Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Asongan Di Fisip Unhas (So-17)

loading...
Perkembangan kota yang semakin pesat tidak diikuti dengan pertambahan lapangan kerja yang memadai, mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat daerah pada sektor formal akan beralih ke sektor informal yang tidak menuntut banyak keahlian dan pendidikan yang memadai. Sektor informal yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan kota Makassar pada khususnya yaitu pedagang.

Beberapa jenis pekerjaan yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya yaitu pedagang kaki lima, ibarat warung nasi, penjual rokok, penjual kran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Keberadaan pedagang asongan dianggap penting di beberapa tempat. Keberadaannya sering dinilai mengganggu ketertiban umum, seringkali ada upaya untuk menggeser eksistensi pelaku sektor informal ibarat operasi penertiban dan penetapan hukum yang melarang eksistensi pedagang asongan.

Pedagang asongan menjadi stimulan muncul dan berkembangnya usaha-usaha mikro dengan menjadi penyedia barang-barang dagangan yang dijajakan pedagang asongan. Peluang ini dimanfaatkan oleh kalangan industri menengah. Produsen minuman, koran atau rokok, misalnya, mulai banyak yang memanfaatkan pedagang asongan sebagai tenaga pemasar yang sanggup secara pribadi menyentuh konsumen.


Saat ini sektor informal berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar termasuk Makassar. Hal itu disebabkan sektor informal memdiberi ruang kepada masyarakat yang tidak mempunyai skill dalam sektor ekonomi formal. Pedagang asongan tidak spesialuntuk ditemukan di pinggir-pinggir jalan, jembatan, terminal bis, angkutan umum, bis kota, kereta, kampus, instasi pemerintah dan swasta dengan bermacam-macam bentuk. Di satu sisi acara ekonomi dan sosial penduduk yang dibarengi dengan kebutuhan yang tinggi semakin memerlukan ruang untuk meningkatkan acara penduduk sehingga mengakibatkan semakin bertambahnya ruang untuk mendukung acara sektor informal.

Karakteristik sektor informal yaitu bentuknya tidak terorganisir, kebanyakan perjuangan sendiri, cara kerja tidak teratur, biaya dari diri sendiri atau sumber tidak resmi, dapatlah diketahui betapa banyaknya jumlah anggota masyarakat menentukan tipe perjuangan ini, lantaran simpel dijadikan sebagai lapangan kerja bagi  masyarakat strata ekonomi rendah yang banyak terdapat di negara kita terutama pada kota besar maupun kecil.

Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia belahan Timur dan menjadi daerah yang sangat potensial bagi sektor informal  untuk mencari rezeki terutama bagi pedagang asongan. Selain faktor wilayah yang luas dan memungkinkan para pekerja di sektor informal untuk beroperasi, jumlah mahasiswa dan tokoh akademisi lainnya yang tergolong besar, menjadi faktor penarik bagi pedagang asongan.

Banyak cara dan usaha  ditempuh pedagang asongan dalam menunjang kondisi sosial ekonominya di tengah derasnya arus perkembangan kota yang setiap hari selalu menuntut persaingan dan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat. Komunikasi dengan sesama pedagang asongan belum tentu baik. Hal ini disebabkan adanya persaingan dan ambisi untuk mendapat keuntungan.

Berbagai perjuangan dalam sektor informal hadir di dunia kampus dengan mengatakan banyak sekali macam profesi diantaranya pedagang kaki lima, pedagang asongan, maupun pedagang di warung/kantin kampus. Pedagang asongan umumnya sanggup dijumpai hampir di setiap fakultas yang ada di Universitas Hasanuddin khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Sekarang ini fenomena yang terjadi di lingkungan kampus semakin lama-semakin banyak. Pedagang asongan menjamur di kampus Unhas. Hal ini tentu diberimplikasi pada ketertiban dan kenyamanan alasannya yaitu biasanya pedagang asongan tidak tertib, baik dalam hal kemembersihkanan maupun dalam hal berjualan. Dilihat dari persptif sosiologisnya kehadiran dari pedagang asongan di kampus Unhas member kesan bahwa interaksi sosial kampus dan sekitarnya semakin terbuka sebabb kampus tidak lagi dilihat sebagai forum pendidikan atau daerah belajar. Kampus juga dijadikan sebagai daerah perjuangan yang sanggup mempersembahkan laba ekonomis, salah satunya dengan menjual (pedagang asongan).

Selama ini belum banyak studi yang mengkaji pedagang asongan di Kampus Unhas, padahal fenomena pedagang asongan semakin marak dengan bertambahnya pedagang asongan. Berdasarkan anutan tersebut maka penulis ingin mengetahui ihwal eksistensi pedagang asongan, khususnya di FISIP Unhas. Untuk itu penulis mengangkat judul Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Asongan Di Fisip Unhas


0 Komentar untuk "Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Asongan Di Fisip Unhas (So-17)"

Back To Top