Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Permainan Cipta Lagu Dalam Pembelajaran Seni Budaya Di Smp Nasima Semarang (Ps-2)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembelajaran seni budaya menyebarkan tiruana bentuk aktifitas cita rasa keindahan yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam bahasa, rupa, bunyi, gerak, tutur dan peran. Sedangkan tujuan pendidikan seni untuk menyebarkan sikap toleransi, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, menyebarkan ketrampilan dan menerapkan teknologi dalam berkarya dan menampilkan karya seni rupa, seni musik, tari dan peran, dan menanamkan pemahaman wacana dasar-dasar dalam berkesenian (Sujadmiko,2004:26 )


Seiring dengan kegiatan KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) yang mempersembahkan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melaksanakan pengambilan keputusan secara bersama untuk memenuhi kebutuhan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo,
2003:5). Berkaitan dengan KTSP tersebut sekolah perlu mencari program- kegiatan yang sesuai di lembaganya, dan guru punya wewenang yang penuh untuk pengembangan dirinya termasuk SDMnya.

Tujuan selesai dalam proses pembelajaran seni budaya khususnya musik yaitu bisa berapresiasi terhadap seni , bisa berekspresi dan berkreasi. Banyak manfaat yang diperoleh kalau siswa bisa berkreasi , dan berekspresi yaitu kreativitas siswa akan semakin berkembang, nilai estetika akan bertambah dan kematangan bersikap khususnya dalam melestarikan seni budaya.

Menurut Edgar Dale metode yang menarikdanunik untuk siswa yaitu pengalaman eksklusif ( Cone of experience ). Pengalaman berguru dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) dan tidak meninggalkan karakteristik mata pelajaran ( Sukarman, 2003:16) . Maka berdasarkan pernyataan tersebut, upaya mengemas proses pembelajaran yang mengajak siswa untuk diberinteraksi aktif dalam mata pelajaran seni budaya khususnya musik, menjadi tantangan bagi kalangan pendidik , khususnya guru musik itu sendiri.

Model pembelajaran yang inovative tentu tidak mengesampingkan ekspresi dominan pada masa tertentu , alasannya dimensi apresiasi seni anak cenderung berubah berdasarkan usianya ( Mack, 2002:64 ). Semakin guru bisa memahami ekspresi dominan musik anak, perhatian dan motivasi anak juga semakin bertambah. Walaupun ini bukan utama, namun bisa menjadi daya tarik tersendiri disamping meletakkan dasar – dasar musik.

Menurut Toeti Heraty kreativitas yaitu suatu fungsi biologis insan yang tidak sama dengan mahkluk-mahkluk lain menyerupai hewan, kreativitas didefinisikan sebagai retrukturasi kreatif, kemampuan seseorang mengatasi duduk kasus atau tatanan usang dan menggantinya dengan tatanan gres (Martopo , 2006 : 216)

Model pembelajaran ” dengar-lihat-kerjakan” lebih berpusat pada guru atau teacher centered . Model yang berkaitan dengan kreativitas, penemuan pembelajaran, perlu ditekankan model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Menurut Bruce Joyce dan Masha Weil dalam bukunya Models of Teaching (Masunah, 2002:3) mengemukakan empat rumpun model mengajar yakni,
(1). Information procesing model yang berorientasi pada pengembangan kemampuan penerima didik dalam mengolah dan menguasai informasi yang diterima mereka dengan menitik beratkan pada aspek intelektual akademis. (2). Personal models yang berorientasi pada pengembangan diri baik secara individu maupun hubunganya dengan lingkungan . Menitik beratkan aspek emosional.
(3). Social interaction models berorientasi pada pengembangan penerima didik dalam bekerja sama dengan orang lain, berperan aktif dalam proses demokratis dan bekerja dengan produktif di dalam masyarakat dengan menitik beratkan pada kehidupan sosial.
(4). Behaviorial models yang berorientasi pada kemampuan menguasai fakta, konsep, ketrampilan, dan kemampuan mengurangi kecemasan serta meningkatkan ketenangan dengan menitikberatkan pada aspek perbuatan sikap yang sanggup diamati.

Untuk pelajaran seni nampaknya tidak spesialuntuk dengan satu model pembelajaran, tapi dengan menggabungkan beberapa model, alasannya seni berkaitan dengan keadaan personal, kekerabatan sosial, dan budaya yang mesti dikembangkan dalam diri siswa. Pembelajaran seni budaya lebih ditekankan pada praktek, menyerupai yang tertuang dalam materi kajian seni musik yaitu bisa mengekspresikan diri dan berkreasi melalui penampilan dan pergelaran musik nusantara dan manca negara secara vokal maupun instrumental.

Maka upaya mencari metode pembelajaran yang baik yaitu salah satu perjuangan untuk mencapai tujuan. Menurut (Sudjana,1989) dalam (Candra,2006:61) metode mengajar yaitu cara yang dipakai guru dalam mengadakan kekerabatan dengan siswa pada ketika berlangsungnya pembelajaran.

Menyimak kurikulum 2006 pada standart kompetensi kelas VII, VIII, IX, terdapat materi berkreasi seni. Pada kompetensi dasar disebutkan penerima didik bisa mengaransir / merancang karya musik sederhana non tradisi kawasan setempat. Dari kompetensi dasar tersebut penerima didik dituntut untuk bisa berkarya seni walaupun masih sederhana. Tentu untuk mewujudkan itu tiruana seorang guru harus berguru bagaimana membuat karya musik. Padahal untuk membuat sesuatu yang gres atau lagu yang gres yaitu pekerjaan tidak gampang. Maka perlu dibangun strategi, metode berguru yang menarikdanunik semoga penerima didik bisa berkarya seni atau bisa membuat lagu gres baik secara klasikal, kelompok dan individu.

Menurut beberapa literatur antara lain (Uqshari, Melejit melaluiataubersamainiKreatif : 2005) , (Sugiyanto, Kesenian , 2004 ), (internet, Cipta Lagu, 2007)dan pengalaman penulis ada beberapa cara untuk membuat karya cipta lagu yaitu ;
(1). Konsentrasi.
Sebuah lagu yang baik yaitu sebuah lagu yang bisa menyebarkan daya imajinasi, daya berpikir dan sanggup menyalurkan emosi serta kemampuan aspek sosial (internet “ AT. Mahmud” Tokoh Indonesia,16 Juni 2007,http: // www.tokoh indonesia.com).
Setiap hari diperdengarkan musik sampai masuk alam bawah sadar, kemudian dalam masa berguru nada-nada itu tersimpan, ketika proses kreatif muncul ide-ide yang usang tersimpan muncul tiruana ( internet,”
Dhani Dewa “,17 Juni 2007,http: // www.figurpublik.com).

Untuk bisa memahami imajinasi salah satunya dengan serius. Untuk memunculkan kembali ide juga dengan serius. Kalau diterapkan dalam pembelajaran di kelas, caranya yaitu siswa membayangkan suatu obyek kemudian secara sadar diungkapkan dengan bunyi secara berulang- ulang demikian seterusnya sehingga menemukan melodi-melodi gres untuk menyusun lagu. Tapi dalam metode ini siswa akan kehilangan memori disaat serius dihentikan. Dan susah sekali mencari lagu yang sudah tersusun dalam serius imaginasi tadi.
Daya imajinasi mutlak dibutuhkan bagi seorang yang kreatif. Imajinasi pada umumnya dibutuhkan untuk suatu penggambaran ke depan
( Soenarno, 2006: 37).

(2). Membuat syair kemudian menulis notasi atau sebaliknya.

Menulis lagu harus benar-benar dalam keadaan tenang, setelah tahu irama lagu dan notasi gres mencari liriknya (Internet,“Melly”, figurpublik,16 Juni 2007,http:// www.figurpubik.com ).
Sebuah lagu sanggup dibentuk dengan menuliskan notasi terlebih lampau . Tetapi akan lebih praktis kalau kita menlampaukan pembuatan teks/syair (Sugiyanto,2004:135). Menurut pendapat diatas, dalam menulis lagu boleh ditulis notasi terlebih kemudian liriknya atau lirik doloe gres notasinya.
Dalam pembelajaran di kelas, siswa membuat syair beberapa bait kemudian menuliskan notasinya. Hal ini bisa dilakukan kalau siswa sudah punya dasar yang besar lengan berkuasa wacana solfegio atau membaca notasi musik. Padahal rata-rata siswa Sekolah Menengah Pertama belum bisa membaca not angka maupun not balok, alasannya pada waktu di sekolah dasar rata – rata belum didiberi pelajaran wacana membaca not angka maupun not balok.

(3). Recording

Pada kurun modern dimana teknologi semakin memasyarakat, di manapun, kapanpun seseorang sanggup menuangkan ide lagu gres dengan direkam terlebih lampau, kemudian hasil rekaman itu disusun kembali sampai terbentuklah lagu baru. Kendala yang dihadapi yaitu tidak setiap waktu dan peluang membawa alat rekam, Padahal ide, inspirasi itu bisa hadir setiap ketika tanpa mengenal tempat dan waktu.

(4). Ilham

Seorang composser (pencipta lagu) tidak menghendaki lagu itu hadir, tapi nada-nada terus hadir dalam wilayah imaginasinya sehingga terciptalah sebuah karya. Kendala yang dihadapi yaitu tidak tiruana orang punya talent yang demikian, apalagi siswa yang kemampuan dasar musikalnya masih dalam tahap belajar. Menurut (M.Echols ,1992:324) wangsit yaitu inspiration, tiba-tiba mendapat sesuatu untuk melaksanakan sesuatu berdasarkan bisik-bisik hatinya.

Pembelajaran seni budaya didalamnya terdapat materi seni musik yang ialah bab dari pendidikan yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama Nasima. Seni musik ialah pelajaran yang menarikdanunik siswa, terbukti dengan kefokusan forum tersebut mengelola karya musik dalam sebuah album musik . Sampai ketika ini Sekolah Menengah Pertama Nasima sudah memilki 3 album musik yang meliputi ekspresi siswa dan guru – guru di Sekolah Menengah Pertama Nasima.

Tidak spesialuntuk itu, prestasi musik dan vokal juga menonjol diantaranya yaitu pada tahun 2004 juara 2 lomba vokal se kota Semarang yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Semarang atas nama Lavenia Disa Winona, pada tahun 2005 juara 1 lomba grup musik pelajar tingkat kota Semarang di Sri Ratu Peterongan dan pada tahun 2007 juara 2 lomba grup musik sekota semarang yang diadakan Sekolah Menengan Atas Sultan Agung 1 Semarang. Pada kegiatan lomba tersebut sekaligus meraih the best vokal atas nama Kartika Dewi dan the best gitar atas nama Imam Agung.

Dari banyak sekali prestasi yang diraih oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Nasima Semarang, menjadi perhatian YPIN (Yayasan Pendidikan Islam Nasima) mempersembahkan kemudahan yang memenuhi standart yaitu dibangunnya studio musik Nasima.

Berkaitan dari kondisi tersebut diatas, maka perlu ada upaya pengembangan yang terus menerus sehingga prestasi akademik dan non akademik sanggup diraih / meningkat. Disamping perhatian, pelatihan yang kontinyu maka perlu kajian akademis yang akurat melalui penelitian dalam bentuk penulisan skripsi wacana pembelajaran seni budaya khususnya seni musik pada model permainan cipta lagu. Agar suatu ketika nanti Sekolah Menengah Pertama Nasima mempunyai album musik yang lagu-lagunya tiruana hasil karya siswa.

Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa dewasa untuk berguru yaitu materi pelajaran itu sendiri dan guru yang memberikan pelajaran itu (Sarwono, 2006:122). Menimbang dari banyak sekali alasan terkena pembelajaran, maka penemuan pembelajaran ialah hal penting untuk diterapkan dalam proses berguru mengajar.

Inovasi pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas. Inovasi yang dilakukan diharapkan penerima didik menjadi insan yang aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya sendiri (Yudrik, 2003:23). Inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran seni budaya di Sekolah Menengah Pertama Nasima yaitu selaras dengan learning by doing yaitu berguru sambil bermain.

Menurut (Santoso, 2002:147) kreativitas bagi belum dewasa yaitu suatu permainan. Sejak masih bayi, mereka sudah menyebarkan banyak sekali macam permainan kreatif. Oleh alasannya itu metode pembelajaran dengan permainan yaitu langkah pertama menuju pencapaian kreativitas siswa.

Penerapan berguru sambil bermain tersebut terdapat pada pembelajaran seni budaya khususnya musik dalam KD penerima didik bisa mengapresiasi dan berkarya seni kawasan setempat. Agar siswa sanggup berkreasi karya seni dibutuhkan metode yang relevan dengan kondisi siswa. Salah satunya yaitu permainan cipta lagu. Metode ini yaitu upaya bersama membangun nada menjadi sebuah lagu baru. Terciptanya lagu gres dari proses pembelajaran di kelas ialah bentuk kreativitas siswa.


0 Komentar untuk "Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Permainan Cipta Lagu Dalam Pembelajaran Seni Budaya Di Smp Nasima Semarang (Ps-2)"

Back To Top