Upaya Meningkatkan Hasil Berguru Matematika Bahan Himpunan Melalui Metode Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Siswa Kelas Vii-A Smp Islam Gandusari (Pmt-56)

loading...


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita remaja ini. Berbagai analisis mengatakan bahwa pendidikan nasional remaja ini sedang dihadapkan pada banyak sekali krisis yang perlu menerima penanganan secepatnya, diantaranya berkaitan dengan persoalan relevansi atau kesesuaian diantara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Untuk mewujudkan hal tersebut, kiprah guru sangat dibutuhkan dalam pembangunan sektor pendidikan. Guru yaitu jantungnya pendidikan, tanpa kiprah aktif guru, kebijakan perubahan pendidikan secanggih apapun akan sia-sia. Oleh alasannya itu biar semakin terbaik, para guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mendesain programnya, menentukan strategi, mempunyai ketrampilan menentukan dan memakai model mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Penggunaan metode yang sempurna akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Disamping pentingnya peranan guru, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan tiruana pihak memperoleh isu yang melimpah, cepat dan praktis dari banyak sekali sumber dan daerah di dunia, termasuk di dalamnya ilmu matematika. melaluiataubersamaini demikian siswa perlu mempunyai kemampuan memperoleh, menentukan dan mengelola isu untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak niscaya dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif serta kemampuan bekerja sama yang efektif dan efisien. Teknik berpikir ibarat ini sanggup dikembangkan melalui berguru matematika, alasannya matematika mempunyai struktur dan keterkaitan yang besar lengan berkuasa serta terang antara konsep satu dengan konsep yang lainya, sehingga memungkinkan kita terampil berfikir rasional.

Belajar matematika adalah acara yang abstrak, sehingga menuntut guru harus teliti dalam memakai metode pembelajaran maupun pendekatan dalam pembelajaran matematika, yang mana dalam hal ini akan menjadikan dampak yang sangat mendalam dalam acara pembelajaran tersebut. Karena itu, acara berguru dan mengajar matematika seyogjanya juga tidak disamakan dengan ilmu yang lain, alasannya penerima didik dalam berguru matematika itu pun tidak sama-beda kemampuanya dalam hal berpikir, diberimaginasi, merepresentasikan jawabanan, minat belajar, mengekspresikan pendapat. Maka acara berguru dan mengajar matematika haruslah diatur sekaligus memperhatikan objek yang berguru dan hakekat matematika itu sendiri. Berdasarkan paparan diatas, secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep aneh yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
Matematika ialah mata pelajaran yang dianggap sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipelajari. Apalagi dengan penerima didik yang kerja otak kanan lebih lebih banyak didominasi dalam aktifitas kesehariannya. Dugaan lain yang bisa mengakibatkan hal ibarat itu yaitu proses pelaksanaan berguru mengajar matematika di sekolah yang kebanyakan masih memakai pendekatan konvensional. Banyaknya persoalan dalam pendidikan matematika disekolah ibarat itu, menjadikan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika disekolah. Sementara, persoalan umum dalam matematika yaitu rendahnya daya saing diajang international, rendahnya rata-rata NEM Nasional, serta rendahnya minat berguru matematika karena matematika terasa susah alasannya banyak guru matematika yang mengarjakan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarikdanunik dimana guru pertanda anakdidik mencatat kemudian mengerjakan soal-soal. melaluiataubersamaini demikian pembelajaran matematika menjadi tidak bermakna dan spesialuntuk sebatas kepercayaan kepada siswa yang harus dihafal, dan seharusnya dipakai untuk mengerjakan soal.
Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yaitu untuk mempersiapkan siswa biar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang melalui tes bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Untuk itu diharapkan biar pelajaran matematika yang didiberikan di tiruana jenjang pendidikan sanggup mempersembahkan bantuan yang berarti bagi bangsa dimasa depan. Namun sampai ketika ini matematika dan pembelajarannya selalu menerima keluhan dan Koreksi dari banyak sekali pihak, baik siswa, orang tua, masyarakat, pengamat pendidikan bahkan dari guru matematika, tentang rendahnya kemampuan siswa dalam aplikasi matemátika khususnya penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini serupa dengan persoalan yang dihadapi siswa kelas VIIA Sekolah Menengah Pertama Islam Gandusari, persoalan yang muncul yaitu :
1)   Siswa terkadang belum paham dan merasa kesusahan dalam mengerjakan soal, dikarenakan sebagian besar siswa tidak memahami materi melainkan menghafal langkah-langkah penyelesaian soal. Sehingga jikalau didiberi soal yang sedikit tidak sama dengan pola soal siswa sering merasa kebingungan.
2)   Perhatian dan motivasi siswa ketika belajar matematika kurang. Bahkan beberapa siswa lebih senang bermain dibanding belajar. Hal ini dipicu alasannya metode pembelajaran yang diterapkan kurang menarikdanunik.
3)   Ada kalanya dalam melakukan pembelajaran matematika, guru membentuk beberapa kelompok. Namun, tidak berjalan terbaik alasannya kebanyakan siswa menghabiskan waktunya untuk bermain dengan anggota kelompok.
4)   Tingkat pencapaian hasil berguru siswa pada materi himpunan  menurut guru matematika kurang terbaik. INI yang mengakibatkan peneliti menjadikan materi himpunan sebagai materi penelitian. Karena dianggap susah serta model pembelajaran yang kurang menarikdanunik sehingga perlu pembelajaran yang inovatif  dan sangat bahagia.
Berdasarkan masalah-masalah diatas, menyababkan matematika sering dihubungkan dengan kebosanan, keengganan dan ketakutan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan tenaga pendidik yang kreatif dan profesional yang bisa mempergunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam memakai metode, alat pengajaran dan sanggup membawa perubahan dalam tingkah laris anak didiknya[1]. Apabila seorang pendidik bisa meningkatkan minat siswa dalam berguru matematika, maka kesusahan-kesusahan yang ada pada diri siswa, ibarat halnya pada siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Gandusari tersebut akan praktis diatasi.
Oleh alasannya itu, dibutuhkan sebuah seni administrasi berguru gres yang bisa dirancang dan dipakai untuk pembelajaran terprogram. Disini berdasarkan peneliti pembelajaran yang kreatif dan sangat senang yaitu model berguru kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Karena model ini mengkombinasikan antara berguru kelompok dengan individu. Menurut Artz dan Newman dalam Nur Asma, kooperatif yaitu “suatu pendekatan yang mencangkup kelompok kecil dari penerima didik yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menuntaskan suatu tugas, atau menuntaskan suatu tujuan bersama“. Kemudian pembelajaran TAI yaitu pembelajaran yang mengombinasikan kooperatif dengan individu. Di dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 siswa (sesuai dengan ciri dari kooperatif) yang heterogen untuk menuntaskan kiprah kelompok yang sudah disiapkan oleh guru. Pada model ini setiap siswa bekerja sesuai dengan unit-unit yang diprogramkan secara individu yang dipilih sesuai dengan level kemampuannya. Kegiatan pembelajaran dengan model TAI tidak sama dengan acara pembelajaran pada model-model lain, TAI terikat pada serangkaian materi pelajaran yang khas dan mempunyai petunjuk pelaksaan tersendiri.


[1] Lisnawaty Simanjuntak, Metode MengajarMatematika, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal.35
0 Komentar untuk "Upaya Meningkatkan Hasil Berguru Matematika Bahan Himpunan Melalui Metode Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Siswa Kelas Vii-A Smp Islam Gandusari (Pmt-56)"

Back To Top