loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Dalam Islam, insan dituntut bukan untuk diberiman saja. Rukun-rukun iman tidak untuk dijadikan semboyan dan slogan saja. Akan tetapi. Islam menuntut semoga iman itu dibuktikan dalam perbuatan nyata. Sedang pembuktian dan realisasai dari pada iman itu ialah mengerjakan tiruana petunjuk dan perintah Allah dan rosulnya berdasar atas kemampuan terbaik, serta menjauhi segala larangannya tanpa ditawar-tawar.[1]
Salah satu pokok-pokok ibadah yang diwajibkan ialah sholat lima waktu. Ibadah sholat mengandung nilai-nilai yang agung membawa imbas baik kepada yang mengerjakannya maupun kepada orang lain. Sholat ialah manifestasi rohaniah, pengagungan terhadap zat yang maha kuasa, pelepasan kerinduan jiwa kepada pencipta alam semesta, pernyataan kerendahan dan kelemahan di hadapan zat yang maha perkasa, sehingga menghancurkan setiap kesombongan hati. Maka insan yang melaksanakan ibadah akan melahirkan insan yang punya “sibghah” (ciri-ciri yang karakteristik muslim), yang hidup dalam satu kesatuan masyarakat akan membentuk masyarakat yang mempunyai sibghah Islamiyah.
Kedisiplinan yaitu suatu peraturan yang sedikit, tetapi terang atau tegas dimana isi dan rumusan peraturan dipikirkan secara mantap dan matang dibina dan dikembangkan secara lebih aktual semoga supaya apa yang diinginkan itu sanggup terwujud dengan baik, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam menimbulkan kedisiplinan ialah kepingan dari kiprah orang renta di rumah. Disiplin sanggup melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan. Waktu silam dalam kehampaan. Budaya jam karet yaitu musuh besar bagi mereka yang mengagumkan disiplin dalam belajar. Mereka benci menunda-nunda waktu belajar, setiap jam bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu di mana dan kapanpun juga.
Orang-orang berhasil dalam mencar ilmu dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas tiruana tindakan perbuatan. Aspek pendidikan ini kususnya pendidikan solat disebutkan dalam firman alloh dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 17
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa engkau. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”.[2]
Ayat tersebut pertanda pendidikan solat tidak terbatas tentang kaifiyah di mana menjalankan sholat bersifat fidiyah melainkan termasuk menanamkan nilai-niali di balik sholat. melaluiataubersamaini denikian mereka harus bisa tampil aktivis amar ma’ruf nahi munkar serta jiwanya teruji sebagai orang yang sabar.[3]
Ditinjau dari segi disiplin, sholat ialah pendidikan positif menjadikan insan dan masyarakatnya hidup teratur. melaluiataubersamaini kewajiban sholat sebanyak lima kali dalam 24 jam, seorang muslim tentu seorang yang selalu memperhatikan perjalanan masa dan selalu sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran tentang waktu akan membawa hidup yang teratur dan hidup penuh manfaat. Waktu yaitu pedang, kalau engkau tidak menggunakannya memotong, maka engkau yang akan dipotongnya, demikian sya’ir Arab.
Nampaknya keterbelakangan masyarakat kita yaitu akhir belum lagi mempunyai kesadaran waktu. Waktu terlalu dihambur-hamburkan tanpa disadari, tidak ada suatu pertemuan yang dibuka sempurna pada waktunya berdasarkan undangan, lebih banyak waktu dipakai untuk santai, mengobrol dan menganggur daripada waktu yang dipakai untuk bekerja dan beramal.
Sedangkan realitas dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan, bahwa tidak setiap orang renta bisa mendapat kiat dan taktik pendisiplinan sholat fardhu terhadap anak yang sesuai dengan kondisi perkembangan anak dan perubahan zaman. Wajar bila kemudian dalam pendisiplinan shalat fardhu itu orang renta menemui kendala dan merasa kurang direspon oleh anak, bahkan mungkin terlihat disepelekan lagi dianggap kolot lagi kuno. Padahal masa belum dewasa ialah peluang paling sempurna mendidikkan aneka macam sikap keagamaan, termasuk pendisiplinan sholat fardu, lebih-lebih apabila diterapkan kiat dan taktik yang jitu.[4] Keadaan ini tampak unik lagi menarikdanunik apabila diteliti lebih lanjut.
Adapun dalam hal ini, guru berperan sebagai pendidik maupun sebagai Pembina dan pembentuk sikap keagamaan anak didik yang sanggup terwujud dalam bentuk acara sepeti halnya tes-tes keagamaan. Oleh lantaran itu, di dalam forum pendidikan guru ialah orang renta siswa. Kaprikornus pendisiplinan sholat fardhu meupakan kepingan yang sangat penting sehingga dengan demikian apabila pendisiplinan dilakukan dengan baik maka akan tercapai tujuan yang dibutuhkan sebagaimana tujuan pendidikan islam bahwa “ tujuan umum pendidikan yaitu membimbing anak semoga mereka menjadi muslim sejati diberiman teguh, bersedekah soleh dan berahlak mulia serta berkhasiat bagi masyarakat, agama dan Negara.”[5]
Banyak upaya yang dilakukan guru dalam aplikasinya yaitu untuk melaksanakan pendisiplinan sholat fardu kepada siswanya, upaya yang dilakukan seorang guru yaitu dengan melaksanakan upaya atau tindakan yang bersifat atau bertujuan untuk mendisiplinkan sholat fardhu, namun pada kenyataannya masih tetap saja banyak keluhan pada setiap forum pendidikan berkaitan dengan duduk kasus pendisiplinan siswa, begitu pula dengan MI Hidayatuth Tholibin Karangtalun Kalidawir. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di forum sekolah yaitu di MI Hidayatuth Tholibin Karangtalun Kalidawir.
Sedangkan alasan peneliti menentukan lokasi tersebut lantaran dianggap perlu untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam pendisiplinan sholat fardhu pada siswa. Siswa dalam forum pendidikan tersebut rata-rata dari kalangan ekonomi menengah kebawah jadi orang renta siswa kebanyakan sibuk dengan pekerjaannya bahkan ada yang jadi TKI ke luar negri sehingga anak dititipkan pada neneknya sehingga pendisiplinan itu dirasa kurang. Dan lokasi penelitian ini berada pada tempat yang strategis yang letak dan posisinya di daerah pertanian dan perdagangan sehingga mendorong adanya saluran perubahan dan konteks transformasi zaman globalisasi sehingga pengaruh-pengaruh dari luar cepat masuk. Oleh lantaran itu guru mempunyai kiprah penting dalam pendisiplinan siswa.[6]
Berangkat dari uraian tersebut serta melihat kenyataan yang demikian itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema.” Upaya Guru Kelas Dalam Pendisiplinan Sholat Fardhu Pada Anak Di MI Hidayatuth Tholibin Karangtalun 01 Kalidawir” melaluiataubersamaini hasil penelitian ini dibutuhkan akan sanggup mempersembahkan konstribusi pedoman kepada pihak yang memerlukan.
0 Komentar untuk "Upaya Guru Kelas Dalam Pendisiplinan Sholat Fardhu Pada Anak Di Mi Hidayatuth Tholibin Karangtalun 01 Kalidawir (Pai-23)"