Analisis Kinerja Keuangan Pada Pt. Pengembang Bisnis Sulawesi (Ke-57)

loading...


Pada perusahaan besar pemegang saham sangat banyak sehingga secara individu, masing-masing mereka tidak sanggup menyuarakan tujuannya. Apalagi mengendalikan dan mempengaruhi manajemen. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja administrasi sanggup menjual saham yang mereka miliki dengan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Maka dari itu diharapkan adanya penilaian kinerja terhadap administrasi keuangan dengan dilakukannya pengukuran kinerja terhadap keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja yaitu penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bab organisasi dan karyawan menurut samasukan standar dan kriteria yang sudah diputuskan sebelumnya (Mulyadi: 1999, hal 127).
Analisis laporan keuangan ialah perhitungan rasio dari data keuangan perusahaan yang dipakai untuk mengevaluasi keadaan keuangan pada masa lalu. Analisis rasio ialah bentuk atau cara yang umum dipergunakan dalam analisis laporan keuangan. Sedangkan rasio ialah alat yang ditetapkan dalam arti relatif maupun otoriter untuk membuktikan relasi tertentu antara faktor-faktor yang lain dalam suatu laporan keuangan. Selanjutnya menurut laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan keuntungan rugi akan sanggup dilakukan analisis laporan keuangan tersebut dengan memakai analisis rasio. Tujuan dari analisis rasio yaitu memmenolong manajer keuangan memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan menurut info yang tersedia yang sifatnya terbatas yang berasal dari financial statement yaitu dalam hal pembuatan keputusan atau pertimbangan wacana apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi oleh perusahaan di masa yang akan hadir (Alwi: 1994, hal. 107).

Pengukuran kinerja dilanjutkan dengan penilaian kinerja perusahaan yang sanggup dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengelola operasi memmenolong pengambilan keputusan, mengidentifikasi wacana kebutuhan akan sumber daya, memilih pengembangan dan penyediaan info untuk mempersembahkan penghargaan bagi karyawan. Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam acara investasi yang umum dipakai oleh para investor yaitu rasio profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas, yang mengatakan hasil pengelolaaan administrasi perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau rasio keuntungan berkaitan bersahabat dengan kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Harnanto: 1984, hal. 102).
Berdasarkan sudut penilaian, rasio profitabilitas dibagi menjadi dua, yaitu dari segi penjualan dan investasi. Sesuai dengan latar penelitian ini yang mendasar pada relasi dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, maka rasio profitabilitas yang dihitung sebagai variabel penelitian yaitu rasio yang berkaitan dengan rasio profitabilitas investasi yakni Return on Asset (ROA).
ROA yaitu salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memakai total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang dipakai mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak spesialuntuk diharapkan sebagai wealth-creating institution, namun jauh lebih dari itu diharapkan sanggup melipatgandakan kekayaannya. Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang mendasar pada keuntungan akuntansi (accounting profit), ibarat earning per share, return on equity, dan rasio lainnya, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Oleh alasannya yaitu itu, berkembang metode pengukuran keuangan yang lebih menekankan pada nilai yang disebut Value Based Management (VBM) (Hartono Jogiyanto dan Chendrawati: 1999, hal. 105).
Konsep VBM mendorong administrasi untuk serius pada penciptaan arus kas bagi pemegang saham, salah satu konsep VBM yaitu Economic value Added (EVA). melaluiataubersamaini demikian, dalam penelitian ini penulis menggabungkan variabel mendasar rasio profitabilitas dengan economic value added dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Meskipun sudah dipakai secara luas oleh investor sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi alasannya yaitu nilainya tercantum dalam laporan keuangan, penerapan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional mempunyai kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga susah untuk mengetahui apakah suatu perusahaan sudah berhasil membuat suatu nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dikembangkan suatu konsep gres yaitu Economic value Added (EVA) yang mencoba mengukur nilai tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akhir investasi yang dilakukan (A. Sawir: 2001, hal. 8).
Economic Value Added (EVA) yaitu alat ukur kinerja keuangan untuk memperhitungkan keuntungan irit perusahaan sebenarnya. EVA sanggup diperhitungkan dengan keuntungan membersihkan setelah pajak dikurang biaya modal yang diinvestasikan. EVA yang bernilai faktual berarti perusahaan dianggap sudah bisa membuat nilai bagi pemegang saham alasannya yaitu bisa menghasilkan keuntungan operasi diatas biaya modal. Secara umum EVA dan ROA dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja suatu perusahaan. EVA dipakai untuk menilai kinerja operasional, alasannya yaitu secara fair juga mempertimbangkan required rate of return yang dituntut oleh para investor dan kreditor. Berkaitan dengan EVA sebagai alat ukur kinerja yang juga mempertimbangkan cita-cita para investor terhadap investasi yang dilakukan, maka EVA mengidentifikasikan seberapa jauh perusahaan sudah membuat nilai bagi pemilik perusahaan. ROA ialah rasio profitabilitas yang dipakai untuk mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Dalam perhitungannya ROA spesialuntuk memakai keuntungan membersihkan setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Sedangkan dalam perhitungannya EVA mencakup tiruana elemen atau unsur-unsur yang terdapat dalam neraca dan laporan keuntungan rugi perusahaan sehingga menjadi komprehensif dan EVA mempersembahkan penilaian yang masuk akal atas kondisi perusahaan. Karena itu EVA lebih banyak dipakai sebagai penilaian kinerja meskipun perhitungannya lebih kompleks dan rumit (Amin Wijaya Tunggal: 2001, hal. 56).
Sesuai dengan latar belakang yang sudah diuraikan, maka judul yang penulis ejekan untuk penulisan ini yaitu ”Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Pengembang Bisnis Sulawesi”.
0 Komentar untuk "Analisis Kinerja Keuangan Pada Pt. Pengembang Bisnis Sulawesi (Ke-57)"

Back To Top