Analisis Pendapatan Petani Bawang Merah Sistem Pengendalian Hama Terpadu Di Kabupaten ... Studi Perkara Wacana Penggunaan Lampu Perangkap Hama Pada Flora Bawang Merah Di Kabupaten … (Prt-30)

loading...
BAB. I
PENDAHULUAN

1.1.             Latar Belakang
Serangan hama penyakit flora sudah dan tetap akan menjadi faktor pembatas yang sangat memilih keberhasilan kegiatan peningkatan produksi pertanian, yang dilakukan melalui kegiatan intensifikasi yang bertumpu pada penerapan hibrida dan materi kimia pertanian, menyerupai pupuk buatan dan pestisida sintetik. Kerugian yang dialami oleh para petani dan pemerintah jawaban serangan dan letusan hama, penyakit sangat besar, demikian juga biaya yang sudah dikeluarkan untuk mengendalikan hama. Semakin intensif kegiatan produksi pertanian, ternyata serangan dan populasi hama menjadi semakin meningkat.

Usaha pengendalian yang spesialuntuk bertumpu pada satu metode pengendalian, menyerupai penerapan pestisida terbukti bisa mengendalikan hama, akan tetapi juga semakin menyuburkan peningkatan populasi hama lantaran timbulnya fenomena resistensi hama terhadap pestisida, dan timbulnya jenis-jenis hama gres atau hama kedua. Peningkatan populasi hama terjadi sehabis penerapan pestisida berlebihan. Keadaan ini terjadi antara lain disebabkan lantaran pestisida lebih banyak membunuh organisme-oganisme bermanfaa, menyerupai musuh alami hama (predator, parasitoid, dan patogen hama) daripada membunuh hama itu sendiri.

Apabila kondisi demikian terjadi maka petani akan mengalami kerugian yang besar serta bertambah miskin, lantaran hama terus meningkat, flora gagal pguan, dan petani harus banyak mengeluarkan biaya untuk pembelian pestisida, yang harganya mahal. Pengendalian hama flora yang spesialuntuk mementingkan penerapan pestisida niscaya gagal dan tidak menghasilkan apa-apa kecuali kerugian dan penurunan hasil. 

Kasus-kasus kegagalan pendekatan pengendalian hama secara sepihak tersebut tidak spesialuntuk terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang, menyerupai Indonesia, lantaran yang terjadi yaitu fenomena ekologi yang berkaitan dengan dinamika pengelolaan ekosistem pertanian. Usaha pengendalian hama tanpa melihat kaitannya dengan struktur dan dinamika ekosistem yang rumit tidak akan menghasilkan manfaat yang diperlukan yang mencakup antara lain jumlah dan kualitas produksi tinggi, kesejahteraan petani meningkat, resiko ancaman bagi kesehatan manusia, dan lingkungan hidup minimal. Usaha pengendalian hama yang dilakukan dengan mengandalkan pada satu metode pengendalian dan dengan melaksanakan pendekatan egosektor dan egodisiplin tidak akan berjalan efektif dan efisien.

Untuk mencapai hasil pengendalian yang optimal, efektif dan efisien yang sanggup dipertanggungjawabankan secara ekonomi, ekologi, sosial dan budaya sudah dikembangkan konsep atau paradigma pengendalian hama yang gres yang dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)/Integrated Pest Managament (IPM). melaluiataubersamaini sistem PHT pengendalian hama dilakukan dengan   memadukan dan memanfaatkan tiruana metode pengendalian hama yang dikenalatas dasar pengetahuan komprehensif tentang dinamika ekosistem pertanian, serta dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi, ekologi, sosial dan budaya setempat. Dalam sistem PHT pestisida sintetik spesialuntuk dipakai jika dari kegiatan pemantauan hama diketahui bahwa tingkat populasi hama di lapangan hama masih berada di bawah aras toleransi, perlakuan yang disebut Ambang Ekonomi. Selama populasi hama masih berada di bawah aras toleransi, perlakuan pestisida tidak diperlakukan.

Teknologi pengendalian hama terpadu yaitu upaya pengendalian serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan memakai satu atau lebih dari banyak sekali metode pengendalian yang dikembangkan oleh satu kesatuan masyarakat untuk mencegah kerugian hemat dan kerusakan lingkungan hidup. Tujuan pemasyarakatan teknologi pengendalian hama terpadu yaitu :
a.                               Memantapkan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas.
b.                               Mengurangi penerapan pestisida berspektrum luas dan persisten sehingga sanggup mengurangi resiko keracunan pestisida baik bagi petani maupun konsumen serta mempertahankan keragaman dan keseimbangan ekosistem.
c.                               Meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat pertanian, terutama para petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Agar petani sanggup membuatkan kreativitas, dinamika, kepemimpinan dan kemampuan mengambil keputusan yang rasional.
d.                               Meningkatkan proteksi terhadap upaya petani dalam menguasai, melembagakan dan menyebarluaskan penerapan pengendalian hama terpadu kepada masyarakat luas.
e.                               Meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya serta kualitas hidup masyarakat luas.

 Bawang merah ialah komoditas unggulan bagi Kabupaten Nganjuk. Luas flora bawang merah setiap musimnya 6000 ha. Yang tersebar di 5 wilayah Kecamatan mencakup : Kecamatan Gondang, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Bagor, Kecamatan Sukomoro dan Kecamatan Wilangan. 

Kendala utama yang sering dihadapi oleh masyarakat petani bawang merah yaitu serangan ulat grayak (Spodoptera exigua) dan pengorok daun/gerandong (Liriomyza huidobrensis). Untuk mengendalikan hama tersebut petani biasa memakai banyak sekali insektisida yang beredar di pamasukan serta secara mekanis dengan mengambil ulat  dan memetik daunnya atau juga disebut dengan cara petan. 

Salah satu teknologi pengendalian hama terpadu sempurna guna unik yang  dilakukan petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk yaitu dengan memasang lampu perangkap.  Penggunaan lampu perangkap  diperkenalkan pertamakali oleh beberapa anggota Forum Peduli Lingkungan Kabupaten Nganjuk pada tahun 2003 dan jadinya pada tahun 2004 bisa diadopsi oleh sebagian besar masyarakat petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk.


Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "Analisis Pendapatan Petani Bawang Merah Sistem Pengendalian Hama Terpadu Di Kabupaten ... Studi Perkara Wacana Penggunaan Lampu Perangkap Hama Pada Flora Bawang Merah Di Kabupaten … (Prt-30)"

Back To Top