Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim-Ternak Sapi Potong (Integrated Farming System) Di Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai (Pt-5)

loading...
Pembangunan peternakan ialah bab dari pembangunan pertanian dalam arti luas. melaluiataubersamaini adanya kebijakan pembangunan sebagaimana tertuang dalam  amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang sudah dicanangkan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005, maka pembangunan pertanian perlu melaksanakan pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan sub sektor yang lain di bawah naungan sektor pertanian serta membangun ketahanan pangan yang mantap. Untuk merespon samasukan dalam RPPK tersebut,  pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan sudah penetapkan Program Percepatan Pembangunan Pertanian dengan menetapkan 4 komoditi utama sebagai samasukan yakni padi (beras), kakao, udang dan ternak sapi. Program ini sudah menetapkan samasukan utama yaitu Surplus 2 juta ton beras tahun 2009, pencapaian sejuta buntut sapi tahun 2013, dan revitalisasi perkebunan kakao dan tambak udang. Dalam penetapan samasukan keempat komoditi tersebut, masing-masing dinas terkait sebagai penanggung balasan aktivitas membuat sasaran secara terpisah, padahal kalau dipandang bahwa perjuangan pertanian secara umum sebagai suatu sistem, keempat aktivitas tersebut harusnya di jalankan secara terintegrasi dan terpadu (Ali dkk,  2011 : 2).
Salah satu perjuangan sistem pertanian terpadu yaitu sistem integrasi tanaman-ternak. contohnya sistem integrasi tumbuhan smusim-ternak sapi potong  yang ialah intensifikasi sistem perjuangan tani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sapi potong sebagai bab kegiatan usaha. Sistem integrasi tumbuhan tiruansim- ternak sapi potong sebagai salah satu upayah untuk meningkatkan produksi sapi potong yang ialah penyumbang daging terbesar terhadap produksi daging nasional sehingga perjuangan ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai perjuangan yang menguntungkan dan meningkatkan pendapatan peternak.
Kabupaten Sinjai khususnya Kecamatan Sinjai Tengah ialah salah satu tempat yang mempunyai potensi dibidang pertanian dan peternakan yang memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat, dimana sebagaian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani-ternak. Hal ini di dukung oleh ternak sapi potong yang berjumlah 5.991 Ekor serta lahan pertanian seluas (1.568,00 Ha) yang teridiri dari pengairan setengah teknis (300 Ha), Pengairan sederhana, (209,00 Ha) dan lahan Tada Hujan (1059 Ha) (Data Badan Pusat Statistik, 2009).

Produksi tumbuhan tiruansim  di Sinjai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkatnya produksi tumbuhan tiruansim tiap tahun maka semakin meningkat pula limbah yang di hasilkan yang sanggup berdampak jelek apabila tidak di imbangi dengan adanya memanfaatkan secara terintegrasi dengan sapi potong. Suharto, 2000 dalam Priyanti (2007 : 3) menyatakan bahwa sistem integrasi ialah penerapan perjuangan terpadu melalui pendekatan Low External Input antara komoditas padi dan sapi, dimana jerami padi dipakai sebagai pakan ternak sapi penghasil sapi bakalan dan kotoran ternak sebagai materi utama pembuatan kompos sebagai pupuk organik yang sanggup meningkatkan kerindangan lahan. Pendekatan Low External Input ialah suatu cara dalam menerapkan konsep pertanian terpadu dengan mengupayakan penerapan input yang berasal dari sistem pertanian sendiri, dan meminimalkan penerapan input produksi dari luar sistem pertanian.

Populasi sapi potong sanggup dilihat per Desa/Kelurahan  di Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai mengatakan bahwa populasi sapi potong mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu dari 5.991 buntut pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.508 buntut pada tahun 2011 hal ini menunjukan bahwa perjuangan peternakan sapi potong terintegrasi dengan tumbuhan tiruansim potensial untuk dikembangkan dalam mendukung terciptanya perjuangan peternakan yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan  memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia untuk mengasilkan laba bagi petani-peternak.
Masyarakat di tempat ini sudah usang melaksanakan sistem integrasi antara tumbuhan tiruansim dengan ternak sapi potong (Integrated Farming Syste
m)
yaitu disamping menanam tumbuhan tiruansim juga memelihara ternak sapi potong. Usaha sapi potong yang dijalankan masyarakat sangat bermanfaa sebagai sumber pendapatan. Akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah masyarakat  masih menganggap perjuangan sapi potong yang mereka jalankan sebagai perjuangan sampingan alasannya kehidupan masyarakat umumnya masih bertumpu pada perjuangan pertanian terutama tumbuhan tiruansim sebagai perjuangan pokoknya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim-Ternak Sapi Potong (Integrated Farming System) di Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai”


0 Komentar untuk "Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim-Ternak Sapi Potong (Integrated Farming System) Di Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai (Pt-5)"

Back To Top