loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalangan orang renta yang mempunyai atensi lebih terhadap masa depan menhadir, tentu mempunyai keprihatinan yang sangat tinggi terhadap kondisi moralitas anak sekarang. Dekadensi moral anak sudah terjadi di negeri ini. Fenomena ini cukup menggelitik para insgua pelaksana dunia pendidikan di elemen manapun, alasannya jikalau bawah umur bangsa ini tidak baik moralnya, maka yang paling bertanggung balasan ialah dunia pendidikan.[1]
Masalah fokus yang dihadapi pemerintah, masyarakat dan khususnya orang renta ialah persoalan pendidikan anak. Walaupun sifat permasalahan yang dihadapi tidak sama-beda tergantung huruf tingkat ekonomi, sosial dan warna budayanya. Oleh alasannya itu, pendidikan Islam sebagai perjuangan untuk membentuk insan yang berkepribadian sesuai dengan harapan. Hal ini mempunyai landasan kemana tiruana acara dan perumusan tujuan pendidikan Islam itu harus dihubungkan.
Anak ialah amanat Allah Swt bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, jikalau beliau semenjak kecil dibiasakan baik, dididik dan dilatih dengan kontinyu, sehingga ia tumbuh dan menjelma anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila beliau dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia terbiasa jelek pula dan menimbulkan ia celaka dan rusak. Oleh alasannya itu, dalam keluarga perlu dibuat forum pendidikan walaupun dalam format yang paling sederhana. Karena pendidikan keluarga ialah pendidikan yang pertama dan utama.
Sebagai daerah yang pertama dan utama, pendidikan keluarga sanggup mencetak anak biar mempunyai kepribadian yang baik, dikembangkan dalam forum formal maupun forum non formal. [2]
Sebagai umat Islam sudah semestinya mengenalkan pendidikan agama diharapkan suatu pengetahuan tentang Methodologi pendidikan agama dengan tujuan biar pendidikan agama sanggup memperoleh pengetahuan dan kemampuan mendidik agama yang dilengkapi tentang ketrampilan dasar pengajaran.
Tauhid ialah aliran Tuhan itu Esa, yang harus diyakini oleh umat Islam. Di mana memang sudah menjadi tuntutan fitrah insan bahwa dalam dirinya ada sesuatu perasaan yang menyakini adanya Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai daerah berlindung dan mohon pertolongan.
Doktrin tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa insan untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupan kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan impian yang dikerjarnya ialah keridhaan Allah. Demikian bahwa konsekwensi training huruf yang agung, menjadi insan yang suci, jujur dan teguh memegang amanah. Maka tauhid ialah kekuatan yang besar yang bisa mengatur secara tertib insan yang berjuta-juta yang terbesar di maritim di darat dari tepi–tepi pantai sampai ke bukit–bukit.
Berkaitan dengan pendidikan nasional yang berfungsi untuk membuatkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat insan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur dan mempunyai kemampuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta tanggung balasan kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan dasar ialah potongan terpadu dari sistem Pendidikan Nasional. Oleh alasannya itu pendidikan dasar mempersembahkan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam rangka membuatkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, masyarakat negara dan anggota umat insan serta mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Kalau kita lihat pendidikan kita dikala ini spesialuntuk terserius pada pengembangan kecerdasan intelektual (IQ) saja dan memisahkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sehingga menghasilkan manusi-manusia cerdas tapi kosong dari nilai-nilai spiritual.
IQ (Intelektual Quotiont) / kecerdasan intelektual yang semenjak pertama sampai dikala ini diagungkan oleh orang renta dan praktisi pendidikan, dalam kenyataanya tidak sepenuhnya mendukung kesuksesan seseorang, banyak orang secara intelektual berhasil dibuktikan dengan nilai rapor dan hasil ujian yang anggun akan tetapi setelah cukup umur kehidupanya “tidak berhasil”. Sebagai catatan saja, umumnya ukuran “keberhasilan” seseorang dikala ini diukur dari banyaknya harta dan atau tingginya kedudukan / jabatan yang berhasil ia raih .
Untuk itu sebagai seorang muslim, menyekolahkan anak mestinya pada sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam atau pada sekolah–sekolah umum. Di mana dalam pedoman menyekolahkan anak, yang pertama adalah: Untuk memelihara agama dan kepribadian serta untuk menyambung cita–cita orang renta yang muslim yang diharapkan nantinya si anak menjadi anak yang shalih, maka tak ada jalan lain kecuali meyekolahkan anak kepada lembaga–lembaga pendidikan Islam. Tentu saja dengan catatan, forum pendidikan keagamaan, contohnya Pondok Pesanteren, Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi yang sejalurnya.[3]
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi “Pengaruh Pendidikan Tauhid Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Ngrencak Kec. Panggul Kab. Trenggalek”, dalam perjuangan menyiapkan kader–kader umat yang giat dan berkepribadian muslim. Sehingga sanggup mencetak generasi yang intelek dan beradab alasannya mempunyai akhlaqul karimah dambaan masyarakat, bangsa dan agama.
[1]Akhyak, Profil Pendidik Sukses (Surabaya: Elkaf 2005), hal. 91.
[2]Abdul Mujib, Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis Dalam Kerangka Dasar Opersionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993. hlm. 290
[3]Umar Hasyim, Teknik Mendidik Anak Dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, TT hlm. 97
Tag :
Pendidikan,
Pendidikan Agama Islam
0 Komentar untuk "Pengaruh Pendidikan Tauhid Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Di Mi Al-Hidayah Ngrencak (Pai-25)"