loading...
1.1 Latar Belakang
Tujuan suatu perusahaan yaitu untuk sanggup menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melaksanakan pertumbuhan serta sanggup meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu dimana ketiganya yaitu anutan menuju arah strategis tiruana organisasi bisnis. Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, menuntut setiap perusahaan untuk lebih sanggup mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global.
Salah satu taktik yang dilakukan oleh perusahaan semoga sanggup bersaing dalam bisnis global ini yaitu dengan efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memdiberi respons terhadap aneka macam kebutuhan pelanggan. melaluiataubersamaini demikian, semoga perusahaan sanggup mengelola usaspesialuntuk dengan efektif dan efisien membutuhkan sistem isu yang sistematik untuk sanggup terus bertahan guna menghadapi persaingan global yang pesat dan kompleks.
Salah satu taktik yang dilakukan oleh perusahaan semoga sanggup bersaing dalam bisnis global ini yaitu dengan efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memdiberi respons terhadap aneka macam kebutuhan pelanggan. melaluiataubersamaini demikian, semoga perusahaan sanggup mengelola usaspesialuntuk dengan efektif dan efisien membutuhkan sistem isu yang sistematik untuk sanggup terus bertahan guna menghadapi persaingan global yang pesat dan kompleks.
Perusahaan jasa khususnya perusahaan jasa konstruksi yaitu salah satu yang juga harus bersaing dalam persaingan global yang semakin usang semakin pesat perkembangannya guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan jasa konstruksi yaitu perusahaan yang tidak sama dengan perusahaan jasa lainnya. Hal ini disebabkan adanya karakteristik yang khas yaitu terletak pada ukuran periode akuntansi yang umumnya lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun. Di lain pihak, perusahaan harus menyediakan isu terkena posisi keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri atau oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam kurun waktu satu tahun atau satu periode akuntansi.
Melihat kondisi diatas, semoga perusahaan jasa konstruksi sanggup menyajikan jumlah keuntungan yang wajar, maka dalam proses penyusunan laporan keuangan perlu melaksanakan proses mempertemukan antara pendapatan dan pembebanan biaya-biaya. Penentuan harga pokok produksi ialah hal yang sangat penting dalam hal ini. Akuntansi biaya mempunyai fungsi untuk menyajikan secara rinci isu wacana pendapatan yang diperoleh dengan aneka macam biaya sumber daya yang dikonsumsi untuk menuntaskan satu pesanan. Salah satu bentuk isu penting dalam operasi perusahaan antara lain berupa isu harga pokok produksi.Yang ialah faktor penting dalam pengambilan keputusan manajerial. Harga pokok produksi atau dalam perusahaan jasa konstruksi lebih dikenal dengan istilah harga pokok konstruksi terdiri dari tiga macam biaya, yaitu biaya materi baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Perhitungan harga pokok konstruksi yang akurat ialah hal yang penting terutama bagi perusahaan jasa konstruksi yang proses produksinya menurut pesanan yang tidak sama-beda. Perhitungan harga pokok konstruksi berkaitan dengan sistem akuntansi biaya yang dipakai oleh perusahaan.
Dalam functional based system atau sistem tradisional, perhitungan biaya didasarkan perkiraan bahwa produk individual mengakibatkan timbulnya biaya. melaluiataubersamaini perkiraan ibarat diatas, sistem tradisional membebankan biaya ke produk menurut konsumsi biaya yang bekerjasama dengan jumlah unit yang diproduksi. Apabila kita menghitung biaya materi baku eksklusif dan biaya tenaga kerja langsung, hal ini tidak menjadi dilema jikalau memakai sistem tradisional. Namun, akan menjadi dilema jikalau kita menghitung biaya overhead. Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak sumber daya-sumber data atau biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak bekerjasama dengan volume produksi. Sehingga, sistem tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, apalagi perusahaan dituntut untuk menuntaskan pesanan sesuai dengan undangan pelanggan yang niscaya tidak sama antara pelanggan yang satu dengan yang lain.
Sistem tradisional tidak sanggup menawarkan berapa biaya yang sebenarnya dikonsumsi dalam tiap pesanan yang dikerjakan oleh perusahaan. Hal ini akan sangat merugikan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi yang mengerjakan aneka macam jenis pesanan dari pelanggan yang tidak sama-beda. Alokasi biaya dengan sistem ini menimbulkan penyimpangan lantaran tiap pesanan atau produk tidak mengkonsumsi biaya overhead secara proporsional terhadap unit yang diproduksi. Kondisi ibarat ini menimbulkan kekeliruan dalam perhitungan harga pokok konstruksi yang diberimbas pada taktik penetapan harga jual, keputusan manajerial yang tepat, alokasi sumber daya yang tidak efektif, bahkan hilangnya keunggulan kompetitif.
Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka dipakai metode perhitungan biaya produksi menurut acara atau Activity Based Costing (ABC) yang akan memmenolong pihak administrasi untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya menurut acara diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana daerah penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan memakai dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mempunyai penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri spesialuntuk biaya materi baku eksklusif dan biaya tenaga kerja eksklusif ke setiap unit output. Tetapi, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya sanggup ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke acara yang diharapkan untuk memproduksi output. melaluiataubersamaini demikian, penerapan metode Activity Based Costing ini akan bisa mempersembahkan isu harga pokok konstruksi yang lebih akurat.
PT “ X “ yang berada di Surabaya ialah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, dimana acara yang dilakukan menurut pesanan yang diterima dari pemdiberi proyek. PT “X” terlebih lampau memilih pelaksana yang akan bertugas melaksanakan jalannya proyek. Pelaksana yang ditunjuk kemudian mengestimasi bahan-bahan, mengestimasi jumlah tenaga kerja serta biaya-biaya yang diperkirakan akan timbul dikala proyek dilaksanakan. Hasil estimasi tersebut dipergunakan sebagai anggaran biaya proyek. melaluiataubersamaini demikian, setiap proyek mempunyai volume, tingkat kompleksitas, dan karakteristik yang tidak sama-beda. Maka dari itu perusahaan membutuhkan suatu metode perhitungan harga pokok konstruksi yang sanggup membebankan biaya tidak eksklusif (biaya overhead) dengan lebih sempurna sehingga akan mempersembahkan isu terkena harga pokok konstruksi yang lebih akurat. Kebutuhan isu yang lebih akurat terkait dengan perjuangan perusahaan yang dimaksudkan untuk sanggup mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan global yang semakin kompleks, khtsusnya dalam proyek pelaksanaan pengecatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, maka penulis membuat rumusan dilema sebagai diberikut :
“Bagaimana penerapan Activity Based Costing untuk meningkatkan akurasi dalam perhitungan harga pokok konstruksi pada pelaksanaan pengecatan perusahaan jasa konstruksi PT “ X “ di Surabaya?”
Tag :
Akuntansi
0 Komentar untuk "Penerapan Activity Based Costing Untuk Meningkatkan Akurasi Dalam Perhitungan Harga Pokok Konstruksi Pada Pelaksanaan Pengecatan (Ak-21)"