Strategi Pengembangan Agribisnis Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan …(Prt-41)

loading...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Perkembangan dunia yang mengarah kepada proses globalisasi cukup umur ini  mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha  yang tinggi, sehingga orientasi pembangunan nasional sektor pertanian  harus diubah dari orientasi produksi kearah orientasi pendapatan petani. Untuk itu pendekatan pembangunan pertanian sudah diubah dari pendekatan usahatani kearah agribisnis.
melaluiataubersamaini demikian sanggup diartikan bahwa unit agribisnis bukan ialah suatu unit kepemilikan, akan tetapi ialah unit satu kesatuan sistem  yang tersusun atas beberapa komponen yang ialah jaenteng terpadu  untuk meraih nilai tambah ekonomi.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, agribisnis bukan ialah sistem yang gres tumbuh, akan tetapi sudah tumbuh semenjak doloe. Pemerintah Belanda  sebagai penhadir juga memperkenalkan pola agribisnis  di Indonesia. Pola yang dikembangkan pemerintah kolonial adalah  agribisnis penghasil barang ekspor yang ditata berdasarkan pola perkebunan  besar. Pemerintah kolonial juga memperkenalkan agribisnis yang berwatak industri pertanian  dimana aspek investasi untuk meraih nilai tambah  tampil sebagai nilai dasar  dari pengembangan usaha.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman sumber daya alamnya, termasuk sebagai salah satu negara yang kaya akan jenis ternak, namun pada kenyataannya sektor peternakan belum dikembangkan secara terbaik walaupun bergotong-royong pengembangan agribisnis peternakan  mempunyai peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan undangan baik  dalam negeri maupun luar negeri.

Kambing PE (Peranakan Etawa) selain dikenal sebagai kambing bertipe besar kambing PE juga dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial, kambing PE bisa menghasilkan susu sebanyak 0,45-2,2 liter perhari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari.
Di Indonesia, hampir 90% pemeliharaan kambing bertujuam menghasilkan daging, tentunya kenyataan ini sangat ironis dengan fakta bahwa dinegeri ini populasi ternak kambing PE termasuk terbesar di dunia, dan menyerupai diketahui bahwa kambing PE ialah penghasil susu  yang sangat potensial. Di luar negeri , menyerupai di India, kambing etawa juga dipelihara sebagai penghasil susu yang sangat produktif, rata-rata produksinya ialah 235Kg per masa laktasi (261hari). Produksi susu kambing mempersembahkan pemberian sebesar 35% terhadap produksi susu  di dunia.
FAO (1996) memperkirakan bahwa undangan atau impor  daging kambing dunia akan meningkat rata-rata  sekitar 2% pertahunnya,  sehingga pada tahun 2000 jumlah kebutuhan sudah mencapai tidak kurang dari 10,9 juta ton. Sedangkan jumlah yang diperdagangkan mencapai kurang lebih 1,4 juta ton. Dari seluruh jumlah impor dunia, Australia, New Zealand, dan negara-negara maju lainya  diperkirakan akan memasok  1,1 juta ton. Dan sisanya diposok oleh negara-negara  berkembang  yang juga akan mengalami peningkatan produksi.
Negara-negara berkembang yang selama ini mengalami kemajuan pesat  dalam perkembangan produksi ternak kambing ialah ; Cina, Bangladesh, Pakistan, Maroko, Aljazair dan Nigeria. Sedangkan negara yang berpotensi melaksanakan impor tinggi ialah ; Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Jauh (kawasan Asia Pasifik dan Oceania). Hal ini disebabkan lantaran wilayah tersebut ialah daerah yang pertumbuhan ekonominya tergolong tinggi.(Ditjen Peternakan:1999)
Sedangkan di Indonesia produksi daging kambing rata-rata menurun 2,93% pertahun dalam periode 1993-1997. Penurunan produksi terjadi hampir diseluruh Propinsi kecuali di Jawa Barat, Jawa Timur, DI Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur.  Sedangkan produsen utama daging  kambing di Indonesia ialah Jawa Timur dengan rata-rata pemberian 34,07% pertahun, kemudian diikuti Jawa Tengah 14,17% pertahun dan Jawa Barat 11,46% pertahun. Propinsi lainya rata-rata spesialuntuk bisa menyumbang dibawah 5 % pertahun.
Terkait dengan beberapa duduk perkara diatas, sudah saatnya  kita melaksanakan sesuatu  yang bisa mempersembahkan  pemberian aktual bagi pembangunan sub-sektor  peternakan dan eksklusif menyentuh masyarakat kecil dengan kemampuan modal yang terbatas, perjuangan ternak kambing PE rasanya sangat relevan dengan tujuan diatas lantaran mempunyai beberapa karakteristik pendukung  seperti, modal pertama yang diharapkan relatif kecil dibandingkan dengan ternak besar, metode pemeliharaan relatif gampang, sederhana dan tidak membutuhkan tempat yang luas, perkembangbiakan relatif lebih cepat  dibandingkan dengan ternak besar.
Sehubungan dengan hal tersebut, sub-sektor peternakan dirasa perlu menerima perhatian ekstra.  Selama ini, perhatian pemerintah lebih banyak diarahkan kepada aktivitas peningkatan produksi hasil peternakan yang melibatkan modal besar dan sarat subsidi. Hasilnya sub-sektor ini dalam program-program tertentu bisa tumbuh pesat dengan tuntidakboleh subsidi penuh dari pemerintah, tetapi aktivitas lain lebih banyak berjalan ditempat, kalau tidak bisa dikatakan merosot tajam. Sebagai contoh, perjuangan peternakan ayam ras, semenjak dimulai pengenalan kepada masyarakat mulai dekade 1950-an, sudah tumbuh pesat dan menggurita. Beberapa perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat fantastis dan sekarang bisa menguasai 90% pasar ayam ras dari hulu ke hilir. Namun, pertumbuhan  ini sekarang masih banyak belum sempurnanyanya. Tidak sedikit muncul hal yang kontradiktif. Sampai ketika ini kita belum bisa menghasilkan GPS (grand parent stock) sendiri. 
melaluiataubersamaini hal tersebut diatas maka seni administrasi pengembangannya harus dirumuskan secara cermat dan tepat sehingga tujuan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan peternak sanggup dicapai.
Berdasarkan uraian  diatas di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang mempunyai potensi Kambing PE dalam jumlah yang cukup besar, perlu adanya seni administrasi pengembangan yang di analisis secara obyektif(kekuatan dan kelemahan) dan apakah mempunyai imbas terhadap perubahan  deregulasi serta langkah-langkah kecerdikan operasional pemerintah (Peluang dan ancaman) dalam rangka peningkatan nilai ekonominya.


Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "Strategi Pengembangan Agribisnis Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan …(Prt-41)"

Back To Top