loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar ialah hal yang sangat fundamental yang tidak bisa lepas dari kehidupan tiruana orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya insan yang kreatif, bisa memecahkan persoalan-persoalan yang konkret dalam kehidupan dan bisa menghasilkan teknologi gres yang ialah perbaikan dari sebelumnya.
Untuk sanggup membuat teknologi gres dan semoga tidak bodoh dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mempersiapkan sumber daya insan yang kreatif dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret kehidupan, maka peranan fisika sangat penting bahkan sanggup dikatakan teknologi takkan ada tanpa fisika. Oleh alasannya yaitu itu penguasaan suatu konsep fisika sangat penting dalam mendukung hal tersebut.
Dalam berguru fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak sanggup dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang sudah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibuat oleh siswa secara aktif, bukan spesialuntuk diterima secara pasif dari guru mereka.
Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir sudah mengatakan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis, kiprah seorang guru yaitu menyediakan atau mempersembahkan kegiatan yang sanggup merangsang keingintahuan siswa dan memmenolong mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ilham ilmiah mereka. Makara peranan guru dalam pembelajaran yaitu perantara dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997:65).
Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan sudah menyebarkan aneka macam sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya yaitu pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) yaitu salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, tidak sama dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya logika dan kreativitas berpikir anak (Hudojo, 1998).
Beberapa hasil penelitian sudah mengatakan manfaat dari pembelajaran problem posing, problem posing ialah salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang sanggup mengaktifkan siswa, menyebarkan kemampuan berpikir siswa dalam menuntaskan masalah serta menimbulkan perilaku positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menuntaskan soal ialah salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik sanggup dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32).
Dikaitkan dengan pengertian fisika sebagai bab dari IPA, model pembelajaran dengan problem posing berbasis acara ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Hal ini alasannya yaitu problem posing berbasis acara lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih lampau mengadakan kegiatan-kegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang sudah dirancang oleh guru. Hal itu akan lebih membuat berguru fisika menjadi sangat senang dan lebih berkesan, alasannya yaitu siswa terlibat eksklusif dalam proses pembelajaran. Fisika ialah generalisasi dari tanda-tanda alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan.
Pada tingkat SLTP dan SMU, taktik pengajuan soal selaras dengan tujuan khusus pengajaran yaitu semoga siswa sanggup memiliki pandangan luas dan memiliki perilaku logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Dalam pembelajaran, guru hendaknya menentukan taktik yang melibatkan siswa baik secara mental, fisik maupun sosial.
Jika dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan di SMUN I Banjarmasin, lebih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa cenderung pasif alasannya yaitu mereka spesialuntuk mendapatkan bahan dan tes soal dari guru, hal itu tidak cukup mendukung penguasaan terhadap konsep fisika menjadi lebih baik. Masih rendahnya penguasaan terhadap konsep fisika ditandai oleh nilai prestasi fisika siswa yang masih rendah.
melaluiataubersamaini bertolak dari uraian di atas, maka penelitian wacana pendekatan problem posing terhadap prestasi berguru fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya.
B. Rumusan Masalah
melaluiataubersamaini mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai diberikut.
1. Manakah prestasi berguru fisika siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis acara dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional?
2. Bagaimana kemampuan siswa dalam merumuskan soal bagi kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini yaitu sebagai diberikut.
1. Untuk mengetahui manakah prestasi berguru fisika yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis acara dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.
Tag :
Pendidikan,
Pendidikan Fisika
0 Komentar untuk "Prestasi Mencar Ilmu Fisika Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang Melalui Pendekatan Duduk Perkara Posing Berbasis Acara Di Smun I Banjarmasin (Pfis-7)"