil di depan umum ibarat perempuan-perempuan dalam komunitas Hijabers (Hardiyanti, 2012:7)
Butik Dian Pelangi yang ialah butik bentukan Dian Pelangi terperinci mempunyai keterkaitan erat dalam hal ini.Dari sinilah orang-orang serta bermacam-macam model jilbab a la Hijabers muncul. Bekerja sama dengan butik Dian Pelangi, komunitas ini membentuk Hijab Class. Mereka juga memanfaatkan media virtual untuk mempersembahkan isu terkena tutorial jilbab Hijabers.
Banyak dari pengguna jilbab yang mengapresiasi langkah ini: mengenal lebih dalam wacana Hijabers Community dan mempelajari tutorial hijabnya yang marak di media virtual (youtube, Facebook, dll). Namun, dari apa yang penulis amati, nampaknya banyak dari mereka yang mengapresiasi spesialuntuk sebatas dua hal tersebut. Konsumen yang berguru wacana gaya jilbab a la Hijabers ini ternyata belum tentu memutuskan membeli jilbab di Butik Dian Pelangi Makassar.
Berdasarkan sejumlah pemaparan di atas, penulis kemudian mencoba melaksanakan penelitian lebih jauh yang selanjutnya menamakan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kehadiran Hijabers Community Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Butik Dian Pelangi Makassar.”

0 Komentar untuk "Pengaruh Kehadiran Hijabers Community Terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Pada Butik Dian Pelangi Makassar (Pm-52)"

Back To Top