loading...
Tidak sanggup disangkal lagi, bahwa bahasa yaitu sistem lambang berupa bunyi yang bersifat otoriter (arbitrer) yang digunakan oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling bekerjasama dan diberinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Bahasa juga berfungsi sebagai alat yang digunakan seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. melaluiataubersamaini bahasa insan sanggup membentuk masyarakat dan peradaban. Andaikata tidak ada bahasa, maka beliau tidak akan sanggup melaksanakan hal tersebut di atas. Atas dasar inilah maka sangat masuk akal jika kita menyampaikan bahwa tiruana acara yang kita lakukan sepanjang hidup kita selalu membutuhkan bahasa.
Kebanyakan orang berguru lebih dari satu bahasa. Seseorang mungkin sanggup mengetahui atau berguru dua bahasa atau lebih dari permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa ialah bahwa beliau berguru bahasa kedua atau bahasa aneh setelah sistem bahasa pertamanya mantap.
Tidak sanggup di sangkal, bahwa seseorang yang mempelajari suatu bahasa aneh akan mendapati kesusahan-kesusahan, yang mana kesusahan-kesusahan ini sanggup diperkecil apabila beliau mempunyai faktor-faktor pendorong yang sangat berpengaruh atau dengan kata lain beliau mempunyai cita-cita yang berpengaruh untuk mempelajari bahasa tersebut.
Kebanyakan orang berguru lebih dari satu bahasa. Seseorang mungkin sanggup mengetahui atau berguru dua bahasa atau lebih dari permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa ialah bahwa beliau berguru bahasa kedua atau bahasa aneh setelah sistem bahasa pertamanya mantap.
Tidak sanggup di sangkal, bahwa seseorang yang mempelajari suatu bahasa aneh akan mendapati kesusahan-kesusahan, yang mana kesusahan-kesusahan ini sanggup diperkecil apabila beliau mempunyai faktor-faktor pendorong yang sangat berpengaruh atau dengan kata lain beliau mempunyai cita-cita yang berpengaruh untuk mempelajari bahasa tersebut.
Oleh lantaran kajian bahasa tidak cukup dengan mengenali ciri-ciri konstruksi bahasa, tetapi ia harus lengkap dengan mengenali fungsi dalam kerangka masyarakat (Hamdani, 2004: 7). Maka seseorang yang ingin mempelajari bahasa kedua atau bahasa aneh di tuntut untuk mempunyai keterampilan-keterampilan berbahasa, yang mana keterampilan ini sanggup beliau kembangkan dan kuasai sesuai dengan motivasinya dalam mempelajari bahasa keduanya.
Rajiman membagi keempat keterampilan tersebut di atas kepada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan 1986 :1). Keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak sanggup dipisahkan satu sama lainnya.
Bahasa aneh sanggup dengan praktis dipelajari jika dibandingkan dengan mempelajari bahasa dari suatu daerah. melaluiataubersamaini maksud, para pembelajar sanggup mempergunakan empat keterampilan berbahasa dilingkungan penuturnya. Oleh lantaran itu, empat keterampilan berbahasa ini sanggup dipelajari dan dipergunakan.
Menyimak dalam proses berbahasa ialah keterampilan pemula yang harus dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan ini mempunyai keterkaitan yang sangat dekat dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Hal ini dipertegas oleh Dawson sebagaimana yang di kutip oleh Tarigan bahwa melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir”. (Tarigan, 1986:1)
Bahasa Arab ialah salah satu bahasa aneh yang lambat laun mulai dipelajari oleh para pembelajar di dunia. Di Indonesia pun bahasa ini mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa lebih banyak didominasi masyarakatnya beragama Islam, yang mana mereka mempunyai kitab Al-Qur’an yang diturunkan dengan bahasa Arab.
Salah satu perbedaan bahasa Arab dengan bahasa lainnya yaitu bahwa bahasa ini mempunyai banyak kata-kata ambigu, dan tidak jarang satu kata mempunyai dua atau tiga arti yang berlawanan. Tapi, dalam dikala yang sama seseorang sanggup menemukan kata yang tidak mengandung kecuali satu makna yang niscaya saja. (Shihab, 2001: 98)
Bagi pembelajar Indonesia, menyimak bukanlah suatu hal yang sanggup di anggap gampang. Hal ini dikarenakan dalam setiap harinya peluang untuk menyimak bahasa Arab sangatlah sedikit. Dan bagi pembelajar bahasa Arab, persoalan yang dihadapi pada dikala mempelajari Istima’ biasanya yaitu suara, kosakata, struktur kalimat dan sebagainya.
Selain kesusahan dalam hal berbahasa, banyak kesusahan lain yang muncul dalam mempelajari Istima’. Kesusahan ini sanggup berupa permasalahan yang berasal dari diri pribadinya (instrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik), kesusahan lainnya pun sanggup disebabkan dari hal-hal yang menghambat pada Proses Belajar Mengajar (PBM), ibarat kurangnya akomodasi pendukung kelancaran PBM, terlampau banyaknya jumlah mahasiswa dalam satu kelas, kurangnya motivasi, absensi dosen dan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian seputar kesusahan mempelajari bahasa Arab. Penelitian ini berangkat dari pengalaman penulis yang kerap kali mendapat kesusahan dalam mempelajari bahasa Arab dalam mata kuliah Istima’. melaluiataubersamaini alasan inilah, maka peneliti memdiberi judul penelitian: Analisis Kesusahan Belajar Bahasa Arab Pada Mata Kuliah Istima’ I (Studi Analisis Deskriptif Terhadap Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005
Tag :
Pendidikan Agama Islam
0 Komentar untuk "Analisis Kesulitan Berguru Bahasa Arab Pada Mata Kuliah Istima’ I (Studi Analisis Deskriptif Pada Mahasiswa Tingkat I Agenda Pendidikan (Pai-03)"