Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Berguru Siswa Di Mi Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol (Pai-21)

loading...


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Setiap anak didik hadir ke sekolah tidak lain kecuali untuk mencar ilmu di kelas biar menjadi orang yang diberilmu pengetahuan. Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui aktivitas belajar.[1] Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang menangani belum dewasa yang mengalami kesusahan belajar. Aktifitas mencar ilmu bagi setiap individu, tidak selamanya sanggup berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, adakala tidak, adakala sanggup cepat menangkap apa yang dipelajari, adakala terasa amat susah.
Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang sanggup mengatasi kesusahan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, lantaran anak didik belum bisa mengatasi kesusahan belajarnya, maka menolongan guru atau orang lain sangat diharapkan oleh anak didik. Seorang guru harus mengetahui faktor-faktor kesusahan mencar ilmu yang dialami oleh siswa sebelum mempersembahkan menolongan, biar duduk kasus yang dihadapi siswa itu sanggup terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Adapun faktor-faktor kesusahan mencar ilmu ada dua macam, yakni:
1.         Faktor intern siswa yang mencakup gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni: kognitif, afektif dan psikomotorik
2.         Faktor ekstern siswa mencakup tiruana situasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung aktifitas mencar ilmu siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.[2]
Pada dasarnya tiruana faktor sanggup kuat terhadap perkembangan mencar ilmu siswa, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif. Kekuatan efek setiap faktor bagi setiap faktor bagi setiap individu tidak selalu sama. Masalah kesusahan mencar ilmu ialah inti dari duduk kasus pendidikan dan pengajaran lantaran mencar ilmu ialah aktivitas utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan biar siswa belajar, alasannya ialah melalui aktivitas mencar ilmu ini siswa sanggup berkembang lebih optimal.[3]
Perkembangan mencar ilmu siswa tidak selalu berjalan lancar dan mempersembahkan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka mengalami banyak sekali kesusahan- kesusahan dan hambatan. Kesusahan dan kendala ini termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, harapan untuk berpindah-pindah sekolah lantaran aib sudah tinggal kelas beberapa kali dan sebagainya.

Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang timbul lantaran kesusahan mencar ilmu yang dialami para akseptor didik, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala yang dialami akseptor didiknya[4]. Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang berguaka ragam. Ada siswa yang sanggup menempuh aktivitas belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesusahan, namun  di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami banyak sekali kesusahan. Ketika memasuki suatu proses mencar ilmu dan mengajar di sekolah, siswa mempunyai latar belakang tertentu yang memilih keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar.[5]
Sekarang ini guru harus bisa bekerja bersama dengan banyak sekali ragam siswa. Pada masa kemudian siswa yang diidentifkasi mempunyai duduk kasus pembelajaran, siswa yang kini kita sebut “luar biasa” seringkali dikucilkan dalam kelas pendidikan kusus.[6] Dalam kategori siswa luar biasa ialah siswa dengan kelemahan atau cacat dan juga siswa cerdas. Siswa cacat ialah siswa yang kolot secara mental, mempunyai kelemahan fisik, terganggu secara mental, tidak mempunyai kemampuan mencar ilmu dan mempunyai duduk kasus perilaku. Hal ini disebutkan dalam UU RI NO. 20 Tahun 2003 pasal 32  ayat 1 yang berbunyi:
Pendidikan khusus ialah pendidikan bagi akseptor didik yang mengalami tingkat kesusahan dalam mengikuti proses pembelajaran lantaran kelainan fisik, emotional, mental, sosial dan mempunyai potensi kecerdasan dan talenta istimewa.[7]

Adanya perbedaan tingkat kecerdasan siswa menuntut guru untuk memperhatikan kenyataan ini. Siswa-siswa yang kecepatan belajarnya lambat perlu diperhatikan biar tidak terlalu tertinggal oleh siswa-siswa yang lain, meskipun diakui bahwa pada jadinya akan selalu terdapat perbedaan pada prestasi mencar ilmu siswa. Perhatian yang dimaksud antara lain melalui menolongan belajar, klarifikasi berulang-ulang secara gamblang disertai contoh-contoh konkret, menempatkan siswa yang lambat mencar ilmu di dingklik depan atau didampingkan dengan siswa yang cerdas.[8]  
Kesusahan mencar ilmu lebih terkait dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan diatas normal.[9] Kesusahan mencar ilmu ialah suatu kondisi dalam suatu proses mencar ilmu yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.[10] Pada umumnya kesusahan mencar ilmu ialah suatu kondisi tertentu yang ditandai adanya kendala terutama aktivitas mencar ilmu untuk mencapai tujuan.
Demikianlah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Menghadapi mencar ilmu yang dialami siswa, sosok guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan yang disampaikan kepada anak didiknya tidak spesialuntuk memperluas cakrpertamaa berpikir,[11] tetapi juga sebagai motivator dalam aktivitas mencar ilmu mempunyai peranan penting dalam mengatasi kesusahan mencar ilmu anak tersebut dengan mempersembahkan bimbingan dan pengarahan terhadap anak yang mengalami kesusahan belajar.
Melihat kenyataan yang terjadi di MI Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol Tulungagung bahwa banyak siswa yang mengalami kesusahan dalam belajar, khususnya kesusahan serius dalam belajar, lupa dalam mencar ilmu dan jenuh dalam mencar ilmu maka penulis mencoba mengajukan skripsi dengan judul “Upaya Guru dalam Mengatasi Kesusahan Belajar Siswa Di MI Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol Tulungagung  Tahun 2009/2010”.




0 Komentar untuk "Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Berguru Siswa Di Mi Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol (Pai-21)"

Back To Top