loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman yang serba canggih dan modern ibarat kini ini, saat komputer merajai seluruh sendi kehidupan, seluruh insan dituntut untuk bisa kreatif. Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan memegang peranan yang vital. Pendidikan harus bekerja keras dan berupaya untuk membuat generasi-generasi yang handal dan kreatif.
Menyikapi kenyataan yang terjadi diatas sekaligus ialah tantangan bagi dunia pendidikan, maka paradigma pendidikan juga harus diubah. Dari tiruanla spesialuntuk “banyak mengajari” menjadi “banyak mendorong anak untuk belajar”, dari yang tiruanla disekolah spesialuntuk diorentasikan untuk menuntaskan soal menjadi berorentasi menyebarkan contoh pikir kreatif. Oleh alasannya yaitu itu seorang pendidik harus sanggup membuat suasana berguru yang nyaman serta bisa memahami sifat penerima didik yang tidak sama dengan anak yang lain[1].
Dalam tiruana jenjang pendidikan, pelajaran matematika mempunyai porsi terbanyak dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Tetapi kenyataannya selama ini, siswa menganggap matematika sebagei monster yang menakutkan. Matematika sebagai biang kesusahan dan paling dibenci siswa dari proses berguru di sekolah. Padahal ketidak senangan terhadap suatu pelajaran kuat terhadap keberhasilan pembelajaran.
Untuk mengatasi ketidak senangan siswa terhadap matematika dibutuhkan adanya pembenahan baik di tenaga pendidikan maupun penerima didik itu sendiri.
Apabila pendidik bisa meningkatkan minat berguru siswa terhadap matematika, diharapkan kesusahan bisa diatasi. Untuk itu sangat dibutuhkan seorang tenaga pendidik yang kreatif dan profesional yang bisa memakai pengetahuan dan kecakapannya dalam memakai model pembelajaran, alat pengajaran dan sanggup membawa perubahan dalam tingkah laris anak didiknya [2]. Dari yang tiruanla benci menjadi akung dan kemudian berminat untuk belajar, alasannya yaitu intinya hasil dari berguru terletak pada perubahan tingkah laris secara menyeluruh [3].
Pada umumnya proses pelaksanaan berguru mengajar matematika di sekolah spesialuntuk mentransfer apa yang dipunyai guru kepada siswa dalam wujud pelimpahan fakta matematika dan mekanisme penghitungan. Bahkan sering terjadi, dalam menanamkan konsep-konsep itu ialah hukum yang harus di hafal, tidak perlu tahu dari mana asal-usul rumus tersebut [4].
Matematika mempunyai peranan yang esensial untuk ilmu lain yang utama yaitu ilmu sains dan teknologi [5]. Dari pernyataan itu dijelaskan bahwa matematika ialah salah satu ilmu yang mendukung kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlihat matematika bukanlah ilmu yang spesialuntuk untuk keperluan sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaa besar untuk ilmu-ilmu lain. melaluiataubersamaini menolongan matematika tiruana ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna, disamping itu matematika sudah memdiberi kerindangan pada akar ilmu pengetahuan yang diantaranya ilmu pengetahuan tersebut yaitu bidang studi matematika.
Seperti yang dikemukakan Herman Hudoyo dalam bukunya Strategi Mengenai Belajar Matematika. “Mempelajari konsep B yang mendasarkan konsep A, seorang perlu memahami doloe konsep A tanpa memahami konsep A, mustahil orang itu memahami konsep B” [6].
Hal ini berarti untuk mempelajari matematika harus sedikit demi sedikit dan berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman berguru yang lampau. Pengalaman berguru yang lampau memegang peranan yang sangat penting untuk memahami konsep-konsep baru. Jelas bahwa pengalaman berguru di Sekolah Menengah Pertama misal, akan menghipnotis terhadap kemampuan penguasaan materi pelajaran matematika di SMA.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan kreativitas siswa dibutuhkan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan model pembelajaran matematika. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran yaitu suatu contoh (kerangka) konseptual yang melukiskan mekanisme sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran (atau pengajar) dalam merencanakan acara pembelajaran. Arrends (1997:7) menyatakan “ Model pembelajaran mengacu pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang memuat tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Terdapat empat ciri khusus model pembelajaran, yaitu: 1) Diciptakan menurut teoritik yang logis dan rasional oleh penciptanya (pengembangnya), 2) landasan pemikiran tentang citra siswa berguru (tujuan), 3) prilaku pengajar yang dibutuhkan sehingga model tersebut sanggup dilaksanakan, dan 4) lingkungan berguru yang dibutuhkan semoga tujuan pembelajaran tercapai. (Kardi dan Nur, 2000:9)[7].
Nieven (1999) mencirikan suatu model pembelajaran dikatakan baik jika: 1) Sahih, yakni: model dikembangkan menurut rasional teoritik yang kuat dan konsistensi internal; 2) Praktis, yakni: ratifikasi para andal dan praktisi bahwa suatu model pembelajaran sanggup diterapkan yang didukung oleh kenyataan hasil pengembangan model tersebut sanggup diterapkan; 3) Efektif, yakni: ratifikasi para andal dan praktisi tentang keefektifan suatu model dan secara operasional mempersembahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Model pembelajaran Reciprocal Teaching yaitu salah satu dari model pembelajaran kooperatif dalam matematika. “Reciprocal Teaching” sebagai “pembelajaran terbalik” pembelajaran ini pertamanya dirancang untuk mengatasi kesusahan berguru dalam membaca teks.
Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 saat beliau menemukan beberapa anakdidiknya yang mengalami kesusahan dalam memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa sanggup saja membaca sekumpulan aksara yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak segampang melafalkan bacaan tersebut. INI duduk kasus yang melatar belakangi kemunculan metode pembelajaran Reciprocal Teaching.. Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat taktik dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu [8] :
a. Klarifikasi.
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar yaitu hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut.
b. Membuat Prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya lampau untuk digabungkan dengan warta yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian dipakai dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas adonan warta yang sudah dimilikinya.
c. Bertanya
Strategi bertanya ini dipakai untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap materi bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, metode ini ibarat sebuah proses metakognitif.
d. Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk sanggup membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting.
Akhirnya,dengan alasan yang diuraikan di atas,maka penulis melaksanakan penelitian lebih lanjut yang kemudian dituangkan dalm skripsi dengan judul:
“Pengaruh Pembelajaran Matematika melaluiataubersamaini Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa MTs Negeri Karangrejo“.
[1] Lisnawaty Simajuntak, Metode Mengajar Matematika, Jilid 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hal 35.
[2] Lisnawati Simajuntak, Metode Mengajar Matematika, ……….., hal 4.
[3] Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal 5.
[4] Rusdy A Siroj, Teknik Seorang Memperoleh Pengetahuan Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Matematika, (dalam www.matematicse worderes.com, diakses tanggal 4 Oktober 2009), hal 1.
[5] Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), hal 62.
[6] Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, …….., hal 4.
[7] Ahamad Junaidi, Desain Model – Model Pembelajaran Yang Inovatif, (Dalam www.matematicse worderes.com, diakses tanggal 5 Oktober 2009), hal 1.
[8] Marina Tifani, Pengembangan Model Belajar Reciprocal Teaching, (dalam www. Matematicse worderes.com, diakses tanggal 5Oktober 2009), hal 1.
0 Komentar untuk "Pengaruh Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa Kelas Viii Mtsn (Pmt-55)"