Pendidikan Seks Dewasa Dalam Keluarga Berdasarkan Perspektif Islam, (Pai-36)

loading...


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
             Dalam menjalani kehidupan, insan tidak akan lepas dari kegiatan pendidikan, baik pendidikan dalam bentuk fisik maupun psikis.[1]Pendidikan ialah sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup insan dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok insan yang tidak memakai pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya”.[2] ”Pendidikan, menyerupai halnya kesehatan, ialah termasuk kebutuhan pokok (hajat asasiyah) yang harus terpenuhi dalam diri setiap insan dalam hidupnya”,[3] berupa  menjauhkan diri dari sikap dan sifat bodoh, menambah wawasan hidup, memenuhi kemajuan gaya dan contoh hidup, dan meraih prestasi untuk mengeksiskan diri dalam kehidupan.[4] Untuk mewujudkannya sanggup direalisasikan di antaranya dengan menampilkan konsepsi pendidikan seks. 
             Pendidikan seks sangat diharapkan sebab dilatarbelakangi adanya problem yang akhir-akhir ini mendominasi kehidupan masyarakat.[5] Problem itu sangat terkait dengan akhir-akhir ini pergaulan remaja (laki-laki dan wanita) sudah sangat mengkhawatirkan, sudah sangat keblabasan dan kelewat batas. Sering menyaksikan adegan di jalan-jalan, maal-maal maupun angkutan-angkutan umum, sepasang muda-mudi/remaja sedang asyik berciuman, berpelukan, berangkulan dan lain sebagainya.[6] Bahkan di media, anak kita sering disuguhkan hidangan bacaan dan tontonan adegan seks sepasang pemuda-pemudi sedang ber-indihoy atau dengan istilah keren ’kumpul kebo’. Na’uzu billahi min zalik.
             Pesatnya arus informasi dan teknologi, yang begitu simpel sanggup diakses dengan melalui internet, HP, televisi, CD, play station dan lain sebagainya. Semua media informasi tersebut menyerbu belum dewasa dan dikemas sedemikian rupa, sehingga perbuatan seks tersebut dianggap lumrah, biasa dan sangat bahagia. Di negeri ini, sebagian besar orang bau tanah kurang terbuka dan membuka diri terhadap anaknya didalam membicarakan masalah seks. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menjadikan orang bau tanah enggan atau berat untuk mempersembahkan pendidikan seks pada anaknya.
             Kini, sudah saatnya pendidikan seks diajarkan kepada anak sedini mungkin. Sejak ia menginjak usia sekolah dasar. Anak-anak dan remaja harus mulai didiberi pendidikan seks yang baik dan benar. Kalau tidak, mereka akan mendapat pengetahuan dan informasi wacana seks dari orang lain. Mungkin dari kawan, buku dan majalah porno, tayangan firlm porno, internet dan lain-lain.
             Hal yang perlu menjadi perhatian bagi orang bau tanah bahwa pendidikan seks didiberikan dalam rangka untuk mencegah terjadinya penyimpangan sikap seksual yang sering dilakukan oleh belum dewasa dan remaja. Pendidikan seks juga sebagai langkah dan upaya preventif dalam kerangka moralitas agama.[7] Agama sebagai ukuran dan barometer dalam pendidikan seks. Pendidikan seks yang baik tidak boleh berperihalan dengan aliran agama dan prinsip agama. Ketika pendidikan seks terlepas dari moral dan kontrol agama, maka kebobrokan moral belum dewasa dan remaja akan semakin mewabah. Para orang bau tanah harus memmembuang jauh-jauh anggapan serta pikiran bahwa seks itu tabu untuk dibicarakan, seks itu kotor, seks itu tidak pantas disampaikan. Sudah saatnya anak harus dikenalkan dengan pendidikan seks semenjak dini. Jika orang bau tanah menginginkan putra-putrinya tetap berbakti, berakhlak, taat dan menjauhi hal-hal yang tidak boleh dalam agama serta menjaga kehormatan orang tua.
             Pendidikan seks dalam Islam pembahasan dan penjabarannya lebih berserius pada langkah-langkah pencegahan dan tindakan preventif terhadap penyimpangan seksual. Pendidikan seks di sini atau pendidikan kesehatan reproduksi anak ialah sebagai salah satu upaya untuk ’mengerem’ atas banyak sekali masalah seksual yang terjadi. Dan ”bukan” semata-mata mengajarkan metode-metode bersenggama, berafiliasi seksual, dan lain sebagainya
sepertiyang berdasarkan Abdullah Nasih Ulwan menyatakan “pendidikan seks ialah upaya pengajaran, penyadaran dan klarifikasi kepada anak wacana masalah yang berkaitan dengan seks, naluri, dan perkawinan”.[8] Pendidikan seks disini, bukanlah mengajarkan cara-cara berafiliasi seks semata, melainkan lebih keadaan upaya mempersembahkan pemahaman yang benar kepada anak, sesuai dengan tingkat usianya, terkena fungsi-fungsi alat seksual dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul.
Nina Surtiretna mendefinisikan “pendidikan seks ialah upaya mempersembahkan pengetahuan wacana perubahan biologis psikologis, dan psikososial sebagai akhir perumbuhan dan perkembangan manusia”.[9]
Pendidikan seks ialah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk memberikan proses perkelabuinan berdasarkan agama dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat yaitu mempersembahkan pengetahuan wacana organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta kesepakatan agama biar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi. Intinya pendidikan seks tidak boleh berperihalan dengan aliran agama. melaluiataubersamaini tujuan biar kelak jikalau anak sudah tumbuh menjadi seorang perjaka dan memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengetahui hal-hal yang halal dan haram. melaluiataubersamaini demikian, diharapkan ia sanggup menerapkan sikap islami yang istimewa sebagai adab dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar syahwat dan terjebak ke dalam sikap hedonisme.
Setiap acara tentunya menentukan arah dan tujuan yang sudah direncanakan dan mengharap biar tercapai dengan baik, begitu pula dengan pendidikan seks. Menurut Moh. Rosyid yang dikutip oleh Utsman tujuan pendidikan seks adalah:
Memdiberikan informasi yang benar dan memadai kepada generasi muda sesuai kebutuhan untuk memasuki masa baligh (dewasa) menjauhkan generasi muda di lembah kemesuman, mengatasi problem seksual, dan biar pemuda-pemudi memahami batas hubungan yang baik-jelek atau yang perlu dijauhi atau lainnya dengan lawan jenis.[10]

melaluiataubersamaini demikian tujuan didiberikannya pendidikan seks, berupaya menyadarkan orang remaja wacana pentingnya mengembalikan persepsi mereka pada problem seks yang sesuai dengan persepsi Islam. Menjadikan anak menjaga diri dan menanamkan aqidah islamiyahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, sehingga terbebas dari pergaulan bebas yang nantinya menjadi anak berakhlakul karimah.
             Pernyataan di atas jelaslah bahwa adab hendaknya selalu menjadi landasan bagi kehidupan manusia. Sebab kalau tidak demikian, maka kehancuran itu menimpa, baik bagi generasi kini maupun generasi yang akan hadir. melaluiataubersamaini demikian pendidikan agama Islam memiliki posisi yang penting, sebab pendidikan agama sebagai masukana pembentukan dan pembangunan pondasi insan Indonesia yang memiliki nilai etik, moral, berkepribadian dilandasi dengan keyakinan dan bertaqwa, sanggup dijadikan sebagai pengendali dan sanggup mengokohkan jiwa. Adanya kendali yang kokoh akan menghasilkan individu-individu yang berpegang kuat dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pegangan setiap langsung yang berakhlakul karimah.
             Di titik inilah seharusnya umat Islam bisa membaca kecenderungan keadaan sehingga bisa mengambil terobosan pemikiran yang bisa menghadirkan suasana baru. Dalam hal ini orang bau tanah melalui pendidikan ideal dalam mempersipakna anak menghadapi kehidupan dan mempersiapkan mereka menjadi generasi yang cerdas dan kukun untuk membangun masyarakat yang utama serta membentuk generasi yang saleh dan diberiman, yang bisa berdikari dan mempersembahkan tunjangan bagi perkembangan masyarakat, dan besar lengan berkuasa dalam peningkatan mutu kehidupan serta mengangkat martabat bangsa.
            melaluiataubersamaini banyak sekali persoalan  tersebut maka penulis mencoba mengadakan penelitian yang berjudul “Pendidikan Seks Remaja dalam Keluarga Menurut Perspektif Islam”.


[1] A. Syaefuddin,  Percikan Pemikiran Imam Al-Ghazali,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2005),  9
[2] Hujair dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003),  4
[4] Moh. Rosyid, Pendidikan Seks (Mengubah Seks Abnormal Abnormal Menuju Seks Yang Lebih Bermoral), (Semarang: Syiar Media Publishing, 2007), 83
[5] Ibid.,
[6] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi SAW, (Solo: Pustaka Iltizam, 2009), 15
[7] Ibid., 17
[8] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks untuk Anak Ala Nabi, (Solo: Pustaka Iltizam, 2009), hlm. 21
[9] Nina Surtiretna, Remaja Problema Seks: Tinjauan Islam dan Medis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),   hlm. 2
[10]  Moh. Rosyid, Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal menuju seks yang lebih bermoral, (Semarang: Syiar Media Publishing, 2007), hlm. 85
0 Komentar untuk "Pendidikan Seks Dewasa Dalam Keluarga Berdasarkan Perspektif Islam, (Pai-36)"

Back To Top