Analisis Nilai Tambah Pemasaran Produk Ayam Pedaging Di …(Prt-53)

loading...
BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1     Latar Belakang
Perkembangan ayam pedaging di Indonesia ketika ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging ayam untuk mencukupi kebutuhan daging dari komoditas selain dari produk unggas. Perkembangan yang pesat ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang perlunya peningkatan gizi m,asyarakat semakin sadar dengan demikian konsumsi daging ialah kebutuhan yang rutin.
 Ayam pedaging ialah salah satu komoditas peternakan unggas yang mempunyai nilai hemat tinggi, sehingga banyak diusahakan oleh masyarakat dan banyak t dikembangkan diberbagai tempat di Indonesia terutama di wilayah jawa dan khususnya Jawa Timur.
          Perkembangan ayam potong di Ex Karesidenan Madiun menempati  posisi yang sangat penting dan menerima prioritas utama. Hal ini dikarenakan ayam potong sanggup diperoleh dengan jumlah yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat, sehingga mempersembahkan peluang kerja dan pendapatan serta ialah sumber gizi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Produksi ayam pedaging di Ex Karesidenan Madiun pada tahun 2001 mencapai 19.890 ton. Sedangkan kebutuhan protein hewani dibutuhkan 0,2 kg/kapita/hari. Sedangkan yang sanggup dicukupi dari ayam pedaging gres sebesar 30%.

Hal ini menunjukkan gotong royong ayam pedaging masih mempunyai peluang yang sangat tinggi untuk dikembangkan, namun demikian laba terbesar yang diperoleh bukannya pada peternak, tetapi pada pedagang ayam pedaging/potong di pasar. Hal ini disebabkan lantaran peternak sering mengalami fluktuasi harga pasar yang tajam. Sedangkan para pedagang di pasar jarang mengalami fluktuasi harga yang tajam dikarenakan harga jual daging di pasar masih relatif stabil. Namun di pamasukan harga daging ayam relatif tidak turun.
Oleh lantaran itu alangkah baiknya seandainya ada peternak yang mau mengusahakan prosessing ayam dari mulai pemotongan ayam, pengolahan limbah peternakan ayam potong  hingga dengan karkas yang dikekola sendiri dan bisa dipasarkan sendiri, sehingga tidak mengalami fluktuasi harga yang tajam. Namun hal tersebut terbentur pada banyaknya pedagang ayam potong di pasar, sehingga harus mengupayakan cara yang paling sempurna dalam administrasi pemamasukan sehingga sanggup bersaing dengan pedagang di pasar dan berdampak pada laba bagi peternak dan keluarganya.
Pedagang ayam potong di Ex Karesidenan Madiun berjumlah 127 orang. Di dalam memasarkan ayamnya tiruananya dilakukan dengan cara sederhana/tradisional dan belum diklasifikasi serta dipasarkan pada pagi hari hingga siang hari.
Masalah yang dihadapi yaitu apabila ada konsumen yang membutuhkan ayam pada sore hari atau malam hari jarang atau bahkan tidak ada dengan alasan lantaran produk ayam pedaging praktis busuk, sehingga mereka umumnya tidak mau menjual dengan waktu yang panjang, oleh lantaran itu dibutuhkan sentuhan penanganan khusus, sehingga sanggup memperpanjang proses pembusukan ayam. Sehingga diperoleh ayam/daging yang masih dalam keadaan segar walaupun di malam hari.
Di samping itu kemampuan daya beli konsumen di Ex Karesidenan Madiun masih sangat rendah. Sehingga dibutuhkan suatu sistem pembagian terstruktur mengenai produk. Sehingga sanggup dijangkau oleh tiruana konsumen. Karena dengan adanya pembagian terstruktur mengenai produk, konsumen yang berdaya beli rendahpun akan bisa mengukur kemampuannya untuk membeli produk tersebut.
Proses pembagian terstruktur mengenai pemamasukan ayam pedaging melibatkan pemasok materi baku, teknologi pemotongan, tenaga kerja, modal dan lembaga-lembaga pemamasukan yang mempunyai tugas dan kepentingan yang tidak sama dalam suatu sistem agribisnis ayam potong.
Pada umumnya hambatan yang dihadapi oleh agribisnis antara lain: (1)       Proses pengolahan yang memakai teknologi tertentu, sehingga membutuhkan pelengkap tenaga kerja, modal, dan waktu., (2)     Keterbatasan modal untuk penyediaan materi baku, (3)         Persaingan ketat antar pedagang di pasar. melaluiataubersamaini kondisi demikian itu sedikit sekali forum pemamasukan di Ex Karesidenan Madiun yang bersedia melaksanakan fungsi-fungsi pemamasukan, alasannya yaitu perjuangan ini dipandang mempersembahkan laba kecil.
Pemamasukan produk ayam pedaging akan mempersembahkan nilai tambah baik bagi peternak maupun pengusaha, tetapi lantaran kurangnya ketrampilan yang dimiliki dan keterbatasan permodalan yang ada menyebabkan pedagang kurang menyadari adanya nilai tambah tersebut.
Keterlibatan lembaga-lembaga pemamasukan dan sistem pemamasukan suatu komoditas memerlukan biaya-biaya dan sejumlah laba yang dipakai oleh lembaga-lembaga tersebut. Keseluruhan dari biaya dan laba inilah yang biasa dikenal dengan margin pemamasukan. Yang ialah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Oleh lantaran pemamasukan produk ayam pedaging ialah penggalan dari agribisnis yang mengelompokkan produk-produk ayam pedaging sesuai kelasnya, yaitu dada, paha, akup, kepala, jerohan, kaki dan penggalan lain yang masih mempunyai nilai ekonois, maka perlu diupayakan pengembangan pemotongan dan produk ayam pedaging serta membuat struktur agribisnis yang memadai.


Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "Analisis Nilai Tambah Pemasaran Produk Ayam Pedaging Di …(Prt-53)"

Back To Top