loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan ialah ranah yang setrategis sebagai modal membangun bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat. Sejak kecil kita sudah dihadapkan dengan yang namanya pendidikan, mulai dari pendidikan dari orang tua, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan kita yang paling fundamental ialah dari orang tua, alasannya ialah orang tualah yang nantinya akan membentuk huruf dari seorang kader bangsa. Oleh alasannya ialah itu pengembangan kualitas insan dijadikan sebagai paradigma pembangunan, yang mana dalam pengembangan paradigma itu dibutuhkan pendidikan dan petes yang harus ditempatkan sebagai pilar atau pondasi utama.
Kontinuitas proses pertumbuhan bangsa menuju kearah masa depan yang lebih baik sangat dipertaruhkan oleh perjuangan peningkatan kualitas insan sebagai masyarakat Negara. Usaha untuk menuju kearah tersebut dibutuhkan keharusan dan kesungguhan yang tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan nasional pada seluruh wilayah, lapisan dan segala komponen masyarakat. Pembangunan insan menjadi bermakna spesialuntuk dengan membuat kebahagiaan pada manusia. Pendidikan mempunyai tugas dalam meningkatkan kualitas kebahagiaan sekaligus kualitas kerja dan produktivitas.
Negara mempunyai hak untuk menentukan tujuan pendidikan dari anggota masyarakatnya. Semakin masyarakat menjadi terbuka atau menjadi modern, proses pendidikan dituntut untuk mengikuti keadaan dengan perubahan masyarakat. Yang tiruanla pendidik informal digantikan oleh pendidik profesional. Berdasarkan pengalaman jatuh bangkit dari penerima didik di dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, beliau berguru memperoleh kebijaksanaan sendiri secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri berkat menolongan pendidik profesional.
sepertiyang yang dikodratkan oleh Tuhan YME bahwa insan diciptakan sebagai makhluk yang paling tepat di banding dengan makhluk lain. Manusia didiberi insting, perasaan juga logika dan fikiran. melaluiataubersamaini akal, insan sanggup menemukan banyak sekali cara dalam menuntaskan masalah hidup yang dijumpainya. Untuk menuntaskan permasalahan yang dijumpainya, insan di tuntut untuk kreatif dan bisa membuatkan pemikirannya, walaupun kapasitas berfikir orang satu dengan orang lainnya tidak sama-beda.
Meski diakui bahwa pendidikan ialah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan didiberikan masukana maupun pramasukananya. Sampai ketika ini Indonesia masih berkutat pada problematika (permaslahan) yaitu kualitas pendidikan. Meskipun sudah kita ketahui bersama bahwa sudah banyak sekolah-sekolah yang menerapkan sistem Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI), sebagai wujud proses pengembangan pendidikan di Indonesia, tetapi tidak dipungkiri juga bahwa problematika dalam hal ini ialah sebuah mata rantai yang sangat panjang dan melingkar dan belum tahu dari mana harus mengpertamai.
Sejalan dengan kewajiban untuk menuntut ilmu, pemerintah sudah menetapkan bahwa setiap masyarakat Negara berhak menerima pendidikan layak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan diatur melalui peraturan pemerintah, sedangkan pelaksanaan aktivitas pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik biar menjadi insan yang diberiman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, diberiman, cakap, kreatif, sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan menjadi masyarakat Negara yang demokratis serta tanggung jawaban.[1]
Berdasarkan pengamatan sementara permasalahan yang biasa terjadi dalam masyarakat semenjak doloe hingga kini ialah kurangnya kesadaran dan minat orang bau tanah terhadap pendidikan. Mereka punya anggapan bahwa pendidikan kurang begitu penting dan tidak penting untuk menempuh pendidikan yang tinggi, yang pada ujungnya tidak merubah kehidupan mereka. Apalagi kebanyakan masyarakat pada ketika ini masih banyak yang beranggapan anak wanita tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi alasannya ialah pada nantinya jikalau sudah berkeluarga tetap di dapur juga. Anggapan menyerupai itulah yang nantinya memupus minat berguru dari si anak tersebut.
Belajar, ialah ialah suatu proses yang komplek yang terjadi pada setiap individu di sepanjang hidupnya. melaluiataubersamaini berguru insan bisa membuatkan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam agama Islam juga dianjurkan untuk berguru dan menuntut ilmu, sesuai dengan hadits:
“tuntutlah ilmu hingga ke negeri cina, atau tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat”.
Menurut hadits tersebut sudah terang bahwa berguru sangatlah penting dan tidak mengenal adanya batasan ruang dan waktu.
Kegiatan berguru matematika ialah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses belajar sehingga memperlancar tercapainya tujuan berguru matematika.[2] Belajar matematika ialah berguru ihwal pokok dari segala macam ilmu pengetahuan, bisa dikatakan bahwa matematika ialah induk dari tiruana ilmu pengetahuan. Sering kita jumpai bahwa dalam balajar matematika seorang siswa mengalami kesusahan, bahkan ada yang frustasi alasannya ialah tidak bisa menuntaskan soal yang didiberikan oleh guru. Hal ini terbentur pada kurangnya kemampuan siswa untuk memahami permasalahan matematika yang dihadapi, sedangkan kemampuan memahami soal sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menuntaskan soal.
Penanaman konsep dalam berguru matematika guru sering menyuruh siswa untuk menghafal kemudian menerapkannya dalan soal, sehingga siswa tidak mengetahui dari mana asal mula rumus-rumus tersebut. melaluiataubersamaini cara demikian siswa akan cenderung lebih cepat bosan dan kehilangan minat berguru mereka dan bahkan tidak mahu berguru matematika. Dalam hal ini siswa tidak bisa membuatkan contoh pikir mereka sehingga bisa lebih kreatif. Dalam proses berguru tidak dimaksudkan untuk mengungkung kemerdekaan insan tapi justru mempersembahkan peluang seluas-luasnya bagi kreativitas serta menemukan sendiri berdasarkan kemampuan menentukan dari penerima didik.[3]
Ketika kegiatan pembelajaran sudah dimulai, dari situ tugas guru sebagai fasilitator dalam proses penyampaian dan juga pemahaman materi yang diajarkan sudah dimulai. Apabila seorang pendidik bisa meningkatkan minat berguru terhadap matematika, diharapkan kesusahan-kesusahan yang ada pada diri siswa akan lebih praktis diatasi, sehingga turut menghipnotis tingkat keberhasilan siswa. Untuk memberdayakan minat berguru siswa, guru/ pendidik tidak harus mengkonsep siswa dengan menghafal rumus-rumus yang sudah ada. Sehingga diharapkan nantinya siswa menjadi lebih bisa berfikir kreatif dalam pengembangan dan juga menuntaskan masalah yang ada.
Sebagai landasan berguru matematika tentunya harus disertai adanya minat untuk mempelajarinya, sehingga matematika tidak selalu selamanya dipandang sebagai momok pelajaran yang ditakuti. Tetapi bisa menjadi pelajaran yang sangat bahagia. Daya kreativitas siswa tumbuh alasannya ialah adanya minat berguru matematika, dimana guru membebaskan siswa untuk berpikir sendiri berdasarkan imajinasinya dalam proses penyelesaian soal-soal yang ada.
Dalam masalah berpikir seseorang akan sanggup menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum ada. Berpikir ialah proses yang dinamis yang sanggup dilukiskan berdasarkan proses dan jalannya.[4] Kaprikornus disini berpikir mempunyai arah tujuan, bersifat abstrak, dan arahnya ditentukan oleh soal yang harus dipecahkan. Kreativitas ialah talenta yang sudah dimiliki oleh setiap individu, yang sanggup diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Kreativitas ialah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang memungkinkan orang tersebut memecahkan wangsit yang orisinil atau menghasilkan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang secara penuh berkembang.[5] Pembahasan kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada aspek prosesnya, yakni proses berpikir kreatif dalam penyelesaian suatu bentuk permasalahan. Kaprikornus ketika siswa mempunyai minat untuk mempelajari matematika, maka dari situ siswa cenderung lebih senang dalam mengotak-atik masalah dalam matematika.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil sebuah judul untuk penelitian ini “Pengaruh Minat Belajar Matematika terhadap Kreativitas Numerik Siswa Di SMPN 1 Pagerwojo”.
Tag :
Pendidikan,
Pendidikan Matematika
0 Komentar untuk "Pengaruh Minat Berguru Matematika Siswa Terhadap Kreativitas Numerik Siswa Smpn I Pagerwojo (Pmt-31)"