Analisis Efek Sbi, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Masa 1999-2004 (Ep-08)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kesejahteraan dan tingkat cita-cita hidup akan membuat seseorang berpikir terkena masa depan dan akan membawa dampak terhadap perlunya penempatan dana yang umumnya disisihkan dari pendapatan, tetapi dalam sesuatu yang diperlukan akan meningkat nilainya di masa hadir. Kegiatan menempatkan dana (asset) pada sesuatu (aktiva/aset keuangan) yang diperlukan akan meningkat nilainya di masa menhadir disebut sebagai acara investasi .

Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melaksanakan investasi, yaitu adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan dikala ini, adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan alasannya yaitu adanya inflasi. Oleh alasannya yaitu itu, orang berusaha untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di masa produktif dan menyimpannya untuk masa depan yang umumnya sudah kurang produktif.
Investasi mempunyai arti yang sangat luas dan umum alasannya yaitu bekerjasama dengan nilai dari aset baik berupa uang maupun benda. Sekolah semenjak Taman Kanak-kanak hingga lulus sarjana yaitu sebuah investasi bagi diri pribadi. Jika kita dikala ini sanggup membaca, menulis, berpikir, mempunyai keahlian, dan mempunyai pekerjaan, ini tiruana ialah hasil investasi yang kita lakukan tersebut. Selanjutnya, pengertian investasi dalam goresan pena ini akan mengulas dalam cakupan investasi keuangan (financial investment). Investasi keuangan ini dilakukan di pasar keuangan (financial market) yang pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang (money market) ialah pasar untuk surat berharga jangka pendek ibarat Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan commercial paper sedangkan dalam pasar modal (capital market) ialah pasar untuk surat berharga jangka panjang dimana instrumen yang diperjualbelikan ibarat saham dan obligasi.
Secara perlahan namun pasti, pasar modal Indonesia bagi dunia usaha, mempersembahkan alternatif pembiayaan yang menarikdanunik melalui kemungkinan-kemungkinan menggalang dana dimana perusahaan-perusahaan menjadi institutionalized, atau melembaga secara ekonomi dan sosial (sosial alasannya yaitu perusahaan yang go public disebut public company) dalam sistem ekonomi sementara dari sudut perusahaan, pasar modal membuat perusahaan itu mempunyai public accountability yang mengakibatkan ia lebih “transparan” (lebih terperinci terbaca acara maupun hasil-hasilnya secara finansial) dan terbuka bagi Koreksi masyarakat secara meluas. Di sisi lain, bagi para pemilik dana, pasar modal mempersembahkan banyak sekali pilihan investasi. Jumlah dan bentuk pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi resikonya hingga pada pilihan-pilihan beresiko rendah. Alternatif yang tiruanla terbatas pada saham dan obligasi, sekarang menjadi semakin bermacam-macam dengan adanya portofolio, yang ialah cikal bakal terbentuknya reksa dana.
Gambar 1.1
Proses Pembentukan Portofolio Melalui Reksa Dana

Sumber: Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio;
Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, Hal. 21

Lahirnya reksa dana ialah suatu pemecahan gres terhadap wahana investasi dimana seorang pemodal sanggup mengimplementasikan prinsip diversifikasi, “don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai modal yang relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk menentukan dan mengawasinya terus-menerus untuk memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Per definisi, Reksa Dana (mutual fund) yaitu institusi jasa keuangan yang mendapatkan uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas.

Reksa Dana sendiri sebagai produk yaitu cukup sederhana dan menarikdanunik. Sederhana alasannya yaitu produk ialah dalam bentuk akta yang terdiri dari banyak sekali instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik terkena kondisi perusahaan-perusahaan akan mengakibatkan akta reksa dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus menentukan spesialuntuk saham-saham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa imbas yang berkepantidakboleh mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa dana sebagai “resep” untuk membuat bursa menjadi bullish kembali.

Fenomena maraknya produk reksa dana ini tidak sanggup ditutup-tutupi dan yang paling menonjol dari perkembangan industri reksa dana yaitu semakin banyaknya jumlah produk reksa dana. Jadi, bukan mustahil krisis perbankan justru bukan tragedi bagi industri reksa dana malah sebaliknya ialah blessing in disguise. Data memperlihatkan semenjak 1996 hingga 2004 produk reksa dana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 10 reksa dana gres yang akan semakin mempersembahkan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal.

Jenis reksa dana itu sendiri cukup banyak, ibarat reksa dana pendapatan tetap yang 80 persen portofolio investasinya pada imbas yang berbentuk surat utang ibarat obligasi, reksa dana pasar uang yang portofolio investasinya pada jenis instrumen pasar uang ibarat SBI, reksa dana saham yang portofolio investasinya terdiri dari saham dan reksa dana adonan yang instrumen investasinya sanggup berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan instrumen lainnya.

Per 22 Maret 2005 posisi Nilai Aktiva Bersih reksa dana semakin memperlihatkan peningkatan, meski pada pertama tahun 2005 industri reksa dana di Indonesia di tandai dua kejadian penting. Pertama terjadinya kasus manipulasi Reksa Dana Prudence oleh Bank Global yang sedikit banyak kuat terhadap kepercayaan masyarakat terutama menyangkut fungsi perbankan sebagai channel of distribution produk reksa dana di Indonesia, yang lainnya menyangkut pemberlakuan metode evaluasi portofolio dengan memakai metode marked to market.

Semangat investasi pada reksa dana yaitu market-based return yang berarti prosedur pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate of return yang akan diperoleh oleh seorang investor. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksa dana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksa dana ini didukung oleh faktor makroekonomi ibarat pertumbuhan GDP, kondisi moneter, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah dan laju inflasi. Akan tetapi, faktor makroekonomi jugalah yang membuat kinerja reksa dana terpuruk.

Sepanjang 1996 hingga 2004 tingkat pengembalian rata-rata reksa dana spesialuntuk kalah oleh produk investasi saham (indeks pasar). Memang perlu disadari bahwa investasi pada saham jauh lebih rumit dan ada banyak faktor yang perlu dimiliki dan dilakukan oleh investor saham diantaranya membutuhkan dana yang relatif besar, informasi, analisis, monitoring, serta pengambilan keputusan. Dana yang relatif besar untuk membeli saham di bursa saham dibutuhkan, alasannya yaitu investor harus terlebih lampau menjadi nasabah salah satu perusahaan broker saham yang umumnya meminta investor menyetor dana minimum Rp. 25.000.000,- dari transaksi investasi yang akan dilakukan. Di samping itu, dana yang relatif besar juga dibutuhkan untuk melaksanakan diversifikasi dengan membeli beberapa jenis saham untuk menghindari resiko kerugian total, contohnya “kalau menentukan saham dalam sebuah industri, ambillah dua saham tetapi bukan sembarang dua, ambillah yang terbaik dan terburuk” . Adanya hambatan dari faktor-faktor tersebut, reksa dana saham muncul menjadi pilihan sempurna alasannya yaitu umumnya pemodal mengalami kesusahan untuk melaksanakan investasi sendiri pada instrumen saham tersebut. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan, dalam jangka panjang, investasi pada reksa dana saham sanggup mempersembahkan hasil yang lebih baik.

Sebelum terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, perusahaan lebih banyak mengandalkan santunan bank untuk membiayai investasi mereka. Hal ini terlihat dari porsi santunan terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dalam struktur keuangannya banyak yang lebih besar dari satu, sementara dikala ini banyak bank-bank yang melaksanakan reposisi seni administrasi perluasan kredit mereka dari corporate lending menjadi retail lending yang mengakibatkan pasokan corporate loan menjadi terbatas. Namun, dengan adanya sumber dana dari masyarakat investor melalui reksa dana saham, emiten perusahaan akan lebih praktis menjual sahamnya, atau menerbitkan saham gres (right issue) untuk membiayai acara investasinya tanpa mengandalkan pihak perbankan. Di lain sisi, investor pun mendapatkan peluang untuk memperoleh laba dari acara perusahaan tersebut. Di sini terlihat bahwa melalui reksa dana saham terjadi simbiose mutualisme antara investor dengan perusahaan.

Reksa Dana saham tidak spesialuntuk mempersembahkan manfaat secara eksklusif kepada emiten maupun investor tetapi juga secara tidak eksklusif akan mempersembahkan manfaat bagi industri pasar modal dan bagi pertumbuhan ekonomi alasannya yaitu turut menjadi salah satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai intermediary (perantara) yang menyediakan sumber dana bagi acara investasi. Keberhasilan penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada kesannya akan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penerapan sumber dana dalam negeri. Hal ini akan sanggup memperbaiki struktur pembiayaan nasional yang selama ini sangat tergantung pada santunan luar negeri.

Berdasarkan ilustrasi di atas dan dengan memperhatikan keadaan ekonomi yang terus berkembang, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terkena:
“ANALISIS PENGARUH SBI, JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA
SAHAM DI INDONESIA PERIODE 1999.07-2004.11”

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengamati dan menyebarkan lebih lanjut terkena variabel-variabel makroekonomi Indonesia dalam kaitannya dengan kinerja reksa dana saham. Adapun hal-hal yang ingin diketahui adalah:
1. Seberapa besar efek variabel SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia selama periode Juli 1999-November 2004?
2. Variabel apa yang paling besar menghipnotis kinerja reksa dana saham di Indonesia selama periode Juli 1999-November 2004?






0 Komentar untuk "Analisis Efek Sbi, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Masa 1999-2004 (Ep-08)"

Back To Top