loading...
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun di sisi lain masih memprihatinkan. Dalam rangka menjawaban duduk perkara dari banyak kalangan yang mempunyai apresiasi tinggi terhadap pendidikan, namun mereka itu miskin dan menghadapi bermacam-macam hambatan transportasi atau hambatan geografis, kondisi sosial ekonomi, atau menghadapi hambatan waktu untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SLTP terdekat (SLTP Reguler). Anak-anak ini bahu-membahu ialah juga belum dewasa Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Untuk itu, menteri pendidikan dan kebudayaan membentuk sebuah tim yang didiberi kiprah untuk membuatkan penemuan di bidang pelayanan pendidikan dengan menyusun suatu konsep pendidikan terbuka sebagai alternatif pada tingkat SLTP yang baik secara filosofis maupun teoritis sanggup dipertanggungjawabankan, namun juga terjamin keterlaksanaannya (Diknas, 2002:3). Hal ini yang menjadi landasan filosofis terbentuknya SLTP Terbuka.
Sebagai langkah pertama, pada tahun 1979/1980 pemerintah menyetujui uji-coba perintisan SLTP Terbuka dimulai di 5 propinsi, masing-masing satu sekolah untuk setiap propinsi (Diknas, 2002:4). Uji-coba SLTP Terbuka tersebut dilaksanakan di SLTP Negeri Kalianda di Lampung, SLTP Negeri Plumbon di Jawa Barat, SLTP Negeri Adiwerna di Jawa Tengah, SLTP Negeri Kalisat di Jawa Timur dan SLTP Negeri Terara di Nusa Tenggara Barat. Kelima SLTP Terbuka ini dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara bersamaan dalam surat keputusan.
Kurikulum yang dipakai pada SLTP Terbuka ialah sama dengan kurikulum yang dipakai pada SLTP Regurer. Oleh alasannya ialah itu lulusan SLTP terbuka juga sama dengan lulusan SLTP Reguler. Meskipun aktivitas pembelajaran pada SLTP terbuka dirancang sedemikian rupa, sehingga sedikit mungkin melibatkan menolongan dari para guru, alasannya ialah yang lebih dipentingkan pada SLTP terbuka ialah perilaku kemandirian siswa.
Kurikulum/GBPP SLTP Reguler dikaji dan dijabarkan melalui pengembangan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM) bagi siswa SLTP terbuka. Berdasarkan PDKBM ini kemudian diidentifikasi secara teliti materi-materi yang perlu disiapkan modulnya, alasannya ialah modul ialah sumber berguru utama bagi siswa-siswi SLTP terbuka. Sesudah itu diidentifikasi pula materi-materi yang perlu ditunjang dengan media, baik media cetak menyerupai leaflet maupun media elektronik menyerupai kaset audio, kaset audio visual, aktivitas radio, aktivitas slide atau transparansi dan yang perlu diperkaya dengan lingkungan konkret (Diknas, 2002:1).
Untuk menyelenggarakan SLTP Terbuka tidak diharapkan pengadaan atau pembangunan gedung baru. SLTP Terbuka diselenggarakan dengan memanfaatkan gedung SLTP terdekat untuk kegiatan berguru melalui tatap muka dengan Guru Bina. Sedangkan untuk kegiatan berguru secara berdikari atau kelompok di TKB (Tempat Kegiatan Belajar) bersama Guru Pamong dilaksanakan dengan memanfaatkan gedung Sekolah Dasar, Balai Pertemuan Desa, Masjid, rumah penduduk, dan sebagainya yang lokasinya sangat akrab dengan daerah tinggal siswa (Diknas, 2002:3).
Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, SLTP Terbuka mempunyai tujuan yang sama dengan SLTP Reguler, yaitu:
Memdiberikan bekal kemampuan dasar yang ialah ekspansi serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SD yang bermanfaa bagi siswa untuk membuatkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan wargguagara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan/atau mengikuti pendidikan menengah (Diknas, 2002:8).
Selain berguru sendiri secara berdikari di rumah atau di daerah lain yang lebih nyaman, dalam setiap ahad para sisiwa SLTP terbuka berguru secara teratur selama 6 hari, yaitu melakukan berguru berdikari dan kelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) selama 4 atau 5 hari dan berguru secara klasikal melalui tatap muka di sekolah induk 2 atau 1 hari (Diknas, 2002:1). SLTP terbuka di dalam pelaksanaannya mengakibatkan modul sebagai sumber berguru utama. Namun seiring dengan perjalanan waktu, cukup umur ini pelaksanaan pembelajaran di SLTP Terbuka banyak yang tidak sanggup dilakukan lagi secara murni sesuai ketentuan-ketentuan yang sudah diputuskan. Untuk itu diharapkan suatu taktik gres dalam mengelola SLTP Terbuka yang kondisinya sangat beragam.
Namun, di sisi lain masyarakat sering memandang sebelah mata pada keberadaan SLTP Terbuka, baik dari segi keteraturan dan pembelajaran yang dirasa jauh tidak sama dengan SLTP reguler.
SMP Terbuka Sekolah Menengah Pertama Terbuka Jereneng Batu Tulis yang berada di bawah naungan Sekolah Menengah Pertama 4 Jonggat Lombok Tengah mengakibatkan modul sebagai metode pembelajaran Bidang Studi Agama Islam. sepertiyang penerapan metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran modul, khususnya Bidang Studi Agama Islam terdapat hambatan di dalam pelaksanaanya. Diantara hambatan tersebut ialah tidak meratanya siswa yang mendapat modul pembelajaran. Di samping itu, pembahasan bahan dalam modul kurang luas cakupan bahan yang di bahas.
Berdasar dari hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat duduk perkara wacana “Efektifitas Penggunaan Modul Pembelajaran Bidang Studi Agama Islam Kelas II di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Jereneng Batu Tulis”.
Judul : Efektifitas Penggunaan Modul Pembelajaran Bidang Studi Agama Islam Kelas Ii Di Smp Terbuka Jereneng Batu Tulis (PAI-8)
Tag :
Pendidikan Agama Islam
0 Komentar untuk "Efektifitas Penggunaan Modul Pembelajaran Bidang Studi Agama Islam Kelas Ii Di Smp Terbuka Jereneng Kerikil Tulis (Pai-8)"