loading...

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah kata yang sudah umum. oleh lantaran itu, boleh dikatakan tiruana orang mengenal apa yang disebut pendidikan, mulai dari orang yang berpendidikan tinggi. Di samping itu, ada yang beropini bahwa pendidikan itu mencakup beberapa aspek aspek yang sangat luas ,termasuk tiruana pengalam yang diperoleh anak dalam pembentukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.’’[1]
pendidikan sedang dihadapkan pada duduk perkara yang sangat fundamental disatu sisi dituntut untuk menyebarkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermoral dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar menjadi wahana untuk menyebarkan potensi penerima didik menjadi insan yang diberiman bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa. Beraklak mulia,sehat,diberilmu,cakap kreatif,dan menjadi masyarakat negara yang demokratis serta bertanggung jawaban.
“Pendidikan yakni suatu upaya sadar dan bersiklus untuk mewujudkan anak yang cerdas dan mandiri, namun juga dubutuhkan suasana berguru dan proses pembelajaran secara aktif, pesarta didik dalam menyebarkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, ahlakmulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya masyarakat bangsa dan Negara.”[2]
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau derma yang didiberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang cukup umur supaya anak didik menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti perjuangan yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mensugesti seseorang atau sekelompok orang supaya menjadi cukup umur atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. melaluiataubersamaini demikian pendidikan berarti, segala perjuangan orang cukup umur dalam pergaulan dengan belum dewasa untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
|
“Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat sebagai abdi negara guru di tuntut melaksanakan tugas-tugasnya yang sudah menjadi kebijakan pemrintah dalam perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai abdi masyarakat guru di tuntut berperan aktif mendidik masyarakat dari belenggu keterbelakangan menuju kehidupan masa depan yang gemilang.”[5]
Bahwasannya setiap orang bau tanah dan tiruana guru ingin membina anak supaya menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang berpengaruh dan sikap mental yang sehat dan budbahasa yang terpuji. Semua itu sanggup diusahakan melalui pendidikan di rumah oleh orang bau tanah maupun di sekolah oleh para guru lantaran “Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, telinga maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut memilih training pribadinya.”[6] Guru juga memegang kiprah penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu.
"Mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan insan Indonesia seutuhnya yaitu insan yang diberiman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan sanggup bangun diatas kaki sendiri serta rasa tanggung tanggapan kemasyarakatan dan kebangsaan".[7]
Dalam hal ini guru mempunyai kiprah yang cukup berat yaitu ikut membina kepribadian anak di samping mengajarkan pengetahuan kepada anak. Karena ketika anak didik masuk sekolah dasar dalam jiwa anak tersebut sudah membawa bekal rasa agama yang terdapat dalam kepribadiannya, dari orang tuanya dan dari gurunya semasa di taman kanak-kanak. Andai kata didikan agama yang diterima dari orang bau tanah di rumah sejalan dan harmonis apa yang diterima dari gurunya di taman kanak-kanak maka ia masuk sekolah dasar sudah membawa dasar agama yang berpengaruh dan bundar (serasi). Akan tetapi, jikalau berlainan maka yang dibawanya yakni kegalauan lantaran ia belum sanggup memikirkan mana yang benar, apakah agama orang tuanya atau agama gurunya yang ia rasakan yakni adanya kedua-duanya masuk ke dalam training pribadinya.
Demikian pula akan sikap orang bau tanah yang hirau tak hirau atau negatif terhadap agama, akan mempunyai akhir ibarat itu pula dalam eksklusif anaknya, ibarat yang kita ketahui bahwa pertumbuhan kecerdasan siswa pada usia sekolah dasar belum memungkinkan untuk berfikir logis dan belum sanggup memahami hal-hal abstrak, maka apapun yang diketahui kepadanya akan diterima saja. Dia seakan belum sanggup menandakan mengapa ia harus percaya kepada Tuhan dan belum sanggup memilih mana yang baik dan mana yang jelek kata-kata yang sudah didiberikan oleh orang cukup umur yang sudah terkenal dan tidak memerlukan klarifikasi bagi anak didik tersebut masih belum sanggup dipahami maksudnya. Misalnya perkataan baik dan buruk, sopan, jujur, dusta dan sebagainya yang sanggup memilih nilai-nilai agama dan moral bagi siswa masih kabur dan tidak dipahaminya, untuk membina siswa supaya mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin pengertian saja, akan tetapi ia perlu membiasakannya untuk melaksanakan yang baik yang diharapkan nanti ia akan mempunyai sifat-sifat itu dan jauh dari sifat-sifat yang tercela, kebiasaan melaksanakan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.
Kalau di rumah mendidik anak dilakukan melalui tes dan pembiasaan, maka di dalam forum pendidikan yang menjadi sentra yakni guru, lantaran anak didik akan menyerap apa yang ia lihat dan ia dengar, serta sikap gurunya, apalagi anak didik yang ibarat halnya klarifikasi di atas belum bisa berfikir dan masih abstrak, di samping itu juga kemampuannya sangatlah terbatas, ibarat halnya guru yang jauh dari agama, ia biasanya berbicara tidak sopan, suka menghardik, tingkah lakunya yang tidak sesuai dengan apa yang harus ia ajarkan kepada anak didiknya, guru yang demikian akan membuat menjadi rusak akhlaknya.
Melalui forum pendidikan dasar tersebut, guru menjadi sentra perhatian anak didiknya. Oleh lantaran itu, guru harus berakhlak dan bisa mencerminkan budbahasa yang terbaik yang sesuai dengan pedoman agama Islam di depan anak didiknya sehingga lebih jelasnya pembentukan sikap/perilaku, training serta sikap pada umumnya terjadi melalui pengalaman semenjak kecil, pendidikan atau training yakni orang bau tanah kemudian guru, tiruana pengalaman yang dilaluinya semenjak kecil ialah unsur penting dalam pribadinya sikap anak didik pertama kali dibuat di rumah melalui pengalaman orang tua, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah.
Adapun dalam hal ini, guru berperan sebagai pendidik maupun sebagai pembina dan pembentuk sikap keagamaan anak didik yang sanggup terwujud dalam bentuk aktivitas ibarat halnya tes-tes keagamaan yang menyangkut budbahasa siswa, yakni yang bekerjasama antara insan satu dengan insan lainnya. Pada usia sekolah dasar, belum dewasa sedang mengalami pertumbuhan kecerdasan yang sangat cepat, daya khayal dan fantasi yang sangat tinggi, perasaan khayal yang sedang rindang dan kemampuan untuk berfikir logis sedang dalam pertumbuhan yang sangat rindang. Oleh lantaran itu, di dalam forum pendidikan guru ialah orang bau tanah siswa. Jadi pembinaan kepribadian ialah bagian yang sangat penting sehingga dengan demikian apabila training dilakukan dengan baik maka akan tercapai tujuan yang di harapkan sebagaimana tujuan pendidikan islam bahwa “tujuan umum pendidikan yakni membimbing anak supaya mereka menjadi muslim sejati diberiman teguh ,beramal sholeh ,dan berahlak mulia serta bergun bagi masyarakat, agama, dan negara.”[8]
Banyak upaya yang dilakukan guru dalam aplikasinya yaitu untuk melaksanakan training kepribadian kepada siswanya, upaya yang dilakukan seorang guru yaitu dengan melaksanakan upaya atau tindakan yang bersifat atau bertujuan untuk mencegah timbulnya kebadungan, namun pada kenyataannya masih tetap saja banyak keluhan pada setiap forum pendidikan berkaitan dengan duduk perkara kepribadian siswa, begitu pula dengan MI Darul Ulum kates Rejotangan Tulungagung.
Berdasarkan hasil obervasi di MI Darul Ulum Kates Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung memerlukan training kepribadian siswa. Hal ini sanggup ditunjukkan dengan tingkah laris siswa selama proses berguru mengajar yaitu banyak siswa yang tidak mengetahui bahan pelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan itu. Selama mengikuti proses berguru mengajar siswa kurang siap dalam mengikuti pelajaran, kurang memusatkan perhatiannya pada pelajaran, siswa cenderung pasif, hal ini disebabkan lantaran sebelumnya siswa sama sekali tidak membaca bahan pelajaran atau mereka kurang memperhatikan proposal guru untuk belajar/tes dirumah. Masalah berguru dirumah ini sering kali diabaikan oleh siswa.
Oleh lantaran itu guru mempunyai kiprah penting dalam training kepribadian siswa. Berangkat dari uraian tersebut serta melihat kenyataan yang demikian itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema. “Upaya guru agama islam dalam training kepribadian siswa di MI Darul Ulum kates Rejotangan Tulungagung”.
Tag :
Pendidikan,
Pendidikan Agama Islam
0 Komentar untuk "Upaya Guru Agama Islam Dalam Pelatihan Kepribadia Siswa Di Mi Darul Ulum Kates Rejotangan Tulungagung (Pai-20)"