loading...
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah tidak lepas dari acara Proses Belajar Mengajar (PBM) yang ialah perencanaan secara sistematis yang dibentuk oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Menciptakan acara berguru mengajar yang bisa menyebarkan hasil berguru seterbaik mungkin ialah kiprah dan kewajiban guru. Oleh alasannya ialah itu, seorang guru memerlukan seni administrasi penyampaian materi untuk mendesain KBM yang sanggup merangsang hasil berguru yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencoba memunculkan segala kompetensi yang dimiliki oleh siswa. melaluiataubersamaini sistem ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses berguru mengajar. Makara dalam lingkup ini siswa ialah subyek belajar.
Siswa sebagai subyek berguru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran, menyerupai bertanya, menjawaban pertanyaan, memdiberi tanggapan, dan lain-lain. Di samping itu, keaktifan siswa ialah bentuk pembelajaran mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan kemampuannya/ usaspesialuntuk sendiri, sehingga dalam hal ini guru spesialuntuk berperan sebagai pembimbing,
motivator, dan fasilitator.
Di dalam suatu kelas, tingkat kecerdasan dan keaktifan siswa tidak sama- beda. Oleh alasannya ialah itu, guru harus bisa memperlakukan siswa dengan baik berdasarkan tingkat kecerdasannya dan bisa membuat tiruana siswa aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pertama ditemukan ada beberapa belum sempurnanya dalam proses pembelajaran kimia yang selama ini diterapkan di kelas XI IPA Sekolah Menengan Atas Teuku Umar Semarang, antara lain:
1. dalam metode penyampaian materi spesialuntuk berlangsung satu arah (pihak guru) atau di kenal dengan metode ceramah.
2. kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
3. kurangnya kemandirian siswa dalam belajar.
Hasil pengamatan mengatakan rata-rata nilai simpulan kimia kelas XI IPA ialah 6,01. Persentase siswa yang menerima nilai di bawah 6 (enam) untuk mata pelajaran kimia sebesar 60 %. Sementara tujuan dari KBK ialah siswa sanggup mencapai ketuntasan belajar. Belajar tuntas berarti penguasaan penuh (bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya) (Nasution, 2003:36). Sedangkan berdasarkan Mulyasa (2005:99), siswa dikatakan sudah berguru tuntas apabila mencapai nilai 65% dari tujuan pembelajarannya. melaluiataubersamaini kata lain nilai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) ialah 6,5. melaluiataubersamaini demikian, masih banyak siswa kelas XI IPA yang belum tuntas dalam belajarnya.
Mengingat pentingnya proses pembelajaran kimia sebagai langkah untuk meningkatkan prestasi berguru siswa, maka kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran harus diperbaiki. Oleh alasannya ialah itu perlu dilakukan peningkatan kualitas proses berguru mengajar dengan tindakan kelas.
Saat ini sudah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menyerupai penerapan metode diskusi, metode tes, metode tanya jawaban, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan metode-metode tersebut dilakukan banyak sekali pendekatan pembelajaran biar metode mengajar lebih efektif. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan ialah Modification of Reciprocal Teaching, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbalik. melaluiataubersamaini pendekatan ini dibutuhkan siswa sanggup lebih aktif dan lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang disertai peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk menentukan judul “Peningkatan Hasil Belajar Kimia dengan Pendekatan Modification of Reciprocal Teaching Pokok Bahasan Larutan Penyangga Siswa Kelas XI Semester II Sekolah Menengan Atas Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.”
Tag :
Pendidikan,
Pendidikan Kimia
0 Komentar untuk "Peningkatan Hasil Berguru Kimia Dengan Pendekatan Modification Of Reciprocal Teaching Pokok Bahan Larutan Penyangga Siswa Kelas Xi Ipa (Pkm-1)"